King Mafia And Queen Mafia

"Buka pintunya Joy." ucapnya sambil mengetuk pintu mobil Joy. Lantas Joy langsung membukakan pintu untuknya. Kemudian Violet bergegas masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Joy langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan.

Diluar dugaan tampak pengendara mobil berwarna hitam yang terparkir di seberang jalan sedang memperhatikan Violet dari dalam mobil.

"Aku yakin gadis berandal itu sedang kabur dari rumah." ucap pria itu sambil tersenyum sinis yang sempat memperhatikan gelagat gadis yang akan menjadi tunangannya itu. Dan pria itu tidak lain adalah Evan.

Niatnya datang ke kediaman tuan Keynand untuk menjemput gadis yang akan menjadi tunangannya. Namun kedatangannya hanyalah sia-sia, setelah menyaksikan gadis itu berusaha kabur dari rumah. Tidak mungkin juga jika ia harus turun tangan mengejar gadis berandal itu.

"Biarkan saja dia melakukan keinginannya." ucapnya acuh dan tak ingin ikut campur urusan mereka. Lalu Evan melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut, ia kembali mengemudikan mobilnya menuju perusahaannya.

Sungguh ayahnya hanya membuang-buang waktunya yang kembali memintanya menjemput gadis berandal itu untuk membawanya ke sebuah toko perhiasan, guna memilih cincin pertunangan mereka.

***

Sementara itu, Nyonya Viona yang mengetahui putrinya kabur dari rumah hanya mampu duduk lesu di kursinya. Raut wajahnya tampak cemas dan tengah menunggu sang suami pulang dari kantor untuk menyelesaikan permasalahan perihal kaburnya putrinya.

"Apa yang terjadi sayang?" tanya tuan Keynand yang baru saja sampai.

"Violet mas. Violet kabur dari rumah." ucapnya sambil menghela nafas berat. Tuan Keynand tertawa kecil mendengar ucapan istrinya.

"Loh, kenapa mas malah ketawa. Putri kita kabur dari rumah, bukannya cemas malah tertawa senang." ucap Nyonya Viona dengan wajah cemberut dan begitu kesal melihat respon yang dilakukan oleh sang suami.

"Sayang, biarkan saja putri kita menikmati kebebasannya. Kemanapun dia pergi, ujung-ujungnya dia selalu ingat pulang ke rumah. Jangan khawatir, percayalah dia bisa jaga diri dan secepatnya bakal pulang ke rumah." ucap tuan Keynand yang terlihat santai dan tak ingin mempermasalahkannya.

Selama putrinya bisa jaga diri, ia selalu memberikan kebebasan. Karena menurutnya, masa muda adalah masa-masa yang penuh keingintahuan dan harus dinikmati jika kesannya positif, namun jika kesannya negatif maka harus dihindari, jangan sampai putrinya ikut terjerumus di dalamnya.

Sejauh ini tingkah laku putrinya masih aman-aman saja. Walaupun memberikan kebebasan kepada putrinya, namun ia tidak lepas tanggung jawab sebagai seorang ayah, mata-matanya selalu bekerja keras selama dua puluh empat jam mengawasi gerak-gerik putrinya diluaran sana.

"Terus bagaimana dengan pertemuan keluarga malam ini?" tanya Nyonya Viona sambil menautkan kedua alisnya menatap tajam sang suami.

"Kita batalkan saja. Aku akan menghubungi Alex perihal tingkah putri kita yang sedang merajuk. Aku yakin Alex dan putranya tidak mempermasalahkannya." ucap tuan Keynand sambil memegang kedua bahu istrinya.

"Tapi mas..." Tuan Keynand langsung memotong ucapan istrinya.

"Ssst...jangan terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak. Karena setelah mereka resmi menikah, sudah pasti keduanya akan memiliki tanggungjawab masing-masing sebagai suami istri. Dan aku sebagai ayahnya akan meminta Evan untuk menjaga putri kita dengan baik. Kalau perlu aku akan memberikan les privat untuk Evan trik menaklukkan putri kita, semua itu bertujuan untuk mendekatkan putri kita dengan Evan, putra Alex" Ucap tuan Keynand tersenyum.

"Mas, aku merasa Violet tidak setuju bertunangan apalagi sampai menikah dengan putra Alex. Jika dia setuju, mana mungkin dia sampai kabur dari rumah" ucap Nyonya Viona yang mampu mengamati gelagat putrinya. Sehingga ia mampu menyimpulkan dari sudut pandang seorang ibu setelah kejadian tersebut.

"Aku tidak akan pernah memaksa putri kita jika memang tidak setuju untuk menikah dengan putra Alex. Jadi tak usah ambil pusing dengan kejadian ini." ucap tuan Keynand sambil mengelus lembut pipi mulus sang istri.

