Kiss Me

Pagi harinya, Arsen terbangun lebih dulu dan kini dia menatap wajah Anya yang masih terlelap begitu lekat.

Sungguh berapa menderitanya Arsen semalam karena menunggu Anya tidur, Arsen lebih memilih pura-pura tidur karena ia tidak mau membahas obrolan semalam dalam keadaan mabuk.

Walau Arsen tidak munim banyak dan tidak terlalu mabuk karena dia sadar betul dengan apa yang sudah terjadi tadi malam, Arsen hanya tidak ingin di bilang bajingan yang menyalah gunakan kondisinya yang sedang mabuk untuk menyentuh Anya.

Arsen tau betul jika semalam dia salah, apa yang di katakan Anya benar kalau mereka tidak boleh melakukan lebih jika tidak saling mencintai karena mereka berdua akan terjebak di situasi sulit.

Tapi pakta jika jantungnya terus berdebar saat berada di samping Anya adalah sesuatu yang tidak bisa Arsen tutup-tutupi walau sudah berusaha keras untuk tidak mengakuinya. Ya Arsen sadar jika istrinya sangat cantik, Arsen memeluk tubuh Anya dengan erat sambil menenggelamkan wajahnya di dada gadis itu.

“Sepertinya aku harus menenangkan pikiranku dan memantapkan hatiku.” Gumam Arsen, dia sudah tau isi hati Anya semalam namun dia belum begitu yakin dengan isi hatinya sendiri. Arsen takut tertarik dengan Anya hanya karena pelarian saja, karena kecewa pada Stela. Arsen tidak mau melukai wanita lain demi mengibati perasaannya sendiri.

Arsen menyentuh pipi Anya lalu mengecup bibir itu, ia langsung menempelkan kepalanya di atas bantal saat Anya menggeliat.

Arsen ikut menggeliat, mereka sama-sama menoleh dan saling pandang.

“Kak Arsen ingat kejadian tadi malam?” Tanya Anya, Arsen langsung memalingkan wajahnya dan bangun beranjak dari atas ranjang.

“Kejadian apa?” Tanya Arsen pura-pura tidak tau.

“Semalam? Kakak gak ingat?” Tanya Anya lagi, dia berjalan mengekori Arsen yang kini berdiri di deoan cermin.

“Engga emang ada apa? Semalam aku mabuk dan langsung tidur.” Ucap Arsen pura-pura berpikir mengingat kejadian tadi malam.

“Ck!” Anya berdecak lalu masuk ke dalam kamar mandi, seouluh menit kemudian Anya keluar dengan memakai handuk di dadanya.

“Aduh gatal.” Ucap Anya sambil menggaruk lehernya yang memiliki tanda kepemilikan Arsen tadi malam, Arsen yang melihat tanda merah itu kangsung memalingkan wajahnya seolah tak melihat apapun.

“Kakak gak liat, leherku merah.” Ucap Anya sambil memperlihatkan lehernya sendiri sambil meremat handuk yang menempel di tubuhnya.

“Gak aku gak liat.” Arsen terus berusaha menghindar agar tidak melihat tanda merah itu, dan tubuh sexy istrinya.

“Kalau gitu liat dulu.” Titah Anya, namun penglihatannya jadi gelap karena Arsen melempar selimut ke tubuh Anya. “Kak Arsen!”

“Jangan teranjang di depan pria!” Ucap Arsen dengan tegas, ia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi laku mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower.

“Ah, aku ingin membawanya masuk ke sini.” Gumam Arsen frustasi, Arsen membayangkan jika dirinya menyentuh tubuh mungil itu dan meremat bokong sintal istrinya pasti sangat menyenangkan. “Fvck!” Pekiknya saat sesuatu di bawah sana mulai berdiri.

“Aku harus pergi sekarang juga.” Gumam Arsen buru-buru membersihkan dirinya.

Arsen keluar kamar mandi, laku segera memakai pakaiannya di walk in closet. Arsen lalu mengeluarkan koper kecil dan memasukan beberapa pakaianya ke dalam sana.

“Kak mau kemana?” Tanya Anya.

