NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Keceplosan

Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya perempuan yang bernama Santi itu dipanggil masuk.

Gendis menghela nafas lega. Lalu berdiri.

"Ayo kita tunggu di sana, Ly," ajak Gendis sambil menunjuk ke arah poly kebidanan.

Lily mengangguk. Dalam hati dia berpikir akan melaksanakan niatnya nanti setelah ibunya gantian dipanggil masuk.

Mereka pun berjalan beriringan menuju poly itu.

Di tengah jalan, mereka bertemu lagi dengan lelaki yang tadi sempat menanyai Gendis.

Gendis berjalan saja tanpa mau memperhatikan lelaki yang menatapnya itu.

Gendis adalah seorang perempuan yang setia. Meskipun suaminya hilang tanpa kabar hampir dua tahun ini, tak sekalipun dia melirik lelaki lain.

Bahkan tak sedikitpun memberi peluang bagi lelaki lain untuk mendekatinya.

Apalagi dengan penyakit yang dideritanya sekarang. Gendis semakin menutup diri.

"Ibu kenal bapak-bapak itu?" tanya Lily perlahan.

"Enggak. Kenapa?" Gendis balik bertanya.

"Dia memperhatikan Ibu terus," jawab Lily.

Sebenarnya Lily sudah mengetahuinya dari tadi saat mereka duduk. Tapi Lily berpikir, mungkin lelaki itu sedang melihat orang lain yang kebetulan di arah yang sama dengan mereka.

"Tadi sempat ngobrol sebentar," ucap Gendis.

"Enggak kenalan?" goda Lily.

Lily merasa ibunya masih cukup cantik meski terlihat kusam dan jauh lebih tua dari umur sebenarnya.

"Ah, kamu itu. Apa setiap ketemu orang, terus mesti kenalan," sahut Gendis.

"Ya enggak juga sih. Tapi, siapa tau Ibu berminat," goda Lily lagi.

Lily sengaja menggoda Gendis agar tidak tegang dan saatnya nanti dia beraksi, tidak dicurigai.

"Berminat apa?" tanya Gendis.

Menurut Gendis, pertanyaan Lily sangat absurd.

"Berminat berteman sama dia. Ibu kan enggak punya banyak teman," jawab Lily.

Mereka pun sampai di depan ruang poly kebidanan dan duduk di tempat semula.

"Kata siapa? Di sekitar tempat tinggal kita, Ibu banyak kenal orang," sahut Gendis.

"Kan cuma kenal aja. Enggak berteman." Lily berpikir ibunya seperti dirinya. Yang hanya mengenal teman sekolahnya tapi tidak berteman.

"Memangnya mesti harus berteman gitu?" tanya Gendis.

"Ya iyalah, Bu. Kalau banyak teman, banyak relasi, kan banyak rejeki. Bener enggak?"

Gendis menghela nafasnya.

Anak gadisnya sudah mulai kritis. Dan dia harus bisa menjawab semua pertanyaan Lily dengan jawaban yang masuk akal.

Sebab kalau tidak, Lily bakalan nyerang terus.

Untungnya tak lama kemudian perempuan bernama Santi itu keluar.

Gendis bernafas lega. Karena dia bakalan dipanggil dan bebas dari pertanyaan-pertanyaan Lily.

Lily pun ikut bernafas lega, karena sebentar lagi dia akan menjalankan rencananya.

"Eh, kalian dari mana aja?" tanya Santi di depan pintu ruangan.

Aduh, dia nanya lagi. Gendis memegangi jidatnya sendiri.

"Beli minuman, Tante. Tadi ibu haus katanya," jawab Lily yang sok akrab dengan memanggil dengan sebutan tante.

"Oh. Beli minuman apa?" tanya Santi lagi.

"Air mineral. Minuman sehat," jawab Lily dengan percaya diri.

"Kalau cuma air putih sih, di ujung ruangan itu juga ada. Gratis lagi." Santi menunjuk ke arah dimana sebuah galon dan beberapa gelas plastik tersedia.

Sepertinya Santi sudah hafal betul dengan situasi di Puskesmas itu.

Lily dan Gendis menoleh ke arah yang ditunjuk Santi.

Lalu mereka berpandangan.

Dalam hati mereka, menyesal juga mesti mengeluarkan uang untuk air putih yang ternyata sudah disediakan. Mana masih harus jalan jauh juga.

"Oh, disini disediain air putih, ya? Kami enggak tau. Hehehe," ucap Lily sambil nyengir.

Tiba-tiba Santi duduk di sebelah Lily.

