Transmigrasi Ke Tubuh Anak SMA

Bismillahirohmanirohim.

Sore hari saat waktunya pulang dari perguruan kalang kilat Laura tak menyangka jika Vano akan menjemput dirinya.

"Ngapain lo di sini?" Laura bertanya dengan nada sinis pada Vano.

Laura mengabaikan Vano begitu saja setelah mengajukan pertanyaan pada Vano, tanpa mendengarkan jawaban yang keluar dari mulut Vano.

"Gue ngapain di sini? jelaskah jemput lo! Ngapain lagi?" jawabannya sambil menghadangi Jalan Laura yang akan pergi begitu saja meninggalkan dirinya.

"Mau kemana lo? " tanya Vano nyalang, "Enak aja ya L, main pergi-pergi aja, gua udah susah-susah jemput lo ke sini, lo nggak nganggap gua. Awas aja lo bakal tau akibatnya, ayo pulang!"

Vano menarik tangan sang adik kasar tak mau kalah dengan Vano Laura pun menarik tangan itu dengan kasar pula.

"Lepas! kagak usah kasar-kasar gue bisa sendiri." ucap Laura sambil masuk ke dalam mobil Vano begitu saja.

"Adik kurang ajar!" setiap hari Vano dibuat tambah kesal pada Liana.

"Jika bukan mama dan papa yang menyuruh gua menjemput lo, mana mau gua jemput!" Vano masih setia mengoceh di dekat mobilnya.

Laura yang berada di dalam mobil Vano merasa kesal karena panu tak kunjung masuk ke dalam mobil, "Woi! jadi pulang nggak sih." Laura membuka sedikit kaca mobil Vano.

"Iya."

Tak lama kemudian mobil Vano sudah meninggalkan area perguruan kalam kilat. Di dalam hati Vano dia terus menyumpah serapani sang adik.

Vano tetap menyetir dengan santai, sambil mengumpat Liana di dalam hatinya, 'Awas aja lo Liana, gue akan segera membalas semua ini! sekarang ini gue akan berpura-pura Baik sama lo, tapi setelah lo percaya sama gue maka gue saat itu akan segera membalas semua yang lo perbuat.'

Tidak ada pembicaraan sama sekali di dalam mobil Vano antara kakak beradik itu. Tak Butuh waktu lama keheningan di dalam mobil itu terpecahkan karena mobil Vano sudah sampai di depan rumah mereka. Liana segera turun dari mobil Vano.

"Biasain kalau udah ditolong sama orang itu bilang makasih " Sindir Vano saat Liana akan turun dari mobilnya.

Yang namanya Laura sudah kebal dengan sindiran-sindiran orang-orang yang sama sekali tidak menyukai dirinya, walaupun itu Vano sekalipun yang berbicara Laura sama sekali tidak akan peduli.

"Lo ngomong sama gua?" tanya Laura sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Menurut lo gua ngomong sama siapa? di sini cuman ada lu doang, lo kira gue ngomong sama setan apa."

"Ya kali aja, kan lo ngomong sama setan, soalnya muka lo sebelas duabelas sama setan, hahaha!" setelah itu dia pergi masuk ke dalam rumah meninggalkan Vano begitu saja yang semakin dibuat kesal olehnya.

"Liana Awas lu ya!" teriak Vano dia semakin dibuat jengkel saja oleh Laura.

Vano segera menyusul orang masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang sudah sangat-sangat kesal.

Tak terasa pagi hari pun telah tiba, pagi-pagi sekali Liana sudah berangkat sekolah bahkan dia melewatkan sarapannya, Laura sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Jessica dan Gina.

Laura begitu Tak sabar menyaksikan drama yang akan diperankan oleh Jessica dan Gina, ketika mereka berdua akan berpura-pura meminta maaf pada dirinya.

"Pagi, Pa, Ma." sapa Vano pada kedua orang tuanya Liana yang kini sudah menjadi orang tuanya juga, sambil matanya seperti mencari seseorang.

