"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Mungkin Regina Melakukannya?
Kepergian Evelina membuat Regina terdiam dengan pandangan kosong. Jantungnya mulai berdetak kencang, begitu terkejut dengan kehadiran Evelina yang begitu tiba-tiba.
"Siapa dia?"
Regina mengerjap pelan, dia baru menyadari jika Dirga masih berada di sampingnya. Dia belum sempat menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, sampai harus menarik Dirga dalam cerita yang dia buat ini.
"Maaf ya, aku terpaksa melakukan ini. Maaf banget karena sudah membuat kamu terlibat dalam masalah aku"
"Jadi, dia siapa?"
Regina terdiam sejenak, bingung bagaimana menjelaskan pada orang yang baru dia kenal saat pindah ke Kota ini. Itu pun tidak kenal yang begitu dekat.
"Itu istrinya Tuan Arian 'kan? Arian Demitri?"
Regina langsung gelagapan, tidak mungkin dia menjelaskan semuanya. Tapi Dirga malah sudah bisa menebak. Karena mungkin wajah Evelina sudah di kenal banyak orang sekarang. Dia adalah istri dari Arian Demitri, tentunya akan banyak orang yang mengenalnya.
"Em, ya dia hanya salah paham saja. Terima kasih ya Dirga. Maaf karena membuat kamu masuk dalam masalahku"
Setelah mengatakan itu, Regina langsung masuk ke dalam Apartemen. Menutup pintu dengan dia yang akhirnya bersandar di pintu tertutup. Memegang dadanya yang masih berdebar kencang, keringat dingin yang membasahi wajahnya. Belum lagi, rasa terkejut yang masih belum hilang.
"Ya Tuhan, kenapa dia bisa datang kesini dan tahu keberadaan aku disini"
Hal yang paling Regina takutkan, adalah ketika dia harus bertemu dengan orang-orang di masa lalunya saat dia tinggal di Kota. Sementara sekarang, Regina hanya ingin mengubah alur hidupnya, membuat cerita baru, dan menjalani kehidupan yang baru.
"Aku harus bisa melewati semua ini, jangan sampai aku merusak pernikahan orang lain dengan kehamilan ini"
Regina mungkin sudah di cap sebagai perempuan yang tidak punya sisi baik dan berharga. Ketika dia tinggal bersama Arian tanpa hubungan yang jelas, lalu melakukan hal diluar batas tanpa status yang jelas. Itu sudah cukup menghancurkan harga dirinya yang sudah lama terkoyak.
"Biarkan Ibu menjagamu sampai kapan pun. Kita pasti bisa hidup hanya berdua" ucapnya sambil mengelus perut besarnya. Air mata tidak sengaja menetes begitu saja.
*
Arian sedang duduk diam di sofa setelah pulang bekerja. Mengambil satu minuman kaleng dari dalam lemari es yang menemani kesendiriannya malam ini.
"Dia benar tinggal bersama pria itu? Aku benar-benar tidak rela"
Masih memikirkan tentang pertemuan dengan Ben, dimana pria itu dengan lancang mengatakan jika Regina sudah tinggal bersamanya. Namun, dalam dirinya Arian seolah tidak menerima hal itu.
"Aku harus memastikan"
Arian akhirnya pergi keluar Apartemen, berjalan ke arah lift dan turun ke lantai dimana Apartemen milik Ben berada. Ketika pintu lift terbuka, dia melihat pria itu sedang berjalan dengan seorang perempuan. Ben merangkul perempuan itu dengan mesra, lalu sedikit bercanda dengan mencubit pipinya dan mengacak rambutnya. Ben juga mengecup pipi perempuan itu.
Aria mengepalkan tangannya melihat itu, bahkan dari belakang saja dia bisa melihat postur tubuh itu bukanlah Regina. Membuat Arian semakin emosi, karena dia tahu jika Ben sedang bersama wanita lain sekarang.
"Dasar pria berengsek!"
Arian melangkah tegap ke arah Ben, menarik tangannya dan langsung melayangkan pukulan di wajahnya. Itu tentu cukup mengejutkan bagi Ben dan juga perempuan di sampingnya.
"Apa-apaan ini? Hey, kamu siapa?" teriak gadis yang bersama Ben.
Arian langsung menunjuk gadis itu dengan tatapan yang begitu tajam. "Kau yang siapa? Kenapa bersama dengan pria yang sudah punya kekasih?"
Ben langsung bangun dengan mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan kuat dari Arian.
