Diabaikan keluarga sendiri, disiksa oleh ibunya, diabaikan keberadaannya oleh ayahnya dan adik yang juga membuatnya menderita.
Suatu hari dia menikah dengan lelaki yang sejak awal terlihat mencintainya, dia berharap banyak dengan pernikahan tersebut yang mampu mengakhiri penderitaannya, ternyata suatu ketika Erina tahu bahwa suaminya mencintai adiknya. Dia juga berhadapan dengan Ibu mertua yang otoriter dan adik ipar yang memperlakukan Erina seenaknya. Di rumah tersebut dia menantu tapi nyatanya diperlakukan layaknya seorang babu.
Erina sadar dikemudian hari saat sebuah kecelakaan menimpanya, dia sadar bahwa benar harapan semua orang yang dianggapnya keluarga menginginkan dia mati. Suatu hari dia bertemu dengan pria yang juga memiliki masa lalu dan keluarga yang suram, mereka akhirnya bekerja sama untuk saling membalas apa yang telah mereka dapatkan dimasa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Erina hanya berdecih mendengar ucapan itu, dia tahu bahwa Nugroho tidak akan melakukannya karena Kakek Handoko memberikan wasiat kepadanya untuk menjaga Erina selama dia tidak ada.
Jika Nugroho masih menginginkan 40 persen saham yang masih atas nama Kakek Handoko. Dia harus menjaga Erina dengan baik.
"Aku akan tetap bercerai, pa, ma. Gusti tidak mencintaiku, dia mencintai wanita lain" Ucap Erina dengan melirik tajam Sindi.
Gusti mendengar itu mulai panik, dia mengalihkan ucapan Erina agar tidak mengatakan apapun di hadapan tuan Nugroho dan Widya.
"Kau takut? pada akhirnya kau hanya memanfaatkanku dan kau melindunginya," teriak Erina ynag merasa geram karena dalam situasi itu, Gusti masih tetap melindungi Sindi.
Gusti kembali berusaha membujuk Erina dengan menjanjikan semua hal yang menurutnya bisa meluluhkan Erina. Tapi diluar dugaan Erina bahkan mengusir Gusti dan meminta perceraian itu segera diselesaikan.
"Jika kau ingin melindunginya, besok surat perceraian kita selesai. Kau harus menandatanganinya. Kalau tidak, aku akan menyeret nama wanita yang kau cintai itu," jelas Erina.
Nugroho awalnya ingin menyela tapi setelah melihat Gusti terdiam karena tuduhan Erina dia tidak ingin ikut campur lagi, berbeda dengan Widya, dia sangat ingin membunuh Erina saat itu.
Dia telah merasa sangat tidak berharga di hadapannya karena berani menyela ucapannya dan suaminya Nugroho.
Gusti meninggalkan kediaman tersebut dengan putus asa, usahanya gagal.
...----------------...
Esok hari, surat perceraian Gusti dan Erina akhirnya selesai, saat itu Erina tersenyum karena satu rencananya berhasil, selanjutnya adalah menghancurkan Sindi, satu persatu dia akan membuat semuanya akan menjadi miliknya.
Dia ingin Sindi merasakan sakit mencintai seseorang tapi tidak bisa dimilikinya, dia akan membuat Sindi tahu rasanya dipermainkan setelah sekian lama dan dia ingin tahu Sindi merasakan kegagalan di hidupnya.
Erina kembali meminta Vera untuk mencari informasi selanjutnya, dimana dia bisa bertemu dengan Ansel.
"Dua hari lagi, aku mendengar dia akan melakukan kencan buta di sebuah restauran hotel berbintang lima," ucap Vera.
"Informasinya kau yakin akurat?" Tanya Erina.
"Tentu saja, aku mendengar dari sekretarisnya sendiri saat aku berada di perusahaannya untuk meliput kegiatan dokumenter kantor," jelas Vera.
Erina tersenyum, dia akan bersiap untuk rencana selanjutnya. Saat panggilan telponnya akan berakhir, Vera mengingatkan Erina untuk merubah penampilannya karena untuk membuta Ansel bisa meliriknya adalah dia harus memiliki penampilan yang menarik terlebih dahulu.
"Baiklah, aku akan melakukan yang terbaik,"timpal Erina.
"Du.. du.. du..."
Sindi bernyanyi dengan riang dalam kamarnya, dia tengah bersiap menggunakan riasan dan gaun yang sangat cantik dan sangat seksi. Beberapa lekukan tubuhnya terlihat sangat jelas.
Erina yang tanpa sengaja melintas depan pintu kamar hanya menduga bahwa Sindi akan melakukan kencan dengan seseorang.
"Apakah itu Ansel?" Batin Erina kemudian dia tersenyum.
"Baiklah, aku akan memberikan pertunjukan yang menarik. Kau tunggu saja Sin kejutanku" Guman Erina.
