Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk
bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni
kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Ada apa denganmu?
2 hari libur yang tersisa Faris gunakan untuk antar jemput Anindya ke tempatnya bekerja. Dan siang ini ia sengaja menjemput istrinya untuk makan siang bersama.
Faris membawa Anindya ke sebuah warung lesehan. Ia memesan ayam goreng dada dan Anindya memesan ayam goreng paha dengan 2 gelas es jeruk. Keduanya menikmati makan siang bersama dan setelah selesai, Faris mengantarkan Anindya kembali ke Puskesmas.
"Nanti aku jemput jam 3, pastikan semua pekerjaan selesai." kata Faris sebelum pergi.
"Aku usahakan, Mas!"
Faris pun meninggalkan Puskesmas dan pulang ke rumah. Ia ingin memejamkan matanya sebelum menjemput istrinya nanti. Sayangnya, keinginannya harus ia urungkan karena Rani menghubunginya. Dengan menggunakan pakaian terbuka Rani menyapanya lewat video call.
"Mengapa pakaianmu seperti itu?" protes Faris.
"Aku baru saja selesai menyusui Arka." Rani beralasan.
Padahal sebenarnya, itu adalah caranya untuk menggoda Faris agar merindukannya. Rani masih optimis dengan cara-cara yang dilakukannya. Walaupun ia menghubungi Faris secara diam-diam, ia tetap akan berusaha mengalihkan perhatian Faris dari Anindya.
"Lalu, untuk apa kamu menghubungiku?"
"Aku rindu, apa Mas tidak merindukanku?"
"Bukankah dua hari yang lalu terakhir kamu menelepon?" tanya Faris yang bingung dengan Rani.
"Jangankan dua hari, satu hari saja bagiku sudah satu minggu, Mas!" kata Rani dengan nada manjanya.
"Lihatlah, Mas! Aku tetap menjaga tubuhku dengan baik walaupun Aku sedang menyusui." Rani menurunkan pakaiannya hingga memperlihatkan bagian atasnya.
"Ya. Tapi untuk apa kamu memperlihatkannya?"
"Untuk kamu lihat, Mas! Ini kan halal untukmu." Rani semakin menggoda.
"Baiklah! Apakah kamu mengunci pintu rumah?"
"Tentu saja! Aku hanya akan memperlihatkannya kepadamu, Mas!"
"Ya sudah, Aku mau menjemput Anindya dulu." Faris beralasan.
"Bukankah PNS pukul 3 sore?" tanya Rani tidak percaya.
"Dia pulang lebih cepat." kilah Faris.
"Baiklah. Tapi lihat ini dulu, Mas. Ada yang mau aku tunjukkan!" Faris pun mengangguk.
Ternyata Rani menunjukkan dirinya sedang memerah ASI-nya ke dalam botol. Rani mencoba untuk menggoda Faris, agar selalu merindukannya. Tetap Rani lupa jika suaminya memiliki pelampiasan halal juga, yaitu Anindya. Secara tak langsung Rani mendukung Faris melakukannya dengan Anindya.
Setelah selesai video call, Faris tak lagi berkeinginan untuk tidur. Sesuatu di bawah sana membuatnya tak nyaman. Faris mulai memiliki hati serakah untuk memiliki keduanya, Rani dan Anindya. Rani yang selalu bisa membuatnya tergoda dan Anindya yang membuatnya candu.
Berbeda dengan Rani yang merasa senang setelah memperlihatkannya kepada Faris. Ia memakai kembali pakaiannya dan mulai menyusun strategi untuk menggoda Faris di panggilan berikutnya. Cuti Faris masih 3 bulan lagi, selama 3 bulan itu ia akan membuat Faris sangat menginginkannya hingga melupakan Anindya. Apalagi Anindya saat ini sedang hamil yang memungkinnya tidak bisa melayani Faris.
Tepat pukul 3, Faris menjemput Anindya di Puskesmas. Ternyata Anindya sudah menunggunya di bangku dekat parkiran. Istrinya menepati janjinya untuk pulang tepat waktu. Segera Anindya menghampiri Faris dan membonceng.
Tidak seperti biasanya, Faris tak singgah ke warung untuk membeli lauk melainkan langsung pulang ke rumah. Anindya menurut saja karena mengira jika suaminya akan keluar nanti. Tetapi ketika mereka sampai di rumah, Faris segera mengunci pintu dan membawa Anindya ke kamar. Faris membantu Anindya melepaskan pakaian kerja dan melepaskan ikatan rambutnya. Pancingan yang diberikan Rani berakhir dengan permainan panasnya bersama Anindya.