“Ada kerjaan di bali, aku harus mengurus proyek di sana selama tiga hari.” Ucap Arsen enggan menatap ke arah Anya.

“Aku mau ikut.” Ucap Anya tiba-tiba, Arsen menoleh menatap gadis itu.

Yang ada Arsen tidak bisa menenangkan diri kalau Anya ikut, tujuannya pergi ke sana untuk menghindari wanita di depannya ini.

“Gak boleh.” Jawabnya tegas, Arsen berjalan ke dalam kamar sambil menyeret koper dan di ikuti Anya.

“Tapi Kak, aku pengen ikut.” Anya langsung bergelantung manja di lengan suaminya, dia ingin ikut kemana peia itu pergi.

“Anya, kamu tetap di sini.” Titah Arsen dengan tegas sambil menyentuh kepala gadis itu, Arsen ingin mencium bibir Anya untuk mengucapkan selamat tinggal. Namun Arsen lebih memilih pergi begitu saj, yang ada dirinya makin galau kalau mencium Anya.

“Ah pelit sekali sih!” Gerutu Anya kesal sambil menghentak-hentakan kakinya dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang saat Arsen meninggalaknya begitu saja.

“Awas saja! Akan ku buat kamu jatuh cinta padaku!” Gerutu Anya sambil menujuk-nunjuk atap kamarnya.

Anya bergegas bangkit dari tidurnya, dia langsung menuruni anak tangga dan berjalan ke kamar Reyno.

“Ada apa?” Tanya Reyno malas karena dia masih butuh tidur, karena semalam dia pulang sangat larut.

“Kak Arsen pergi ke bali, aku gak boleh ikut. Nyeblin banget sih.” Gerutu Anya.

“Oh…” jawab Reyno malas sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

“Ko oh doang sih!” Keluh Anya, dia langsung membulatkan matanya saat teringat sesuatu lalu naik ke atas ranjang dan menyerang pria itu. “Kau menjerumuskanku yah! Kakak mu itu normal, bahkan sangat normal!” Sentak Anya sambil menyikut kuat perut Reyno, seketika Reyno meringis nyeri dan mendorong tubuh Anya menjauh.

“Jadi semalam, kalian—“ Reyno menutup mulutnya sendiri membayangkan sesuatu yang di nanti-nantikannya selama ini.

“Gak sampe begitu, tapi setidaknya aku tau kalo dia normal. Tapi yang jadi masalah sekarang ada pada diriku.” Keluh Anya sambil menyentuh dadanya yang terus berdebar tiap kali membayangkan wajah Arsen.

“Kamu jatuh cinta sama sama Kak Arsen?” Tebak Reyno, seketika Anya menatapnya tajam.

“Siapa bilang, maaf aku gak punya perasaan apa-apa pada kakakmu.” Ketus Anya sambil memalingkan wajahnya karena menahan malu.

“Jadi apa yang kamu lakukan semalam dengan Kakakku?” Tanya Reyno, seketika Anya menatapnya dengan penuh semangat dna menceritakan semuanya.

Bahkan Anya menceritakan sensasi apa yang dia rasakan saat Arsne melakukan itu. Wajah Anya juga terlihat bahagia sampai membuat Reyno berpikir kalau Anya menyukai Kakaknya.

“Kenapa kamu gak susul aja ke bali, jangan-jangan dia punya wanita lain di sana.” Seketika wajah Anya murung dengan hawa yang berbeda. Dadanya terasa nyeri saat mendengar jika Arsen memiliki wanita lain di sana.

Reyno mengulum senyumnya, dia paling senang berbicara pada Anya karena gadis itu terlalu percaya dengan ucapan dirinya.

“Gimana kalau dia juga ngelakuin hal yang sama pada wanita lain dan—“

“Gak! Gak boleh terjadi aku akan melabraknya bagaimana pun aku istri yang sah!” Tegas Anya, dia buru-buru pergi dari kamar Reyno.

“Pake acara nyembunyiin perasaannya, udah tau aku paling peka masalah beginian.” Gumam Reyno kembali melanjutkan tidurnya.

.

To be continued…