Istri Rahasia

Sebulan berlalu, Hana belum juga ditemukan. Sebastian nyaris putus asa, namun Farhat selalu memberinya semangat.

"Hentikan pencarian! Papa yakin Hana selamat dan bersembunyi di suatu tempat. Dia tidak mau muncul karena mengira bahwa berita itu palsu." Tutur Farhat.

"Tapi, Pa ... Papa 'kan tahu sendiri kalau dia sedang hamil sekarang. Bagaimana makanannya, gizinya, dia minum susu ibu hamil atau enggak ... Kita 'kan nggak tahu, Pa." Cicit Sebastian.

"Kamu transfer terus uang padanya! Saat dia kepepet dan butuh uang, pasti dia akan menarik dari rekening. Dari situ kita bisa lacak keberadaannya," ujar Farhat.

"Rekeningnya sudah tidak aktif, Pa. Terakhir dia menarik seluruh uang yang ada di rekening, dua hari setelah kejadian itu. Aku mendatangi ATM tempat dia menarik uang, mencari dia di daerah sana, tapi hasilnya nihil. Tidak ada satu pun yang mengenal Hana." Ungkap Sebastian.

Farhat memandang putranya penuh dengan rasa iba. Sudah berbagai cara mereka lakukan, tapi hasilnya Hana tetap tidak ditemukan.

"Aku suami yang tidak berguna," lirih Sebastian.

Pria yang terlihat gagah, dan selalu menunjukkan wajah dingin dan datarnya, kini tertunduk sambil meneteskan air mata di hadapan papanya.

"Papa akan terus mencari Hana, kamu jangan putus asa. Kamu harus kuat, kekuatanmu terhubung melalui ikatan bathin dengan bayi yang ada di kandungan Hana. Jangan sampai ada yang tahu jika Hana sedang hamil, berbahaya!" Tutur Farhat.

Farhat pergi meninggalkan Sebastian di ruang kerjanya, dia tidak sanggup melihat anaknya yang sedang meratapi hilangnya Hana.

Selepas Farhat pergi, Sebastian menyusut air matanya. Semenjak kehilangan sosok Hana, dia jadi pribadi yang lebih dingin dan menakutkan.

Tidak ada satu pun wanita yang berani mendekat, kecuali wanita itu ingin mendapat ocehan pedas yang dilayangkan oleh Sebastian.

Di sisi lain,

Semenjak berita tentang hilangnya Hana meredup dan nyaris tidak beredar lagi, Hana berani ke luar dari persembunyiannya. Dia mulai beraktivitas seperti biasa.

Semenjak ada Hana, Asri memilih berjualan. Berkat bantuan modal dari Hana, dia berjualan pakaian di pasar. Hana dan Asri menjaga toko mereka dari pagi hingga siang.

"Siapa namanya, mbak? Kok mirip sama orang hilang yang belum lama ini beredar di TV?" tanya seorang pelanggan.

"Namanya Ela, dia baru saja datang dari jauh." Jawab Asri.

"Ternyata benar ya kata orang tua jaman dulu, bahwa kita punya kembaran di dunia ini. Nyatanya Ela mirip sama orang hilang itu." Tutur pelanggan yang lain.

"Iya, ibu benar ... Dia mirip. Cuma bedanya Ela kurus dan rambutnya keriting. Kalau orang yang hilang rambutnya lurus dan badannya putih." Timpal pelanggan yang lainnya lagi.

Toko mulai dipadati pengunjung, sikap ramah Hana dan Asri membuat pelanggan ketagihan berbelanja di toko itu. Apa lagi bahan pakaian yang dijual oleh Hana berkualitas bagus.

Asri dan Hana mengarang cerita sebagai bumbu pelengkap sandiwara.

Usia kehamilan yang semakin bertambah, perut semakin terlihat menonjol, membuat orang-orang penasaran. Asri mengatakan jika suami Hana bekerja di luar negeri dan tidak boleh cuti, oleh sebab itulah Hana datang ke rumah Asri.

Banyak pelanggan yang bersimpati padanya, memberi doa yang baik untuk dirinya juga bayi yang ada di dalam kandungannya.

"Besok toko tutup saja, ibu harus pergi belanja. Barang di toko kita mulai menipis," kata Asri sambil menutup tokonya.

Sudah waktunya untuk pulang, matahari bersinar dengan terik dan berada tepat di atas ubun-ubun.

