"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.
Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil
"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."
"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat
"Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."
"Tapi mas..."
Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.
"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan
"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi
Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mati di Hadapanku
Kinara masih menatap lekat kearah Ayu, wanita cantik itu masih setia menunggu jawaban yang Ayu gantung barusan.
Kinara begitu penasaran, hal apa yang mampu membuat Ayu begitu bahagia melebihi kebahagiaan dari pernikahan Ayu dan Danu.
"Sungguh kau ingin mengetahui hal yang jauh lebih membahagiakan itu?"
Tanya Ayu guna melihat keseriusan di mata Kinara.
"Sungguh Mbak"
Jawab Kinara cepat sembari mengangguk antusias.
Melihat ekspresi lucu Kinara tersebut, Ayu pun tersenyum gemas.
"Hal yang jauh lebih membahagiakan untukku, adalah melihatmu mati di depan mataku sendiri.!"
Ucap Ayu begitu serius, wajahnya yang tadi begitu hangat, kini berubah menjadi sedingin es.
"Apa maksud Mbak Ayu?"
Tanya Kinara bingung, ia benar-benar tak tau maksud dari ucapan dan ekspresi Ayu yang tiba-tiba berubah.
"Kau tau Nara, cintaku begitu dalam pada Mas Danu. Kami merangkai bulir cinta begitu lama, mempertahankan pernikahan ini dengan susah payah. Tapi, saat kau datang. Dengan seenaknya kau ingin merebut suami ku. Perempuan murahan kamu.!"
Bentak Ayu kasar, sembari melangkah maju mendekati Kinara.
Melihat hal tersebut, Kinara bergidik ngeri. Perlahan, seirama dengan langkah kaki Ayu yang melangkah maju, kakinya memilih melangkah mundur.
"Mbak, mbak Ayu salah paham. Saya sama Mas Danu ga ada hubungan apa-apa, sungguh"
Ucap Kinara jujur.
"Heleh, ucapan wanita murahan sepertimu ndak akan dengan mudah aku percaya. Kali ini, aku akan membuatmu pergi untuk selama-lamanya dari kehidupan kami! Hahahaha"
Ucap Ayu sembari tertawa menakutkan.
"Mbak, ingat tuhan Mbak. Kenapa sekarang Mbak Ayu jadi semenakutkan ini"
Tutur Kinara gemetar, berusaha untuk menyadarkan Ayu yang saat ini tampak sangat menyeramkan.
"Sekarang? Hahah, kau telat menyadari kalau aku ini menakutkan. Kau tau, akulah yang menyuruh Lastri sih gadis cengeng itu untuk memberi mu racun. Aku ingin, perlahan tapi pasti, kau mati.! Mudah saja, aku tinggal mengancam untuk mencelakai ibunya. Dengan begitu, dia dengan bodohnya mau melakukan perintahku. Tapi sayangnya, teman bodoh mu itu membocorkan masalah racun yang ia taruh di jamumu. Dengan begitu, rencanaku gagal. Yahh jadinya, aku harus turun tangan sendiri untuk membunuh mu"
Jelas Ayu lembut, sembari tersenyum. Nada bicaranya saat ini seoalah sedang menakuti seorang bocah. Pelan, namun mengerikan.
"Mbak, sadarlah. Ini tak benar Mbak"
Ucap Kinara takut, kini ia sudah berada di ujung tebing yang terjal.
Wajah cantik itu tampak dipenuhi dengan cucuran keringat dingin.
"Cup cup cup, jangan takut begitu. Sebentar lagi, kau akan segera menemui ajalmu. Hahahaha"
Kembali, Ayu berucap hal yang mampu membuat Kinara bergidik ngeri.
"Hentikan.!"
Teriak seseorang tiba-tiba dari sebelah timur.
"Kamu.!?"
Geram Ayu kesal saat ia dapati keberadaan Briyan yang saat ini juga dengan tiba-tiba berada di lokasi tersebut.
"Nara, jangan takut. Saya akan menyelamatkanmu"
Ucap Briyan menenagkan Kinara yang saat ini terlihat begitu pucat.
"Den Briyan, to to tolong saya"
Pinta Kinara terbata, nada suaranya begitu gemetar.
"Ohh, kalian ini sepasang kekasih? Hahah bagus sekali. Aku akan buatkan judul dari kisah yang menarik di sini. Kekasihku mati di depan mataku. Bagus bukan judul yang ku pilihkan untuk kisah kalian?"
Ucap Ayu sembari melotot taham ke arah Kinara dan Briyan secara bergantian.
Saat ini, wanita itu terlihat seperti seorang psikopat. Melakukan hal yang begitu menyeramkan, diiringi dengan gelagak tawa.
"Jangan coba-coba sakiti dia.!"
Ucap Briyan tegas, memerintah.
"Hahaha, coba saja halangi aku"
Ucap Ayu sembari semakin memperdalam tawanya. Dengan cepat tangan itu mendorong kuat tubuh Kinara yang saat ini berada di ujung jurang, tepat di atas aliran sungai yang dihujami derasnya air terjun.
"Tolong..!"
Teriak Kinara saat tubuhnya melayang bebas tergelak ke belakang.
"Hahahah matilah kau hahahha"
Tawa Ayu pecah begitu lepas sembari menatap tubuh yang saat ini akan segera terhujam keras ke dalam derasnya air sungai yang begitu dalam.
"Nara..!"
Teriak Briyan.
Dengan kilat tubuh itu turut melompat terjun, Diiringi deraian air yang jatuh begitu deras.
"Cup cup cup, manis sekali. Ternyata kekasihmu memilih mati bersama. Baguslah, tak ada yang akan jadi saksi mata perbuatanku kalau begini"
Ucap Ayu sembari tensenyum menang, kepalanya asat menatap ke arah dasar untuk melihat dengan bola matanya sendiri dua tubuh yang saat ini sudah terhujam keras ke dasar sungai.
"Sampai jumpa di neraka, bye-bye"
Ucap Ayu puas, wanita itu tersenyum hangat sembari melambaikan tangan.
.
.
.
BERSAMBUNG***
nyesel yah
cinta lama vs cinta baru