Odi berjanji akan mencari keluarga yang telah menyebabkan kematian kedua orang tuanya dan akan membalaskan dendamnya. Bertahun - tahun dia mencari keberadaan keluarga pembunuh itu hingga akhirnya dia menemukannya.
Cinta gadis yang ceria menjalani hari - harinya sebagai gadis sederhana. Pernah terlahir kaya tetapi nasib yang membuatnya kini harus berjuang hidup sendiri.
Dengan bekerja dia bisa melanjutkan hidupnya dan juga kuliahnya. Tapi siapa sangka sebuah kejadian yang membuat dia terjebak dan harus hidup bersama pria dingin dan keras.
Akankah dendam Ody terbalaskan? Ataukah dia malah terjebak sendiri dalam dendamnya?
Selamat membaca semoga kalian suka..
*sebelum baca klik tombol favorit ya 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Kamu gak ke apartementku hari ini?" tanya Melodi kepada Wildan saat mereka sudah sampai di basement.
"Nggak" jawab Wildan.
Satu hari ini Wildan dingin kepada Melodi. Dia masih kesal karena kejadian kemarin di apartement Melodi. Melodi selalu tidak betah berlama - lama perang dingin seperti ini dengan Wildan.
Wildan adalah sabahat sekaligus keluarganya satu - satunya. Jadi rencananya sore ini dia ingin berbaikan dengan Wildan.
"Bener nih? Kamu gak kangen sama kopinya si Cinta?" ucap Melodi memberi penawaran.
Wildan tampak sedang berpikir, hingga akhirnya.
"Baiklah aku hanya singgah untuk minum kopi. Setelah itu aku akan pulang" jawab Wildan.
"Okey" sambut Melodi sambil tersenyum tipis.
Mereka berdua masuk ke dalam lift dan naik ke lantai empat puluh lima dimana letak apartement Melodi berada. Begitu Melodi membuka pintu apartementnya mereka langsung bisa mencium aroma kopi.
"Hemmmm wangi sekali. Tapi tumben wangi kopinya sangat terasa dengan jelas?" tanya Wildan.
Wildan langsung berjalan menuju dapur. Dia melihat dua cangkir kopi masih panas terletak di meja makan.
"Masih panas, berarti Cinta baru pulang dari sini" ujar Wildan.
Melodi tersenyum tipis, rencananya berhasil. Pasti Wildan akan bersikap hangat lagi kepadanya dan mereka akan berbaikan secara otomatis.
Wildan langsung duduk di kursi dan mulai menikmati kopi Cinta.
"Sruuup... aaah.. kopi kamu memang selalu enak Cin" gumam Wildan.
Melodi juga ikut menyicipi kopinya.
Wildan melihat tulisan yang ada di meja makan dan meraihnya. Dia melihat ada selembar surat, struk belanja, bon loundry dan kartu ATM.
Dia membaca surat dari Cinta dan dengan tak percaya menatap wajah Melodi yang sedang asik menikmati kopinya.
"Kamu memberi ATM kamu kepada Cinta? Kamu juga suruh dia belanja?" tanya Wildan tak percaya.
"Sruuuuup" Melodi meminum kopinya dengan tenang.
Oh My God, ada apa dengan Melodi? Dia benar - benar melakukan semua ini? Ada yang berbeda dengannya? Walau dia terlihat tenang tapi aku yakin ada sesuatu yang terjadi di sini. Batin Wildan.
"Kamu kan yang minta untuk tiap hari makan di sini. Aku tidak mau berhutang kepada kamu. Kemarin kan kamu yang kasih pembokat itu uang belanja. Tadi pagi saat aku buka kulkas aku lihat isinya sudah hampir habis semua. Shampo, sabun di kamarku juga sudah habis dan aku sudah mendapatkan tagihan dari loundry di bawah. Jadi sekalian aka aku suruh dia urus semuanya" jawab Melodi.
Wildan bangkit dan menghampiri microwave.
"Od ada steak, hemmm wangi banget Od pasti enak nih" ucap Wildan sambil membuka microwave.
Wildan mengeluarkan steak dari Microwave.
"Makan yuk, aku udah laper banget" ajak Wildan.
Wildan juga mengambil nasi di rice cooker. Mereka mulai menikmati makan malam berdua.
"Gilaaa anak itu pinter banget masak. Sepertinya kalau dapat istri seperti dia hidupku bakal aman" ujar Wildan.
"Ya sudah kawin sana sama pembokat" sambut Melodi.
"Yeeee kamu aja yang sepele sama dia. Gitu - gitu dia gadis pintar, kuliah di Universitas Negeri dan mendapatkan beasiswa. Dari segi pendidikan dia pantas untuk dijadikan istri. Wajahnya juga cantik, dia lucu dan menarik. Dari segi penampilan juga dia layak jadi istri. Seperti aku bilang kemarin, walau asalnya dari kampung tapi dia beda kelas. Aku merasa dia punya kelas yang tinggi meskipun penampilannya sederhana. Dari segi pelayanan dia pintar masak, bersihin rumah, dia juga pintar mengurus kamu memberikan makanan sehat, suka kasih perhatian kamu untuk hidup sehat dan satu lagi kelebihannya.. dia berani memperingatkan kamu. Dia gadis sempurna Od untuk jadi istri" ungkap Wildan.
