Lin Feng, seorang Pendekar Langit yang dihormati di seluruh Dunia Langit Surgawi, berhasil mencapai pencapaian legendaris: membangkitkan Seni Pedara Naga Terbang, teknik kuno yang hilang yang mampu membuka Gerbang Surgawi. Namun, kesuksesannya justru menjadi bumerang. Kaisar Langit Xuan, penguasa dunia, diliputi keserakahan dan rasa iri, merancang konspirasi keji untuk mencuri kekuatan Lin Feng—kekuatan yang hanya bisa diambil dengan membunuh pemiliknya.
Dijebak, difitnah sebagai pengkhianat, dan disiksa di penjara paling kelam, Gua Pengasingan Langit, Lin Feng menyaksikan hidupnya hancur berantakan. Bahkan Mei Ling, istri yang dicintainya, dirampas dan dijadikan selir oleh Pangeran Ke-7. Dalam detik-detik terakhir sebelum ajal menjemput, hati Lin Feng dipenuhi amarah dan penyesalan yang mendalam.
"Jika ada kehidupan lain... aku akan membalaskan semuanya!"
Namun, kematian bukanlah akhir baginya. Roda takdir berputar dengan cara yang tak terduga. Jiwa Lin Feng yang penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wee nakk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KOTA LEMBAH NAGA
Bulan menggantung pucat di langit malam, tertutup awan kelabu yang bergerak perlahan. Di halaman kecil depan rumah, **Lin Feng** duduk bersila di bawah pohon jati tua. Cahaya rembulan membias di wajahnya, menambah kesan tenang sekaligus dingin.
Setelah makan malam, dia mengatakan ingin mencari udara segar. Pada kenyataannya, Lin Feng membutuhkan tempat sunyi untuk berpikir.
"Sebelum turnamen dimulai… aku harus menembus **Lapisan Qi Inti ketujuh**," gumamnya lirih. “Anak-anak mereka pasti sudah disuapi harta dan pil kultivasi tanpa batas. Akan sangat memuaskan kalau aku bisa menghajar mereka di depan wajah mereka sendiri… Lin Qing Min, Lin Zhan Feng… jangan berharap aku menganggap kalian keluarga lagi.”
Lin Feng meremas tanah di bawahnya, napasnya mulai panas. Namun pikirannya tiba-tiba teralih memikirkan satu hal lain.
Sosok **Xuan Ji**, entitas misterius yang tinggal di dalam kesadarannya.
“Hei, Xuan Ji. Kau bilang punya perjanjian dengan ibuku… sekarang jelaskan semuanya.”
Keheningan.
Lin Feng mengetukkan jarinya di tanah. “Jangan pura-pura mati. Aku tahu kau mendengar.”
Tetap tidak ada respons. Kesadarannya sunyi bagaikan gua kosong.
“Terserah kau,” Lin Feng akhirnya berdiri. “Kalau tak mau bicara, aku akan mencari jawabannya sendiri.”
Besok pagi ia, ayahnya **Lin Tao**, dan kakaknya **Lin Mei** akan berangkat menuju **Kota Lembah Naga**. Lin Feng menganggap itu kesempatan emas untuk mencari informasi tentang ibunya… dan mungkin masalah lain yang dikubur dalam klan.
Untuk malam ini, dia memilih tetap di rumah dan tidak mengganggu fokusnya.
Pagi datang lebih cepat daripada yang diharapkan. Cahaya kuning muncul dari balik kabut lembut. **Lin Tao** sudah bangun sejak subuh, menyiapkan gerobak dan memindahkan barang-barang perdagangan yang akan mereka bawa ke kota.
Di sisi lain, Lin Feng masih tertidur bersandar pada batang pohon. **Bai Yun**, serigala putih kecil itu, duduk di sampingnya seolah menjaga sepanjang malam.
Ketika Lin Tao melihatnya, ia hanya tersenyum kecil. “Feng, kau benar-benar sudah tumbuh… Ibumu pasti lega di alam sana melihatmu setangguh ini.”
Tak lama kemudian Yu Xin Qian muncul sambil membawa buntelan kain dan beberapa barang kebutuhan.
“Ayah, kenapa tidak bangunkan Lin Feng? Nanti kita sampai malam,” katanya sambil menghela napas.
“Kalau begitu kau saja yang bangunkan. Kau lebih ahli membuatnya panik,” jawab Lin Tao sambil tertawa kecil.
Yu Xin Qian maju, lalu tanpa basa-basi langsung mendorong tubuh adiknya.
“Bangun! Kalau tidak kami tinggalkan!”
Lin Feng terjaga seketika, wajahnya linglung. Seolah ruhnya baru saja ditarik paksa kembali ke tubuh.
“HEI! Tidak bisa bangunkan orang baik-baik?!” seru Lin Feng.
Yu Xin Qian hanya menjulurkan lidah sambil berkata, “Cepat bersiap! Waktu kita terbatas!”
Lin Feng mendengus panjang, mengumpat kecil sambil berjalan ke dalam rumah.
Beberapa waktu kemudian, setelah semuanya siap, mereka berangkat. Lin Feng menunggangi **Bai Yun** di depan, sementara Lin Tao dan Lin Mei duduk di kusir gerobak.
Perjalanan mereka memakan waktu lama. Mereka melewati hutan, lembah, dan ladang luas. Beberapa kali berhenti untuk memberi minum kuda. Namun selain itu, perjalanan benar-benar tenang.
Setidaknya di permukaan.
Karena Lin Feng sudah merasakan sejak pagi—
**mereka sedang diikuti.**
‘Tiga orang… Qi Inti lapisan keempat dan kelima. Ahli dari luar desa.’
Bai Yun menguap tanpa peduli, seolah ancaman itu serangga kecil.
Lin Tao juga tahu, tapi ia tidak menunjukkan kegelisahan. Ia sesekali bersiul sambil memegang tali kekang, menyembunyikan rasa waspada yang ia simpan di dalam.
Beberapa jam kemudian, garis besar bangunan besar mulai terlihat dari kejauhan.
“Feng! Lihat di depan!” ujar Lin Tao sambil menunjuk.
Sebuah gerbang besi raksasa berdiri kokoh. Di atasnya, ukiran naga berputar seolah hidup. Di bawah gerbang, para penjaga berdiri tegak sambil memegang tombak panjang.
Saat mereka melintas, para penjaga tidak menghentikan siapapun. Seperti kota besar di wilayah timur, hanya pedagang atau orang bermasalah saja yang diperiksa.
Begitu memasuki gerbang, Lin Feng terpaku.
Kerumunan padat, jalan berbatu, pedagang meneriakkan dagangan, aroma rempah, suara musik, dan bangunan tinggi yang menjulang di kejauhan—semua bertabrakan dalam satu pandangan.
“Kota ini… jauh lebih besar daripada yang kubayangkan.”
Namun matanya tertarik pada satu bangunan tertentu.
Sebuah gedung hitam–emas berdiri elegan, dengan lambang bunga berkelok yang berkilauan.
“**Paviliun Bunga Mengambang… mereka benar-benar buka cabang di sini.**” Lin Feng bergumam tanpa sadar.
Sejumlah orang menatapnya, heran melihat seorang pemuda dengan serigala putih kecil berdiri tanpa takut di tengah keramaian.
“Feng, mari kita antar barang ini dulu,” kata Lin Tao. “Jangan sampai kau menghilang hanya karena penasaran.”
Lin Feng mengangguk.
Namun matanya tetap terpaku pada bangunan itu.
di sebelah udah ampe jauh bgt ini ceritanya