Dengan motor meticnya, Asri menggonceng Hana pulang ke rumah.

"Hana, tadi orang itu datang lagi kemari. Sepertinya dia penasaran padamu," tutur nenek begitu Hana sampai di rumah.

"Orang suruhan Ibas, nek?" tanya Hana.

"Sepertinya bukan. Sebab tadi saat dia pergi dari sini, pak RT lihat dia bersama seorang perempuan yang umurnya kurang lebih sama dengan Asri." Jawab nenek.

Hana duduk di kursi, dia merasa bingung, cepat atau lambat penyamarannya pasti terbongkar.

"Hana harus bagaimana, nek? Hana takut!"

Kasihan Hana, dia dilanda kebingungan. Dia ingin sekali menghubungi suaminya, tapi takut jika kejadian hari itu adalah salah satu rencana Sebastian.

"Hubungi suamimu, katakan jika kamu ada di sini dan dalam keadaan baik-baik saja." Saran nenek.

Dengan cepat Hana menggelengkan kepalanya, "Tidak, nek. Aku tidak akan pernah menghubunginya. Aku takut bahwa kejadian tempo hari adalah rencana jahatnya. Dia sengaja membawaku ke sini agar aku dan dia berpisah jauh." Tolaknya.

Nenek menghela nafas panjang, dia cukup mengerti kenapa Hana bisa merasakan khawatir yang berlebihan. Semua kejadian yang menimpa gadis itu, terjadi dalam waktu bersamaan. Wajar jika dia berpikir jelek tentang suaminya.

"Ya sudah jika itu maumu, nenek tidak bisa memaksamu untuk menghubunginya. Yang penting kamu bisa jaga kesehatan dan juga keselamatan bayimu." Ucap nenek.

Asri mengajak nenek dan Hana untuk makan siang, setelah selesai makan, mereka langsung istirahat.

Di sebuah rumah,

"Ke mana gadis itu? Bagaimana mungkin dia menghilang tanpa jejak? Aku harus bisa menemukan gadis sialan itu, sebelum Ibas dan Farhat menemukannya terlebih dulu. Aku harus bikin perhitungan, karena dia lah kini aku hidup menderita." Monolog Mama, matanya melotot dan nafas memburu. Emosinya meledak mengingat gadis yang sudah membuatnya terbuang dari keluarganya sendiri.

Ya ... Sejak peristiwa perjodohan Sebastian dan Nuri batal, Mama membayar orang untuk memantau gerak-gerik Farhat dan Sebastian.

Setelah dia tahu kebenaran tentang pernikahan Sebastian dan Hana, api kebencian pun mulai menyala. Dia menganggap bahwa Hana lah penyebab batalnya pernikahan antara putranya dan Nuri.

Saat tahu jika Farhat berpihak pada Sebastian, dan menyuruh anaknya untuk pergi, Mama pun mengatur rencana. Dibantu oleh Joni, mama membuat perusahaan goyang.

Hanya Sebastian yang bisa mengatasi itu semua. Saat Sebastian pergi meninggalkan rumah, anak buah mama pun beraksi. Namun sayang, rencananya pun gagal. Hana tidak ada di rumah itu.

"Lihat saja kamu, Hana. Aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan terus mencarimu hingga ke lubang semut sekali pun. Karena kamu, aku diusir oleh suami dan orang tuaku. Jangan sebut namaku Delisa, jika aku tidak mampu membuatmu menderita."

Mama keluar dari rumah kontrakannya yang sempit, dia harus pergi untuk mencari keberadaan Hana.

Mama menghubungi orang suruhannya, menanyakan tentang kebenaran gadis yang tinggal di rumah nenek.

"Bagaimana? Apa benar gadis itu adalah orang yang kita cari?" tanya mama pada orang yang ada di seberang telpon.

"Kita salah orang, bos. Dia bukan Hana, aku sudah bertanya pada warga sekitar. Namanya Ela, sedang hamil dan suaminya bekerja di luar negeri." Jawab orang itu.

"Apa kamu yakin?" tanya Mama.

"Yakin, Bos. Kalo tidak percaya, bos bisa tanyakan pada Ita, tadi aku pergi bersamanya. Lagi pula, menantu bos kan tidak hamil, berarti bukan dia gadis yang kita cari." Jawabnya.