Gendis sampai terhenyak. Karena menurut Gendis, mestinya Santi ke bagian farmasi untuk mengambil obat.

"Bu Santi kok enggak ambil obatnya?" tanya Gendis dengan gregetan.

Kenapa orang ini mesti duduk lagi sih? Nanti Lily malah banyak bertanya-tanya soal Jepang lagi. Batin Gendis.

"Nanti aja. Saya nyantai kok. Anak saya yang besar sudah saya titipkan ke ibu mertua. Jadi aman mau pulang jam berapa aja," jawab Santi.

Karena Gendis belum juga dipanggil, akhirnya pasrah dan mengajak Santi ngobrol.

Sengaja Gendis mengajak ngobrol dengan topik yang jauh dari Jepang. Biar Lily tak punya kesempatan bertanya.

"Memangnya anak yang pertama umur berapa?" tanya Gendis.

"Baru tiga tahun. Tapi kasihan juga, selama hidupnya baru bertemu ayahnya tiga kali. Pertama saat baru lahir, kedua saat ulang tahunnya yang ke dua, dan ketiga ya waktu ayahnya nitipin dedek ke perut ini. Hahaha," jawab Santi sambil mengelus perutnya.

Ups!

Gendis menutup mulutnya dengan tangan. Gawat nih, kenapa jawabannya mengarah kesana? Gumam Gendis dalam hati.

"Oh. Terus sekarang dia dititipkan di rumah neneknya?" Gendis segera menyambar dengan pertanyaan lain. Takut keduluan Lily.

Lily sendiri malah santai. Dia memberikan waktu sepenuhnya untuk Gendis agar lebih akrab dengan Santi.

Dia hanya diam menyimak sambil berpikir kira-kira ada tidak kemungkinan Santi menolongnya mencari keberadaan sang bapak.

"Iya. Kebetulan ibu mertua saya enggak punya kerjaan. Dan beliau juga sayang banget sama anak saya itu," jawab Santi.

Hm. Ibu mertua. Sayang sekali aku sudah tak punya mertua. Batin Gendis.

Kedua orang tua Yudi sudah meninggal dunia sebelum Gendis sempat mengenalnya.

"Enak ya kalau masih punya mertua. Ada yang membantu," ucap Gendis pelan. Dia seakan terbawa perasaannya sendiri.

"Memangnya Bu Gendis udah enggak punya mertua?" tanya Santi.

Gendis menggeleng.

"Mertua itu berarti kakek dan neneknya Lily juga kan, Bu?" tanya Lily.

"Iya, Ly. Kakek dan nenek kamu sudah lama meninggal," jawab Gendis.

"Tapi masih punya orang tua kandung, kan?" tanya Santi.

"Sama juga. Kedua orang tuaku sudah meninggal dunia," jawab Gendis sedih.

Andai saja mereka masih ada, hidupku pasti tidak sesusah ini. Aku bisa menitipkan Lily pada mereka, dan aku bisa bekerja di tempat lain. Enggak cuma jadi buruh cuci. Batin Gendis.

"Oh. Ikut berduka ya, Bu," ucap Santi dengan sopan.

"Iya, terima kasih," sahut Gendis.

Lily pun jadi ikutan sedih. Dia ingat waktu kecil dulu. Waktu itu kakek dan neneknya masih hidup.

Lily sering diajak ke rumah mereka. Dan mereka pun sangat menyayanginya.

Tapi sayang, usia mereka tidak panjang. Satu persatu mereka meninggal dunia.

Dan sekarang Lily cuma punya ibu saja. Karena baik Gendis maupun Yudi, sama-sama anak tunggal.

"Ngomong-ngomong, kalian tinggal di mana? Boleh kan kalau lain waktu saya main ke rumah kalian?" tanya Santi.

Aduh!

Mati aku!

Gendis menggigit bibir bawahnya.

Mau jawab bagaimana ini. Serba salah juga. Gendis mulai galau.

Untungnya nama Gendis dipanggil dari dalam.

"Pasien selanjutnya. Ibu Gendis!" seru seorang perawat.

Hh!

Gendis bernafas lega.

Lalu dengan cepat Gendis berdiri dan menarik tangan Lily.

"Ayo kita masuk, Ly," ajak Gendis.

"E...Lily nunggu di luar aja, Bu," sahut Lily.

"Katanya kamu kepingin tau tentang penyakit Ibu," ucap Gendis keceplosan.

Spontan Santi menatap Gendis. Dia terkejut mendengar pernyataan dari mulut Gendis sendiri.

Gendis hanya bisa menelan ludahnya. Menyesali kecerobohannya barusan.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!