Apa jadinya jika jiwa seorang wanita terpidana mati,berpindah ke tubuh seorang wanita lemah dari jaman kuno?
Kanina, seorang terpidana mati yang hidup kembali di tubuh wanita lemah dari jaman kuno.
Dengan ruang di tangan,Dia perlahan menahlukkan dunia yang patriaki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma mossely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10.Menanyakan arah pasar
Ketika ketiga anak nya sudah terlelap,Kanina memutuskan untuk membuat pintu darurat dengan menggunakan kain goni yang banyak berserakan di sekitar rumah nya.
Kanina menjahit ujung dan pangkal kain goni tersebut bersamaan dengan sebilah bambu,yang bertujuan agar kain goni itu dapat mempertahankan bentuk pintu tanpa harus terlipat-lipat.
Setelah semua itu selesai,Kanina menempelkan pintu darurat tersebut dan ruangan yang terbuka tadi,kini tertutup sudah.
"Dengan begini angin tidak akan terlalu kencang masuk."
Monolog Kanina.
Dia segera melihat ketiga anak itu dan mencium kening mereka satu per satu.
Setelah itu,dia kembali mendekati dapur nya.Dia meraih sebuah mengkuk yang cukup besar dan menungkan ayam tumis jamur kuping kedalam mangkuk tersebut.
Lalu mengantar nya ke rumah Nenek Darsim.Dia juga berencana menanyakan tentang pasar tradisional di era ini kepada Nenek Darsim.
Karna cuaca yang mulai dingin,Kanina meraih jaket nya yang sudah usang dan dipenuhi dengan tambalan.
Meskipun tampak lusuh namun masih sangat hangat di kenakan di tubuh nya.
"Sepertinya aku harus mengumpulkan banyak uang,bukan saja rumah sudah tidak layak.Bahkan pakaian pun sudah sangat tidak layak."
Meskipun jengkel tetapi Kanina tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah memastikan semua nya aman,Kanina berangkat ke rumah Nenek Darsim dengan membawa keranjang rotan di punggung nya,yang berisi semangkuk ayam tumis jamur.
Dia yakin Nenek Darsim tidak akan kecewa dengan rasa masakan nya ini.Karna diantara semua bakat yang dimiliki oleh Kanina di kehidupan sebelumnya.Masak adalah salah satu nya yang terbaik.
Perjalan menuju ke rumah Nenek Darsim yang berada di ujung desa menghabiskan waktu selama lima belas menit.
Cuaca diakhir bulan Agustus selalu sangat dingin.Kanina merapatkan jaket lusuh nya untuk mendapatkan kehangatan.
Untung nya Kanina memiliki tubuh dan kaki yang kuat.Tidak terasa perjalanan lima belas menit di tempuh dengan cepat oleh nya.
Akhirnya dia sampai di depan kediaman Nenek Darsim,yang berdiri kokoh meskipun masih menggunakan papan sepenuhnya.
Namun itu masih menjadi rumah terbaik dan terindah di desa Makmur tersebut.
Tok tok tok
"Bibi ,selamat malam."
Kanina mengetuk pintu Nenek Darsim dengan kuat.
Sesekali dia meniupkan nafas hangat ketangan nya yang dingin.
Ceklek
Pintu terbuka dari dalam,namun orang yang membuka pintu membuat Kanina nyaris tersedak.
Ben berdiri dengan tegap di depan Kanina.Tatapan nya sama sekali tidak ramah.
"Ada apa?"
Lihat!! Lihatlah pria sialan ini.
Meskipun kesal,Kanina hanya mampu menelan kekesalan nya didalam hati.
"Maaf apakah Bibi Darsim masih belum tidur,saya ingin menanyakan sesuatu kepada beliau."
Kanina sangat berharap jika pemuda ini tidak menghalangi jalan nya.
"Ini sudah malam,dan Ibu ku sudah tua jadi dia pasti sudah beristirahat saat ini.Anda mengganggu nya."
Uhuk uhuk
Kanina benar-benar tidak habis pikir dengan pria di depannya ini.Haruskah pertanyaan sederhananya dijawab sedemikian menusuk??
"Saya hanya...."
"Biarkan saja dia masuk Ben,kasian ini sudah malam,diluar pasti dingin sekali."
Suara tua itu begai penyelamat bagi Kanina.