Sindi yang keluar dengan gaun dan penampilan yang menurutnya sangat memukau melihat dandanan Erina yang sangat biasa dengan menenteng sebuah tas kumuh. Sindi menatap Erina dengan tatapan jijik dan merendahkan.
"Kau selalu saja mengenakan hal yang tidak mengenakan untuk dilihat, jangan bilang kau akan ke sebuah pertemuan dengan setelan mu seperti itu," ucap Sindi.
Erina diam saja dan berdecih, dia kemudin meninggalkan Sindi yang masih terlihat sumringah dan sibuk merapikan gaun dan riasan di wajahnya menggunakan cermin kecil yang berada di tangannya itu.
Erina tidak bisa membuang waktu, dia bergegas menuju salon untuk merubah diri dan riasannya bahkan dia telah menyiapkan sebuah gaun dalam paper bag dalam mobil buntutnya itu.
"Gaun ini sangat mahal dan salon itu juga biayanya sangat mahal, tapi baiklah. Sesekali aku harus menikmati semuanya dan tunggu pembalasanku Sindi," gumam Erina kemudian menginjak pedal gas penuh.
"Bibi... bibi.... bibi..." Teriak Sindi.
Semua pelayan di rumah pun berlarian menuju sumber suara, disana ada Sindi dengan penuh amarah mencari heels yang dia letakkan pada rak sepatu miliknya yang tertata rapi tapi heels kesayangannya tidak terlihat.
Sindi tidak mau menerima alasan apapun, heels itu harus segera ditemukan karena menurutnya heels itu serasi dengan gaun yang dia gunakan.
"Kalian harus menemukannya secepat mungkin".
"CEPAT!!!" Teriak Sindi.
Widya yang mendengar itu berjalan keluar dari kamarnya, dia melihat penampilan Sindi seperti biasa, dia akan memujinya, dan memberikan kalimat yang berlebihan untuknya. Dia dengan lembut menanyakan tentang kemarahan Sindi saat itu.
"Ma, heels itu kesayanganku dan cocok dengan gaun yang aku kenakan," jelas Sindi.
"Kau akan bertemu dengan Ansel bukan? jangan membuang waktu, gunakan yang lain saja, kau memiliki banyak heels" timpal Widya.
"Ma, lelaki bisa menunggu. aku yakin dia akan menunggu, aku tahu saat tatapannya di lapangan golf, dia sering melihat ke arahku," timpal Sindi dengan agresif.
Dia membayangkan saat nyonya Berlian memperkenalkannya untuk pertama kali dengan Ansel, dan setelah itu nyonya Berlian juga memperkenalkan Sindi kepada Nyonya Tiara dan meminta Nyonya Tiara agar memberi Sindi peluang dekat dengan Ansel.
Flashback.
"Nyonya tahu rumor apa yang tersebar di luar sana tentang Ansel? dia adalah gay," bisik Nyonya Berlian.
"Apa!!! siapa yang berani menyebarkan rumor itu?"
"Entahlah nyonya, tapi memang sebaiknya Ansel harus dekat dengan seorang perempuan. Karena semua orang akan berpikiran yang sama, Ansel tidak pernah terlibat dengan perempuan".
Nyonya Tiara terlihat diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri, Nyonya Berlian yanh melihat itu dengan segera mengambil kesempatan agar Sindi dan Ansel diberi kesempatan untuk saling mengenal dan dekat. Agar rumor tentang Ansel terbantahkan.
"Baiklah aku setuju dengan ucapanmu," timpal nyonya Tiara.
Mereka akhirnya merencanakan pertemuan selanjutnya antara Sindi dan Ansel setelah itu.
Flash off.
Widya tersenyum mendengar ucapan Sindi, tiba-tiba datang seorang pelayan yang akhirnya membawa heels tersebut. Dia menjelaskan bahwa heels itu berada di bawah rak, awalnya Sindi ingin mengintrogasi satu persatu para pelayan yang membereskan heels miliknya tapi, dia merasa buang-buang waktu karena saat itu dia akan bertemu dengan pria yang sejak lama Sindi incar.
"Ma, Sindi pergi dulu yaa" Ucap Sindi.
Widya tersenyum dan memeluk anak kesayangannya itu.
...----------------...
Namaaz Restaurant.
Semua mata tertuju pada seorang wanita yang berjalan memasuki restauran yang berada dalam hotel berbintang lima tersebut. Ujung rambutnya yang ikal telah di bentuk sedemikian rupa hingga terkesan anggun dan berkelas, rambut hitam pekat pun memberi kesan tersendiri.
Gaunnya berwarna biru sedikit gelap kontras dengan warna kulitnya, tidak lupa sentuhan jahitan dan desain gaun yang dikenakannya, memperlihatkan betapa gaun tersebut di desain oleh desainer ternama.