NovelToon NovelToon
Menikahi Pengawal Pribadi

Menikahi Pengawal Pribadi

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Titin

Jelita Sasongko putri satu satunya keluarga Dery Sasongko dipaksa menikah dengan Evan Nugraha pengawal pribadi ayahnya. Jelita harus menikahi Evan selama dua tahun atau seluruh harta ayahnya beralih ke panti asuhan. Demi ketidak relaan meninggalkan kehidupan mewah yang selama ini dia jalani dia setuju menikahi pengawal pribadi ayahnya. Ayahnya berharap selama kurun waktu dua tahun, putrinya akan mencintai Evan.

Akankah keinginan Dery Sasongko terwujud, bagaimana dengan cinta mati Jelita pada sosok Boy?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

"Suka sekali melamun." Tegur Evan sembari mengacak lembut rambut Jelita.

"Siapa juga yang ngelamun.Kamu tuh yang nelponnya kelamaan. Ditinggal sendiri buat aku ngantuk tau gak," sungut Jelita. Yang sebenarnya dia penasaran dengan si penelpon, jangan-jangan dari Kiara?

"Benarkah selama itu. Ya sudah kita pergi kedapur masak makan malam," ucap Evan sembari mengaitkan Jemarinya membawa Jelita beranjak bangkit menuju dapur.

"Evan, kamu belum jawab pertanyaanku tadi," rengek Jelita sembari mengikuti mengekori langkah Evan.

"Kenapa hanya Kiara yang ada dipikiranmu, aku punya banyak teman kerja yang lain selain dia."

"Ya siapa tau. Mahluk secantik dia kalau mau mengikuti mu, kau pasti suka."

Evan tak menggubris ocehan Jelita, dia terus saja menggandeng jelita kedapur perutnya sudah lapar minta diisi.

"Duduk dan kupas ini," ujar Evan sembari menaruh bawang merah dan beberapa bumbu lainnya.

Sementara Evan menyiapkan bahan lainnya. Jelita menatap Evan terpesona, perasaan ini acap kali timbul saat melihat Evan sedang membuatkan hidangan untuknya.

Dengan apron ditubuhnya Evan terlihat begitu gentle. Tubuh kekarnya, wajah tampan dan ekspresi datarnya, telihat sungguh mempesona dimata Jelita.

"Jangan bengong, bantu aku menata hidangan ini diatas meja," titah Evan setelah semua menu selesai dia masak.

Setiap kali Evan memasak Jelita selalu dibuat takjub, dengan menu yang tak sederhana.Semua yang disiapkan Evan selalu hidangan istimewa bintang lima.

"Bengong sambil liatin hidangan di meja memang bisa buat kenyang," ujar Evan sembari mengisi piring kosong Jelita dengan nasi.

"Apaan sih." sungut Jelita. Dia mulai mengisi piringnya dengan lauk, lalu mulai menyantapnya perlahan.

"Van besok pulang kuliah aku langsung ambil gaunnya ya," ujar Jelita sebari mengunyah nasi dimulutnya.

"Boleh, berapa harga gaunnya?" Tanya Evan sembari menatap jelita sekilas lalu kembali focus pada makan malamnya.

"Aku ambil yang tiga puluh juta."

"Uhuk. Apa tiga puluh juta?!" sentak Evan menatap Jelita dengan wajah kaget.

"Kenapa kamu kaget gitu? Bukannya kamu setuju tadi."

"Iya, tapi tidak semahal itu Je. Tiga puluh juta itu setara tiga bulan gajiku." Jelas Evan. Netranya menatap lekat wajah Jelita. Jelita membalas tatapan Evan sekilas lalu memalingkan mukanya ketempat lain.

"Baiklah tidak usah beli, aku juga tidak akan pergi ke pesta," sungut Jelita. Sembari meletakkan sendok dipiring menyudahi makannya. Evan menarik napas dalam.

"Makanlah, besok kita akan beli dengan meminjam uang papamu. Dia bisa memotong gajuku setiap bulannya," ujar Evan dengan suara lembut.

"Kau tidak membongongiku."

