Balas Dendam Harus Dibayar Tuntas
"Erina...."
"Erina..."
"Kamu kemanakan gaun yang berwarna grey aku beli minggu lalu?" Teriak Nina.
"Erinaaaaa...!".
"Kakak ipar menyebalkan! tidak berguna" Gerutu Nina.
Erina yang mendengar itu dengan cepat berlari menuju sumber suara. Dengan nafas yang terengah dia tiba di kamar adik iparnya itu. Nina terlihat sedang bersiap untuk menghadiri sebuah acara bersama dengan teman-temannya, dia bersolek dengan sangat glamour dengan pakaian yang sangat terbuka.
Dengan wajah yang kusam dan pakaian yang sederhana, Erina mengatur nafasnya pelan agar dia bisa menghadapi Nina.
"Maaf Nina, gaun itu masih basah, aku belum ....".
"Ha?!! bukannya aku menyuruhmu mencucinya kemarin?" Ucap Nina dengan sinis.
"Maaf, aku tidak punya waktu untuk.....".
Ucapan Erina terbantahkan dengan ucapan-ucapan kasar dari Nina adik iparnya, dia mengatakan bahwa Erina tidak becus, tidak berguna bahkan dia mencemooh fisik dan wajah Erina yang tidak terawat dengan baik. Dengan kesal Nina mengusir Erina keluar dari kamarnya dengan mendorong tubuh Erina yang lemah.
"Keluar dari kamarku, dasar tidak berguna, pantas saja kakaku tidak pernah ingin tidur denganmu, dia lebih memilih tidur di kamar lain dibanding tidur bersama wanita tidak berguna seperti kamu!"Teriak Nina.
Braaaaaakkkkk....
Suara pintu tertutup sangat keras tepat di hadapan Erina. Dia hanya bisa menahan tangisnya dengan mendapatkan perlakuan Nina yang sejak awal tidak berubah kepadanya.
Erina berjalan dengan lemah memasuki kamarnya dan melihat wajahnya yang terlihat kusam. Dia manis dan kulit yang putih, hanya saja dia tidak pernah memiliki waktu luang merawat diri karena pekerjaan rumah dan melayani adik ipar serta ibu mertua yang tidak pernah menganggapnya sebagai menantu dalam keluarga tersebut.
Erina menangis tersedu-sedu, dia menahan sesak di dadanya. Erina mengingat selama ini dia telah berusaha menjadi istri, menantu dan ipar yang baik untuk mereka. Dia menyiapkan segala keperluan dan makan mereka dan juga dia mengerjakan semua pekerjaan asisten rumah tangga tanpa digaji atau diberi pujian sama sekali.
Dia tidak habis pikir apa yang salah dengannya. Dia menerima lamaran Gusti dulu, karena dia yakin Gusti pun mencintainya.
Flashback.
Di sebuah restoran bintang lima, Erina berlari menuju ruangan VIP. Erina sesekali melihat jam tangannya karena takut terlambat berang satu menit pun.
"Semoga saja Gusti belum datang," gumamnya.
Nafas Erina terengah-engah saat tiba tepat di depan pintu ruang VIP tersebut. Dia berusaha merapikan diri kemudian mengetuk pintu dan masuk ke dalamnya.
Mata Erina membulat sempurna, mulutnya bahkan dia tutup menggunakan tangannya karena merasa sangat syok atas apa yang dilihatnya.
Gusti, lelaki yang selama ini dia sukai, membawa sebuket bunga mawar merah dan tersenyum kepadanya. Tidak hanya itu, ruangannya dipenuhi dengan bunga dan tentu saja meja-meja tersusun rapi layaknya dinner romantis yang selama ini Erina impikan.
"Apakah aku sedang bermimpi?"Gumam Erina.
"Tidak, ini untukmu," ucap Gusti kemudian memberikan buket bunga tersebut.
Erina dan Gusti makan dengan raut wajah yang berbinar, tepatnya hanya Erina yang sangat berbinar dan sangat bahagia, sedangkan Gusti terlihat biasa saja.
Mungkin karakter Gusti yang seperti itu atau memang Erina yang lebih mencintainya, jika cinta bisa diukur besar dan kecilnya, pikir Erina.
"Sudah dua bulan kita bersama. Bagaimana perasaanmu, kau bahagia?" Tanya Gusti.
Erina mengangguk dengan sangat cepat, rasanya bibir manis Erina sangat malu untuk mengucapkan sepatah kata saat itu.