"Cari adik kamu kan?" Wati bukan suara kalau melihat putranya seperti mencari seseorang.

"Nggak kok Ma."

Walaupun Vano mengatakan tidak, Wati tetap memberitahu Vano jika Liana sudah berangkat sekolah terlebih dahulu, "Pagi-pagi sekali adik kamu tadi sudah berangkat sekolah, katanya ada hal yang harus segera dia selesaikan di sekolah." Wati memberitahu pada putranya.

Vano hanya bisa menganggukan kepalanya, untuk merespon ucapan mama Wati, dia tidak mau dicap tidak sopan pada kedua orang tua yang sudah merawatnya sudah dikecil sampai saat ini. 'Untuk apa anak itu berangkat sekolah sepagi ini?' tanya Vano dalam hatinya penasaran.

Sementara itu di sekolah Laura celingak-celinguk belum menemukan keberadaan Jessica dan Gina, "Kemana mereka berdua? kenapa batang hidungnya belum juga terlihat? bukankah harusnya mereka berdua sudah berada di sekolah pagi ini." Laura menggaruk kepalanya Liana bingung.

"Sudahlah Lebih baik aku menunggu mereka di kelas saja." putus Laura.

Tapi saat laura akan melangkah dia mendengar seseorang memanggil dirinya Laura seperti mengenali suara itu kalau tidak salah itu suara milik Gina.

"Lianaaaaa!" teriak Gina sambil berjalan ngos-ngosan mendekati Liana.

Laura akan mulai memainkan aktingnya dia menatap datar dan sinis pada Gina, Laura akan berpura-pura tidak tahu apa-apa sama sekali, saat ini mulutnya masih terdiam tidak bertanya kenapa Gina mencari dirinya.

"Liana ikut gue sebentar ya please, please."

Liana menaikkan satu alisnya mendengar ucapan Gina, "Buat apa gue ikut sama lo? sudah jelas bukan pasti lu akan membully gua dan teman lu si Jessica itu. Jadi untuk apa masuk ke kandang harimau." tolak Laura dengan mentah-mentah.

"Ayolah Li, jangan suudzon terus sama kita berdua."

"Heh Gina, gimana gua nggak suuzon sama lo dan Jessica, setiap hari lu dan Jessica kerjanya nyiksa gua ngebully gua tahu."

Ingin sekali saat ini rasanya Gina menjambak rambut Liana, tapi semua itu dia urungkan karena misinya bersama Jessica harus berjalan dengan mulus.

"Ini dari hati gua yang paling dalam ya Liana. Gua sungguh-sungguh minta maaf sama lo, Jessica juga mau minta maaf sama lo. Dia terlalu malu kalau nemuin lo sendiri, jadi dia minta buat gua ngajak lu menemui dirinya di taman sekolah."

Weelk! rasanya Gina ingin sekali muntah mengingat kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya untuk Liana.

"Lo berdua yakin mau minta maaf sama gua? atau ini cuman akal-akalan kalian aja buat ngejebak gua."

"Ayolah Liana jangan sok nuduh mulu, buktinya nih." Gina menyodorkan kotak berisi coklat pada Liana.

"Gua tahu kesukaan lo, lo suka banget sama coklat kan dan gua sama Jessica bukan hanya membuktikan dengan ini aja. Kita juga benar-benar mau minta maaf sama lo. terus kita benar-benar akan membuktikannya kalau permintaan maaf ini tulus. asalkan setelah lo mau menemui Jessica terlebih dahulu."

"Oke gue setuju, tapi lo tahu Gina akibatnya kalau main-main sama gue."

"Iya gue tahu Liana, makasih banyak udah mau maafin gue sama Jessica, ayo sekarang kita temuin Jessica." Gina menarik tangan Liana begitu saja.

"Mau dibawa kemana Liana sama Jessica?" bingung Zara yang tak sengaja melihat Liana pergi bersama Gina.