"Kamu yang berkata begitu bukan aku. Kamu juga yang nilai dia pantas untuk jadi istri. Ya sudah kamu aja yang nikah sama dia, aku mah ogah" elak Melodi.
"Aku gak keberatan Od tapi aku menghargai kamu. Dia duluan yang bekerja dengan kamu, dekat dengan kamu dan ada di dekat kamu walau kalian tidak pernah bertemu secara langsung. Aku tidak mau dikatakan pagar makan tanaman. Aku memberikan kesempatan yang pertama kepada kamu. Lagian aku lebih tenang kalau kamu duluan nikah. Ada orang yang memperhatikan hidup kamu baru aku bisa melangkah dengan tenang menata masa depanku. Kalau aku duluan nikah nanti kamu akan menyesal. Kamu akan merasa kesepian dan sendiri" jawab Wildan.
Melodi terdiam mendengar penjelasan Wildan. Dia tidak menyangka Wildan segitu sangat perhatian kepadanya. Bahkan Wildan sudah memikirkan masa depan nya terlebih dahulu dari pada masa depan dirinya sendiri.
Benar kata Wildan, kalau Wildan lebih dulu menikah pasti Wildan akan sibuk dengan hidupnya sendiri. Selama ini Melodi tidak pernah memikirkannya.
Wildan tidak akan pernah bersamanya lagi kecuali dikantor. Wildan pasti akan jarang ada saat dia butuhkan. Tidak akan bisa diajak keluar lagi malam hari karena Wildan sudah punya keluarga
Semua itu artinya Melodi akan hidup sendiri benar - benar sendirian. Pulang kerja seperti ini apartementnya pasti akan sepi dan dia tidak tau harus berbuat apa. Menjalani hari - harinya sendiri dengan kesendirian dan kesepiannya.
"Kamu membuat selera makanku hilang" ujar Melodi.
"Ini nyata Od kita tidak bisa terus hidup seperti ini. Pada akhirnya kelak kita akan mempunyai hidup masing - masing. Aku akan memikirkan masa depanku. Aku juga ingin menikah, ingin punya keluarga utuh, punya istri dan anak. Tidak mungkin kita melajang selamanya. Apa kamu tidak pernah berpikir untuk apa kamu bekerja dengan giat saat ini? Bukan semata - mata untuk hidup kaya dengan banyak harta tapi pasti ingin memberikan hidup yang layak dan nyaman untuk istri dan anak - anak kita kelak. Bukankah orang tua kita juga seperti itu. Papa kamu membangun perusahaan kamu dengan susah payah agar kamu bisa hidup dengan layak dan terjamin. Lihat lah sekarang kamu punya segalanya Od" ucap Wildan semakin membuat Melodi terdiam terpaku.
Kata - kaya Wildan pas mengena kedalam relung hati Melodi. Selama ini dia tidak pernah memikirkan masa depannya selain balas dendam.
Melodi selesai menyantap hidangan makan malam. Dia langsung berjalan menuju teras samping sambil membawa kopi yang dihidangkan Cinta.
Melodi duduk di kursi santai sambil menatap langit yang sudah gelap. Tak lama Wildan duduk disampingnya. Melodi mulai menyalakan rokoknya.
"Usia kita sudah dua puluh tujuh tahun Od. Kita sudah punya pekerjaan dan sudah mapan. Apapun yang kita inginkan dan butuhkan saat ini bisa langsung terpenuhi. Apa lagi yang akan kita cari lagi. Sampai kapan kita terus hidup seperti ini membuang - buang waktu masa muda kita. Kamu gak bosan? Wanita - wanita yang kita temui selama ini hanya menginginkan uang kita. Lihatlah Sofia, apa dia bisa menjadi istri yang baik untuk kamu? Apa dia bisa melayani kamu dengan baik dan mengurus hidup kamu? Aku yakin tidak Od, dia bukan tipe wanita rumahan. Kamu mau di rumah hanya dilayani asisten rumah tangga sedangkan istri kamu sibuk bermain di luar? Aku juga tidak yakin Sofia mau mengurus anak dan juga dia pasti tidak bisa menjadi ibu yang baik" ucap Wildan.
"Aku tidak bisa memikirkannya saat ini Wil. Aku harus mencari anak itu, aku harus balas dendam setelah itu baru aku akan memikirkan hidupku, masa depanku dengan tenang" sambut Melodi.
"Kamu tidak akan bisa hidup tenang, percayalah padaku. Dendam tidak akan bisa membuat kamu tenang. Malah aku takut kamu semakin terbakar oleh api dendam kamu sendiri" ujar Wildan.
Melodi menghisap panjang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke langit
"Fikirkan semua apa yang aku katakan tadi. Aku pulang dulu ya... Oh iya salad nya aku bawa aja ke apartement buat cemilan aku nanti" ucap Wildan pamit.
Wildan pergi meninggalkan Melodi sendiri. Sepeninggal Wildan, Melodi langsung menghubungi seseorang.
"Laksanakan tugas kamu secepatnya, dalam waktu satu minggu ini aku ingin mendapatkan data anak itu. Sudah cukup waktu yang aku berikan kepada kamu" perintah Melodi.
.
.
BERSAMBUNG
a