"Bagaimana kalau kita menikah?" Ucap Gusti spontan.
Erina yang mendengar ucapan Gusti secara tiba-tiba itupun merasa syok, bahkan sendok yang ditentengnya terjatuh. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, selain dia sangat bahagia.
Gusti terdiam dan menunggu balasan Erina saat itu yang sibuk mengatur nafas dan mengendalikan dirinya karena bahagia. Bahkan pipinya merona sangat lama.
"Erina.."
"Erina...".
Erina yang mendengar itupun tersenyum lebar dan kembali dengan kesadarannya. Dia mengangguk dan mengatakan setuju untuk pernikahan itu.
"Aku sebenarnya sudah sangat lama menyukaimu dan lamaran ini membuatku sangat bahagia sampai aku tidak bisa mengatakan apapun lagi," jelas Erina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku tahu perasaanmu," timpal Gusti.
"Kau tahu perasaanku??" Ucap Erina kembali.
Gusti mendengar itu mengangguk, dia kemudian menjelaskan bahwa dia tahu tentang perasaan Erina kepadanya, dimulai saat Gusti sering berkunjung ke sebuah Cafe dan disana Erina sering melirik kepadanya.
Erina bahkan sering menulis sebuah catatan surat misterius dan dititipkan ke pemilik cafe untuk Gusti. Saat dia tahu Gusti adalah senior di kampus Sindi, dia berusaha agar bisa kenal dengannya melalui Sindi, dan akhirnya komunikasi mereka terjalin.
Tidak jarang, usaha Erina untuk memberikan yang terbaik untuk Gusti. Kado disetiap bulan dihari spesial menurut Erina. Perhatian dan juga saat Gusti menginginkan sesuatu, Erina akan berusaha mewujudkannya.
Persoalan ekonomi bahkan hingga Gusti melakukan pekerjaan lapangan. Erina akan selalu datang membawa bekal makanan tanpa mengenal lelah dan kondisi cuaca saat itu.
Acara lamaran berhasil, Erina yang meminta izin kedua orang tuanya tidak memiliki kesulitan sama sekali, bahkan mereka sangat terburu-buru ingin melangsungkan pernikahan Erina, mungkin saja karena mereka tidak sabar agar Erina meninggalkan rumah tersebut.
Erina tidak khawatir, dia yakin bahwa menikah dengan Gusti, lelaki yang dicintainya. Kehidupan Erina akan berubah menjadi lebih baik lagi dan akan mendapatkan kebahagiaa.
"Hufftt, aku akan lepas dari mereka dan aku akan hidup bahagia bersama Gusti" Gumam Erina disepanjang hari sebelum tidur menjelang hari pernikahannya.
Pernikahan Erina tidaklah terlalu megah tapi bisa dikatakan cukup untuk keluarga level stay privacy, walau sebenarnya mereka bisa melakukan yang lebih meriah, tapi Erina sadar dengan posisinya dalam keluarga Nugroho.
Erina bahkan, turun tangan sendiri melakukan persiapan dekor ruangan untuk acara pernikahannya. Berbeda dengan pernikahan wanita lain yang menjelang hari H dia akan sibuk mempercantik diri.
"Besok aku akan menikah, semoga saja semuanya berjalan dengan lancar" Ucap Erina.
...----------------...
Esok hari, pernikahan berlangsung lancar sesuai harapan Erina. Hanya saja setelah pertemuan dua keluarga kembali, ada yang sedikit aneh dari pihak keluarga Gusti.
Erina pun tidak mengerti, dia hanya melihat jika ibu mertuanya Mira meminta Widya dan Nugroho memasuki sebuah ruangan untuk membicarakan sesuatu, tapi dia pun tidak paham apa yang mereka lakukan, kesepakatan? Mungkin saja seperti itu.
Resepsi pernikahan selesai, malam hari para tamu undangan satu persatu meninggalkan tempat acara, Erina dan gusti pun akhirnya pulang ke rumah Gusti.
...----------------...
Kediaman Gusti.
"Huffff...." Gusti menghembuskan nafas karena lelah melayani tamu undangan.
Erina yang melihat itu segera meminta asisten rumah tangga untuk mengambil minuman untuk Gusti. Dia tersenyum manis saat melihat Gusti kelelahan dan menyenderkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumah Gusti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
nichtnoir
Keren 🙌🏻
2024-08-30
0
babygirl♡
bagus...
2024-05-24
0
Zhu Yun💫
Karya baru lagi, semangat kakak 💪🤗
2024-02-04
0