REVENGE

Pukul. 09.52 wita.

Saat matahari terbit, Alex beranjak dari ranjangnya. Ia buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Pikirannya tertuju kepada Kitsune, ia ingin melihat apakah gadis itu sudah sadar atau masih amnesia.

"Semoga dia cepat sadar dari Depresinya." gumam Alex.

Selesai mandi ia cepat-cepat keluar dari kamar hanya mengenakan Bath Robe. Ia membuka pintu kamar di sebelah yang tidak terkunci. Dua orang pelayan sedang merapikan gaun yang dipakai Kitsune.

Gadis itu terlihat cantik memakai gaun Delila. Alex sengaja mempersiapkan beberapa gaun untuk tunangannya itu. Ada yang sudah pernah dipakai dan banyak yang belum.

Body Kitsune lebih sekel dan tinggi, sehingga terlihat ketat dan sexy. Alex semakin terpesona melihat musuhnya.

"Aku yang menemaninya, kalian tunggu diluar." ia memberi kode supaya kedua pelayan keluar dari kamar.

"Siapkan sarapan untuk aku dan Kitsune. Pastikan tidak ada yang mencoba masuk kesini."

"Baik tuan."

Alex menghampiri Kitsune yang duduk di pinggir ranjang. Tangan Alex gemetar ketika menyentuh pundak gadis itu.

"Kitsune, apakah kau ingat padaku?"

"Apa kau pacarku atau musuhku?"

Gadis itu balik bertanya. Mata indahnya menatap tajam. Alex tergugu, ia menarik Kitsune ke p3luk*nnya. Ternyata Kitsune mau menjawab, Alex surprise.

Alex bingung, haruskah ia mengaku pacar Kitsune atau musuhnya. Kalau mengaku pacar, takutnya Delila datang, malah jadi masalah. Tapi kalau mengaku musuh, Kitsune bisa saja berbuat extreme yang bisa membahayakan jiwanya.

"Aku orang yang ada dipikiranmu, yang berhak atas tubuhmu."

Kitsune mengernyitkan dahinya, ia tidak mengerti maksud lelaki di depannya ini, saat ia mau bertanya Alex mendorongnya dan meniban tubuhnya.

Tangan Alex melepas tali gaun halter yang terikat dibagian lehernya. Dengan kasar Alex menarik gaun itu sepinggang.

"Kau milikku, selamanya." ucap Alex dengan nafas memburu.

B1bir Alex mulai m3l*mat b1b1r ranum Kitsune, sampai gadis itu sulit bernafas. Ia berontak, tapi Alex mengukung tubuh mvlvsnya dengan ketat.

"Lepaskan! aku sulit bernafas."

Alex sudah m3ngg1la, hasratnya meletup ingin penuntasan.

"Berhenti! Kau telah menyakiti tubuhku." teriak Kitsune mendorong tubuh kekar itu dengan seluruh kekuatannya.

Laki-laki itu tidak bergeming, ia malah tambah b3rn*fsu dan kembali meruj4k Kitsune dengan kenak*lannya. Alex membuat jejak drakula disetiap jengkal tubuh Kitsune.

"Tambah m4r4h kau tambah cantik, kau adalah c4ndu. Aku ingin membuktikan bahwa ini bukanlah permainan sesaat demi kesenangan. Aku sungguh-sungguh ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamamu."

"Br3ngs*k! Aku tidak kenal kau!"

Kitsune tidak percaya, ia melotot, bibirnya sedikit terbuka. Alex cepat bereaksi dan m3nc1um mesra b1bir Kitsune.

"Aku tidak ingat apapun, tentu aku tidak mau tertipu dengan laki-laki sepertimu."

"Tookkk...tookkk...tookkk.."

"Hari ini aku membebaskanmu, aku akan datang lagi dan lagi, hehe...."

Kitsune berusaha bergerak bangun dari ketidak berdayaannya. Sekujur tubuhnya tertindas dan sangat sulit digerakkan.

"Lepaskan tubuhku dari cengkramanmu."

Alex memandangi tubuh Kitsune yang b3rl3kuk padat, halus lembut penuh bercak darinya. Ia mendesah sekilas, lalu menutupi tubuh itu dengan selimut.

"Kur*ng ajar, kau hampir membuatku lupa ingatan." ucap Alex turun dari ranjang.

Ia pasti sudah ditunggu oleh Ary. Alex melangkah ke pintu. Ia harus menemui anak buahnya untuk mencari khabar pasca kejadian

Di luar pintu, Ary sudah berdiri, beberapa pelayan dan anak buahnya . Wajah Ary terlihat kecut, kala memandang Alex.