Anindya yang tidak tahu apapun hanya bisa pasrah dan menikmati permainannya bersama Faris.
Di sisi lain.
Andra sedang bercuti dan pulang ke kampung halamannya. Sudah 5 hari ini ia hanya menghabiskan waktu di rumah. Biasanya ia akan segera menemui Rima, pacarnya dan mengantar jemput kuliahnya. Rima yang merasa diabaikan dan penasaran pun mendatangi Andra dirumah.
"An, Ada Rima di depan." kata Ibu Andra di depan pintu kamarnya.
"Ya, Bu." Andra yang bertelanjang dada pun mengenakan kaosnya dan keluar menemui Rima.
"Ada apa, Ri?"
"Mengapa tidak menemuiku beberapa hari ini?" bukannya menjawab, Rima justru balik bertanya.
"Aku malas keluar rumah!" jawab Andra sambil duduk di kursi seberang Rima.
"Benarkah? Tak seperti biasanya?" Andra hanya mengendikan bahu.
"Apa kamu tidak merindukanku?" Rima mendekat ke arah Andra.
Kedua orang tua mereka sudah saling mengenal dan mengetahui hubungan keduanya, jadi Rima tak perlu sungkan saat di rumah Andra.
"Apa-apaan sih, Ri?" Andra merasa risih dengan Rima yang duduk di gagang kursinya.
"Ada apa denganmu?"
"Memangnya Aku kenapa?" Andra masih tidak peduli.
"Kamu tidak biasanya seperti ini! Apa kamu memiliki kekasih lain?" cecar Rima.
"Aku? Tidak mungkin! Kamu mungkin yang punya!" Andra melontarkan kembali ke Rima.
"Aku tidak, An!"
"Ya sudah, apa masalahnya sekarang?"
"Masalahnya kamu sekarang dingin kepadaku!" Rima mulai kehabisan kesabaran.
"Perasaanmu saja, Ri. Aku biasa saja! Kalau kamu tidak percaya..."
Andra menggantung kalimatnya dan segera menarik tubuh Rima hingga duduk dipangkuannya. Dengan cepat Andra mendaratkan kecupan di bibir Rima. Rima yang terkejut hanya menegang dengan kecupan tiba-tiba Andra hingga kecupan itu berubah menjadi permainan. Saat Andra menggigit lembut bibirnya, barulah Rima sadar dan melepaskan diri.
"Kenapa?" tanya Andra tanpa merasa bersalah.
Karena kehabisan kata-kata karena keterkejutannya, Rima pun lari dan meninggalkan Andra tanpa berpamitan. Andra memang pernah memberikannya kecupan, tetapi itu hanya sebatas kening dan pipi. Apa yang dilakukan Andra hari ini adalah kali pertama bagi Rima, walaupun mereka telah berpacaran selama satu tahun lamanya.
"Apakah Andra ingin melangkah lebih jauh?" gumam Rima yang mengemudikan motornya kembali ke rumahnya.
Pikiran Rima melayang, jika benar Andra ingin melangkah lebih jauh apa tidak sebaiknya mereka lebih serius dengan hubungan mereka? Bukankah Andra tidak menginginkan hubungan sebelum menikah? Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepala Rima.
Sementara Andra yang sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan kini memegangi bibirnya. Ini juga kali pertama bagi Andra melakukannya. Ia tidak menyangka bisa melakukannya dengan lancar, meski tak mendapat respon bagus.
"Apa yang akan Rima pikirkan?" batin Andra yang kemudian kembali ke kamarnya masa bodoh.
Yang membuat Andra beberapa hari ini hanya mengurung diri di kamar adalah Anindya. Beberapa hari ia mengikutinya, tetapi Anindya justru takut kepadanya. Atau mungkin takut karena tidak tahu jika yang mengikutinya adalah dirinya. Lalu sikap Faris terakhir kali ia bertemu seperti tidak mengetahui tentang Anindya yang dibuntuti. Mungkin Anindya tidak mengatakannya kepada Faris.
Pikirannya masih terngiang-ngiang dengan Anindya. Baik itu paras, postur tubuh, semuanya membuatnya tertarik. Apalagi sentuhan Anindya yang membuatnya terbayang-bayang sampai sekarang. Jika saja sesi terapinya belum selesai ia masih akan mendapatkan pijatan dari tangan Anindya. Andra pun larut dalam lamunannya, mengingat kembali pijatan yang diberikan Anindya.
Aku ingin lihat rumah tangga penghianat ama pelakor ..
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.