Tanpa menunggu Ben mempersilahkan nya masuk,Kanina segera mendorong pintu depan hingga terbuka dan masuk begitu saja.
Dia tidak menghiraukan tatapan kematian dari Ben.
"Bibi maaf jika aku mengganggu mu malam-malam begini,aku hanya ingin mengantarkan ayam milik mu."
Tanpa menunggu mulut tajam Ibu dan anak ini beradu,Kanina langsung meletakkan keranjang rotan nya,dan mengeluarkan ayam tumis jamur milik Nenek Darsim.
Aroma harum daging dan khas jamur segera tercium memenuhi seluruh ruangan.Bahkan Ben yang berwajah tabah pun tampak menelan ludah nya saat ini.
Melihat mata terlena anak dan Ibu itu,Kanina dengan sengaja membuka daun yang menjadi tutup mangkuk tersebut,dan warna merah cerah dari kuah ayam dan jamur kuping yang unik menyambut mereka.
"Aku menumis ayam ini dengan jamur kuping,rasa nya menjadi lebih enak dan gurih.Bibi cobalah."
Kanina bahkan menyodorkan sebuah sendok yang entah dari mana didapatnya kepada Nenek Darsim yang tampak tidak sabar mencicipi.
Slurppp
Satu suapan dari kaldu ayam dan jamur masuk kedalam mulut Nenek Darsim.Mata tua nya langsung terpejam menikmati sensai pedas,gurih dan manis dimulut nya.
"Bagaimana..?"
Kanina menunggu dengan penuh harap,begitu juga dengan Ben.Jangan melihat badan besar dan wajah tabah nya.Ben memiliki satu kelemahan yang menjadi rahasia yang diketahui oleh Ibu nya dengan baik,yaitu makanan lezat.
Dan saat ini Ben tengah berjuang mengendalikan dirinya agar tidak merebut sendok dari tangan Ibu nya, dan memakan makanan di depannya.
Sebab jika hal itu sampai terjadi maka citra nya selama ini akan hancur.
"Enak.Benar-benar enak."
Nenek Darsim berbicara dengan nada yang dipenuhi kepuasan.Tangan nya kembali terulur ke arah mangkuk dan meraih satu paha ayam.
Hap.
Nenek Darsim langsung memakan daging empuk dan gurih tersebut dalam satu gigitan.
Empuk benar-benar empuk.
Glek
Mata Ben yang biasanya tajam tampak berkaca-kaca saat ini.
Ibu sungguh tidak menyayanginya lagi.
Untung saja posisi Ben tepat berada di belakang Kanina,jika tidak??
Maka tamat lah riwayatnya.
"Jika Bibi menyukai nya maka saya bisa tenang.Tujuan saya kemari bukan hanya untuk mengantarkan ini Bibi.Saya juga ingin menanyakan arah pasar kepada Bibi."
"Kebetulan hari ini kami menemukan sekelompok jamur yang biasanya di gunakan untuk bahan obat-obatan tradisional.Saya ingin melihat,apakah jamur ini bisa di jual."
Kanina mengutarakan keinginan nya.
Nenek Darsim yang tengah mengunyah makanan berhenti sejenak,lalu mengunyah makanan kembali.
"Besok Ben akan ke kota Provinsi untuk mengambil gaji Ayah nya,kau bisa ikut jika mau.Dia akan menunjukan tempat toko jamu berada kepada mu."
Jawaban Nenek Darsim membuat Kanina sangat puas.
Yah.
Meskipun harus berurusan dengan Putra nya yang menyebalkan.
"Terimakasih Bibi.Lain kali jika saya memiliki makanan enak,saya tidak akan melupakan Bibi."
Dalam sekejab Nenek Darsim telah di beli dengan makanan enak oleh Kanina.
Namun rasa senang Kanina langsung padam ketika mendengar suara Ben yang datar.
"Pukul enam pagi kutunggu di pintu masuk desa.Tidak ada kata terlambat."
"Baik Tuan."
'Mati saja kau sialan.'
Namun kalimat terakhir hanya mampu diucapkan didalam hati,karna fakta nya saat ini Kanina masih tertawa kering saat menghadapi wajah datar Ben.
'Sialan,sialan.Aku benar-benar membenci mu.'
"Baik Tuan, terimakasih telah bersedia membawa ku."
Sungguh menyebalkan saat kita menahan diri untuk mengumpat orang yang tidak kita sukai.
double up y thor