"Tidak akan, sudah makanlah," bujuk Evan. Sejenak Jelita menatap Evan meyakinkan hatinya bahwa Evan tidak berbohong. Tapi yang ada dia tak bisa membaca pikiran Evan sama sekali, diapun mengalah memilih percaya dengan ucapan Evan.

Selesai makan, Jelita membantu Evan membereskan bekas makan mereka lalu mencuci piring kotor, lalu menatanya dirak piring.

"Sudah selesai, Van aku kerjakan tugas kuliah dulu dikamar."

"Baiklah. Aku juga mau keruang kerja ada yang harus aku kerjakan."

Jelita kembali kekamar, sedang Evan pergi keruang kerjanya. Sesampainya di ruang kerja, Evan segera menghubungi Sasongko melalui panggilan telepon.

"Malam tuan, maaf mengganggu waktu istrahat mu," sapa Evan santun.

"Malam Evan. Ada apa menghubungiku?"

"Begini tuan, aku meminta sedikit bantuan tuan."

"Baiklah, katakan bantuan apa yang kau harap dariku?"

"Tadi aku membohongi nona, aku bilang akan menjam uang dari tuan sebesar tiga puluh juta, untuk membeli gaun pesta untuknya." jelas Evan. Terdengar helaan napas di sebrang telpon.

"Kau ini sungguh tidak bisa diandalkan. Aku sudah bilang, kau hanya boleh gunakan sepuluh juta uangmu untuk menghidupi dia. Baru sekejap kau sudah menuruti dia seperti ini." gerutu Sasongko kesal.

"Tuan tenang saja, dia tetap akan mendapat pelajaran dari tiga puluh juta ini."

"Baiklah, aku percaya padamu."

"Trimakasih tuan."

Evan mengakhiri panggilan, lalu sibuk dengan pekerjaan yang sudah menunggunya. Hampir jam satu malam Evan baru keluar dari ruang kerjanya.

Langkah Evan terhenti didepan pintu kamar Jelita. Dengan geakan halus dia memutar handle pintu membuka daun pintu perlahan. Kemudian masuk dengan langkah kecil, dia tak ingin membangunkan Jelita dengan gerakan tubuhnya.

Evan menarik kursi kesamping tempat tidur lalu duduk disana menatap Jelita dengan seksama. Senyum mengembang dibibir merahnya. Gadis manja juga keras kepala ini membuat sikap tegasnya luntur. Setiap kali melihat wajah sendu itu dia tak mampu tak menuruti maunya.

Tubuh mungil didepannya tiaba-tiaba menggeliat, membuat selimut yang menugup tubuhnya tersingkap sebagian. Evan tertegun, bahu mulus seputih salju seperti menghipnotis kesadarannya.

Dengan gerakan pelan Evan naik keatas tempat tidur, menyusup dibalik selimut lalu memeluk tubuh Jelita dengan hangat. Aroma lembut langsung meruar memenuhi rongga penciuman Evan. Lembut dan menggoda.

Jelita yang awalnya memunggungi Evan tiba-tiba berbalik kearah Evan, memeluk tubuh hangat itu bagai sebuah guling. Evan menegang seketika, dia belum siap dengan posisi ini. Bibir merah dan belahan dada yang begitu menantang membuatnya terpaksa menelan salivanya sendiri. Hangatnya napas Jelita membuat tubuh Evan meremang seketika. Dia hanya ingin memeluk Jelita dari belakang lalu tidur dengan nyenyak. Tapi niatnya tidur dengan nyenyak sepertinya sulit akan terwujud.

"Diamlah," bisik Evan dengan helaan napas berat. Saat Jelita menggerakkan tubuhnya menyusup dibalik tubuh kekarnya. Gerakan lembut itu membuat hasrat kelelakiannya bangun. Segala yang ada di pelukannya saat ini begitu menggoda hasratnya.

Tapi bukan Evan namanya kalau tidak memiliki pengendalian diri yang kuat. Setelah Jelita tak lagi bergerak, Evan memilih melabuhkan kecu pan hangat di puncak kepala istrinya.

"Kau sungguh menguji kesabaranku sayang," bisiknya lembut lalu memejamkan matanya beusaha menyusul Jelita tidur.