"Pagi tuan, apa yang kami bisa bantu?" sapa pelayan dengan hormat.

"Jaga sanderaku, pastikan tidak ada yang menyusup masuk. Cepat lapor kalau ada yang mencurigakan." ucap Alek menatap Ary. Ia mengerti Ary tidak senang dengan Kitsune.

"Baik tuan."

"Ada khabar apa?" tanya Alex sepintas, ia melewati Ary yang berdiri di depannya.

"David berada di ruangan ICU, ia mengira putri kesayangannya ikut terbakar."

"Hahaha...aku demen mendengarnya. Apa ada tanggapan dari kedua kakaknya?"

"Itu berita pertama, berita keduanya adalah..." Ary berbisik membuat Alex mencari tembok untuk sandaran.

"Tenangkan diri tuan, khabar ini datang dari intel yang kita kirim." ucap Ary.

Setelah menarik nafas yang dalam, Alex berjalan berendeng dengan Ary, laki-laki itu masuk ke ruang rapat. Semua anak buahnya berkumpul, rata-rata wajah mereka muram. Suasana seketika hening.

Laki-laki gagah itu duduk gelisah, raut wajahnya terlihat memerah. Matanya liar menatap satu persatu anak buahnya, yang berjumlah lima puluh orang.

Degupan jantung dan hembusan nafas, terdengar jelas dari tubuh-tubuh pemuda yang ketakutan menunggu kemarahan Alex.

"Pagi tuan...." Saka memberanikan diri menyapa tuannya, dia berharap suasana yang mencekam bisa mencair.

"Pagi semua, aku yakin kalian sudah tahu, dan mendengar berita tentang, Dion dan Hendra. Kedua kakakku itu, terbunuh tadi malam. Semoga saja berita ini tidak benar dan hanya isapan jempol belaka." ucap Alex berjeda. Ia menunggu respons dari anak buahnya.

"Seandainya ini benar, aku minta, supaya kalian menutup diri, untuk sementara waktu. Sampai semuanya jelas, terang benderang dari sumber yang valid." sambungnya lagi.

Alex terlihat nervous dan beberapa kali menarik nafas. Ary duduk di sebelahnya dengan wajah ditekuk, semua terlihat sedih dan bermuram durja.

"Berita ini membuat aku prihatin, tidak masuk akal, karena kakak tuan, dijaga dua orang secret service dan lima puluh anak buah tuan." ucap Saka menggelengkan kepalanya.

"Itu yang membuat aku heran. Berita ini membuat aku hancur, kita tunggu saja laporan berikutnya. Jika benar aku akan pulang ke Mansion."

"Kami mendukung apapun keputusan tuan kami siap melawan dan menghancurkan, orang-orang yang berani menyentuh keluarga tuan."

"Terimakasih Saka dan semua yang ada disini. Selesai sarapan aku perintahkan Ary dan Ketut, pergi ke Mansion. Tolong Jauhi pencari berita, kalian berdua fokus dengan masalah inti." pesan Alex.

"Baik bos, kami akan melaksanakan tugas ini sebaik mungkin. Apakah Delila perlu di panggil untuk menghibur bos disini."

"Tidak perlu Ary, saat ini pikiranku tidak tenang, aku ingin sendiri. Ingat! kalian di sana tidak boleh speak up."

"Banyak orang mengenalku, mereka pasti minta penjelasan tentang keberadaan bos bagaimana kalau Saka saja kesana, aku menjaga keamanan disini." ucap Ary.

"Di sana kau lebih berkompeten, untuk melakukan sesuatu yang sekiranya bisa menguntungkan kita."

Ary terlihat kecewa ia sangat takut kalau Alex jatuh kepelukan Kitsune. Ia akan mencari akal untuk melenyapkan Kitsune.

"Baiklah, aku akan berangkat setelah jam makan siang." Ary mengulur waktu.

"0ke, kalian sarapan dulu, setelah itu, tugas kalian memeriksa senjata, aku mau melihat Kitsune." ucap Alex berdiri.

Dengan langkah lebar Alex menuju ke kamar Kitsune. Kemarahannya memuncak saat Ary membisikan siapa pembunuh Dion dan Hendra.

"Kau punya firasat, siapa kira-kira dalang di balik semua ini?" tanya Alex sebelum mereka rapat.

"Sudah pasti kakaknya Kitsune, aku berani menuduh mereka, karena Kitsune kita sandera disini. Pasti pak David menyewa intel, seperti yang kita lakukan." ucap Ary tegas.

*****