"Apa maksudnya? Kekasih apa? Aku adalah kekasihnya Ben, bahkan kita akan tunangan" tegas gadis itu dengan sedikit marah.
Arian langsung menatap dengan tajam pada Ben, menunjukan rasa tidak suka dan kemarahan yang besar. "Apa maksudnya ini? Bukankah kau bersama Regina, bahkan sudah tinggal bersama. Tapi kau akan bertunangan dengan perempuan lain? Kau gila!"
Ben mengusap sudut bibirnya yang terasa cukup perih. Dia tersenyum tipis pada Arian, seolah merendahkan. "Seharusnya Tuan ucapkan itu pada diri Tuan sendiri. Sudah tinggal bersama bahkan sudah melakukan hal terlalu jauh, tapi akhirnya malah menikah dengan perempuan lain"
Arian terdiam dengan mata memerah dan tangan yang mengepal kuat. Meski ucapan Ben adalah benar adanya, tapi yang paling membuatnya tidak nyaman, adalah rasa bersalah yang semakin menyeruak membelenggu hatinya.
"Ini memang calon tunanganku, perempuan yang aku cintai. Dan aku akan memperjuangkannya sampai mati. Bukan membiarkannya pergi begitu saja" ucap Ben sambil merangkul bahu gadisnya.
"Dan Regina?"
"Jadi, Tuan percaya atas ucapan Regina waktu itu? Dan Tuan juga percaya atas ucapanku yang mengatakan Regina berada bersamaku? Tanyakan pada diri Tuan sendiri, jika benar Tuan mengenal Regina, maka apa mungkin Regina melakukan itu?"
Arian terdiam dalam pikiran yang blank, tiba-tiba semuanya terasa gelap dan dia tidak bisa berpikir jernih sekarang.
*
Ketika pagi ini terbangun lebih awal, udara diluar masih begitu dingin dan masih cukup gelap. Tapi, Regina terbangun karena merasakan pergerakan bayi dalam kandungannya yang sedikit berbeda. Kali ini terasa lebih kuat dan memberikan efek sakit padanya.
"Aduh Nak, kenapa kencang sekali menendangnya"
Regina bangun dan duduk bersandar di tempat tidur. Mengelus perutnya dengan lembut, merasakan pergerakan yang semakin intens. Rasa sakit yang kembali menyerang sampai ke tulang punggung. Regina menghembuskan napas pelan, mencoba untuk menahan rasa sakitnya.
"Apa ini? Apa aku akan melahirkan ya?"
Regina mulai merasakan sakit yang tidak bisa di tahan. Rasa sakit yang hadir dan hilang dalam sekejap. Cukup beraturan meski tempo jaraknya masih cukup lama.
Regina menguatkan diri berjalan ke arah ruang ganti, mengambil tas berukuran sedang yang sudah dia siapkan jauh-jauh hari. Semua perlengkapan persalinan sudah ada di dalam tas itu. Regina juga menyempatkan mengganti pakaian agar lebih nyaman.
Memesan taksi online, sedikit sulit karena hari yang masih terlalu pagi buta. Tapi meski begitu, dia tetap berusaha tenang dengan merasakan sakit yang semakin menjadi.
Setelah mendapatkan taksi online, Regina pergi mengambil ponsel dan dompetnya dalam satu tas kecil. Menyelempangkan di bahunya, lalu dia pergi keluar Apartemen.
Berjalan dengan sedikit gontai, sesekali berhenti dan berpegangan pada dinding untuk menahan rasa sakit yang kembali hadir. Regina akhirnya sampai di lift. Menunggu sampai lift turun ke lantai paling bawah Gedung ini.
"Huh, tenang Re, kamu harus tenang.. Huh.."
Regina berjalan semakin terasa lemah ketika sudah sampai di Lobby. Berjalan menuju pintu Lobby yang hanya beberapa meter dari tempatnya sekarang, terasa begitu jauh saat dia berjalan sambil menahan rasa sakit.
Akhirnya dia sampai juga di taksi, napasnya terengah-engah ketika mobil mulai melaju.
"Agak cepat ya Pak, saya tidak kuat lagi. Bayi saya sudah ingin lahir"
"Iya Mbak"
Bersambung
terimakasih banyak thour,,akhir nya tamat dan happy ending🥰🥰🥰🥰🥰
BTW makasih author , di tunggu karya berikut nya 💪🏼💪🏼😍😍
Peluk sayang kakek nenek nya Arian 🤗🤗
Jadi tetap semangat
Menikah dulu lah baru na ni nu ne no 😂😂😂