Jelita menggeliat pelan, rasa hangat yang memeluk tubuhnya membuatnya terasa begitu nyaman. Sudah pagi tapi dia tak ingin beranjak dari tempat tidur.

Merasa ada yang aneh Jelita membuka matanya perlahan. Astaga! apa ini?

Jelita menatap Evan dengan mata membulat, sejak kapan dia disini? Tidur diatas tempat tidurnya sambil memeluk tubuhnya. Oh tidak dia juga memeluk Evan, bahkan menyusupkan tangannya dibalik kemeja putihnya, gila!

Dengan penuh hati-hati Jelita menarik tangannya dari tubuh Evan. Sekilas dia melihat dada Evan yang kekar dengan beberapa bekas luka, terlihat begitu seksi. Entah pemikiran dari mana Jelita malah menge cup dada itu dengan lembut dan hangat.

"Kau tau apa yang sedang kau lakukan sayang?" suara berat Evan membuat Jelita repleks menarik tubuhnya menjauh, tapi Evan kembali menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

"Evan kau mau apa?!" Pekik Jelita gugup. Tubuhnya melekat begitu erat ditubuh Evan, dia bahkan dapat mendengar degup jantung Evan yang tak beraturan.

"Harusnya aku yang tanya, menciumku diam-diam kau mau apa?" bisik Evan. Netranya menatap lekat Wajah Jelita yang merona merah.

"Siapa yang menciummu," ucap Jelita pelan, bahkan nyaris tak terdengar.

"Lalu tadi kau sedang apa? Menempelkan bibir basahmu ketubuhku. Apa kau tidak tau kelakuanmu itu sudah membangunkan hasratku." Bisik Evan. Jelita bertambah gugup, dia juga tidak menyangka melakukan hal bodoh itu pada Evan.

"Itu salahmu! ngapain coba kau menyusup kekamarku dan tidur diranjangku?!" Sentak Jelita dengan berani. Evan terkekeh melihat ekspresi Jelita yang begitu menggemaskan.

"Jadi itu salahku." Ujarnya sembari menyentuh hidung Jelita dengan jarinya.

"Tentu." sahut Jelita bersungut-sungut.

"Baiklah karena itu salahku, aku memaafkan mu. Tapi lain kali jangan menciumku diam-diam, aku tidak bisa membalasnya. Itu tidak adil, suami istri itu harusnya saling berbalas ciu man." ujar Evan sembari mendekatkan wajahnya kejelita.

Jelita replek manarik tubuhnya menjauh dari Evan lalu bergegas kekamar mandi. "A-aku membersikan diri dulu." Ujarnya sebelum menutup pintu kamar mandi. Evan terkekeh menatap tubuh yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi.

"Kau terlalu imut sayang. Tidak tau sampai kapan aku bisa menahan." gumam Evan seorang diri.

.

To be continuous

1
Jauriah Aspan
Mantap sangat puas dg alur cerita ini
Maria Longgak
suka sekali dengan ceritanya
Cesy Luthfi
Luar biasa
Arwet Bach
keren bgt
lia juliati
cerita bagusss konflik gak berat2 amat tp cerita alurnya mudah d ikuti
Sri Udaningsih Widjaya
Ceritanya keren thor
Rosmiati 52
ga pernah di azani
Hayanti Yanti
Luar biasa
jumirah slavina
kerennnn Evan...
Aku padamu pokoke..
😘😘😘😘
jumirah slavina
ko' Tuan trs manggil'y bkn Papa Keq Jelita.. kan mertua...
Ani Suwarni
karena ada Kiara
jumirah slavina
drtd ko' manggil'y Tuan bkn Papa..
jumirah slavina
apakah pekerjaan sampingan Evan mafia ??
jumirah slavina
wow
Ani Suwarni
akhirnya.....
Ani Suwarni
Evan yang cemburu kenapa hatiku yang deg deg serrrr ngiluuu 😆
Ani Suwarni
badan Evan terbuat dari apakah?
Ani Suwarni
siapa Evan sebenarnya?
Ani Suwarni
aku penasaran dgn sosok evan,semoga dia orang baik
Ani Suwarni
salut dengan Evan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!