Nyonya Viona hanya mampu mengangguk menanggapi ucapan sang suami, lalu berhambur memeluknya. Tuan Keynand tersenyum melihat tingkah laku istrinya. Ia pun langsung membalas pelukannya. Sampai detik ini pasangan suami istri itu selalu saling memberikan masukan perihal tentang anak-anaknya.

🍁🍁🍁🍁

Sementara di tempat lain...

Violet bersama rombongannya baru saja tiba di pulau Liu menggunakan kapal layar milik paman Joy. Pulau yang mereka datangi merupakan pulau milik pengusaha sukses diberbagai negara, namun pulau tersebut hanya di percayakan dijaga ketat oleh anggota mafia the Hunter.

Terdapat sebuah villa dan rumah pohon di pulau tersebut. Dan memang sengaja di buat sebagai tempat beristirahat jika ada sebuah pertemuan besar di pulau tersebut.

"Sebagian dari kalian harus menunggu disini. Jika terjadi masalah, kalian ataupun kami akan menirukan suara hewan untuk memberikan kode-kode rahasia kepada yang lainnya." ucap Violet mengingatkan kepada anggota kelompoknya.

"Baik ketua." ucap mereka dengan kompaknya.

Kemudian Violet melangkah menuju halaman Villa tempat diselenggarakannya transaksi barang terlarang. Joy dan dua anggota The Vio tampak mengekor di belakang ketuanya sambil menenteng koper sedang yang berisi uang tunai.

Dari kejauhan Violet mampu melihat keramaian di halaman Villa. Sepertinya transaksi barang terlarang sebentar lagi akan dimulai, mengingat banyaknya orang yang sudah berkumpul di sana.

"Ketua, pakai topeng mu. Jangan sampai ada yang mengenali wajahmu." ucap Joy mengingatkan ketuanya.

"Astaga, aku sampai lupa, Joy. Untung kau masih selalu setia mengingatkanku. Makin kesini, aku mulai jadi pelupa." ucap Violet terhentak sambil tepok jidat. Kemudian ia langsung mengeluarkan topeng dari dalam tasnya lalu memakainya cepat. Jangan sampai ada yang mengenali wajahnya.

Setelah penyamarannya sudah aman, Violet lekas berbaur dengan para mafia lainnya. Saat ia celingak-celinguk melihat situasi disekitarnya, tiba-tiba seorang pria menyenggol lengannya.

Refleks Violet menoleh ke arah pria yang tak sengaja menyenggol lengannya, hingga kedua matanya langsung membulat sempurna melihat pria tersebut.

Ya ampun, kenapa pria jelek nan menyebalkan itu ada disini. Apa jangan-jangan dia sengaja mengikuti ku. Tapi, mana mungkin dia mengenaliku setelah melihat penampilanku. Batin Violet was-was.

Sementara itu, pria yang baru saja menyenggol lengan Violet melangkah lebar memasuki villa mewah yang berdiri di tengah-tengah pulau Liu. Pria itu sama sekali tidak memperdulikan di sekitarnya.

"Untung dia tidak mengenaliku." gumam Violet menyeringai melihat kepergian Ares.

Tak berselang lama kemudian, acara inti dari pertemuan penting itu akan segera dimulai. Tampak setiap orang masing-masing membawa koper, tidak hanya itu terdapat box besar yang sepertinya berisi barang ilegal sudah siap di transaksi kan.

Kedua manik mata Violet terlihat serius memindai di sekelilingnya. Hingga tiba-tiba sebuah tangan kekar menarik pinggangnya. Violet terhentak kaget dan pandangannya langsung di alihkan pada sosok yang begitu lancang menyentuhnya.

Violet terperanjat melihat pria yang sangat dikenalinya dan kerap kali bertemu dengannya tampak menunduk memperhatikan wajahnya secara seksama.

"Kita bertemu lagi nona galak." ucap pria itu menyeringai licik dan masih mengenali wajah Violet walau tertutupi sebuah topeng. Dan pria itu tidak lain adalah Ares.

Violet tak menyahuti ucapan Ares, ia lantas mendorong tubuh kekar pria itu hingga menjauh darinya. Seketika Ares terkekeh melihat tingkah kesal Violet.

"Setelah ini, aku akan berkunjung ke kediaman mu untuk meminta restu kepada orang tuamu." jelas Ares menyeringai dan Violet hanya menatapnya tajam yang siap menghajar habis-habisan pria itu.

*

*

*

Kediaman Nyonya Laurent.....

Tampak Nyonya Laurent duduk di kursi malasnya sambil memikirkan rencana yang akan dilakukan kepada putranya. Wanita paruh baya itu masih saja malu atas tindakan putranya.

"Aku harus tahu jelas gadis yang selalu bersama dengan putraku." ucapnya lalu membuka laci nakas. Ia baru ingat sempat menyimpan identitas gadis itu.

Nyonya Laurent segera membuka amplop coklat yang dipegangnya, hingga kedua matanya membulat sempurna melihat isi dari amplop coklat tersebut.

"Apa!!" ucapnya tak habis pikir.

Bersambung.....