NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:994
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

KEPERGIAN BEN KELUAR NEGERI

Ben menggeliat, merasakan kehangatan tubuh Alea di sampingnya. Sisa-sisa gairah masih terasa, bercampur dengan lelah yang mendalam. Ia membuka mata, mendapati Alea masih memejamkan mata, napasnya teratur.

Dengan enggan, ia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Air dingin yang menyembur dari shower langsung menyegarkan tubuhnya, mengusir sisa-sisa kantuk yang masih tersisa.

Ben memang seorang pengusaha sukses dengan kekayaan yang tak terhitung jumlahnya. Namun, ia selalu berusaha untuk tetap membumi dan mengerjakan banyak hal sendiri. Ia percaya bahwa dengan melakukan semuanya sendiri, ia bisa lebih menghargai proses dan hasil yang dicapainya.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Ben memanggil asisten rumah tanggnya, memintanya untuk menyiapkan sarapan atau entah makan siang ke kamar alea. Ia hanya meminum kopi hitam pekat dan roti panggang dengan selai cokelat . Sambil menikmati sarapannya, ia membuka laptop dan mulai memeriksa email-email yang masuk.

Setelah menyesap kopi dan membalas beberapa email penting, Ben menghampiri Alea di kamar. Istrinya yang cantik itu masih tertidur pulas, wajahnya tampak damai dan tanpa beban. Ben berjongkok di samping ranjang, mengamati wajah Alea dengan tatapan penuh cinta. Ia mengulurkan tangannya dan membelai lembut rambut istrinya.

"Aku beruntung memilikimu," bisiknya pelan, seolah takut mengganggu tidur Alea.

Kemudian, Ben mencium kening Alea dengan lembut, menyalurkan seluruh kasih sayang dan rasa terima kasihnya. Ia tahu, Alea adalah sumber kekuatannya.

Dengan berat hati, Ben meninggalkan kamar dan bergegas menuju kantor. Ia memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu meluangkan waktu bagi Alea, wanita yang sangat dicintainya.

Sesampainya di kantor, Ben langsung memanggil David, asisten pribadinya yang selalu sigap. "David, bagaimana dengan ponsel yang saya pesan untuk Alea?" tanyanya dengan nada serius.

David, yang sudah terbiasa dengan permintaan aneh dari bosnya, menjawab dengan tenang, "Sudah saya siapkan, Pak. Sesuai permintaan, semua aplikasi sudah terpasang dan siap digunakan."

"Bagus. Lalu, apakah 'pengamanan' yang saya minta sudah dipasang?" Ben memastikan.

David mengangguk. "Tentu, Pak. Semua nomor yang keluar dan masuk sudah diblokir, kecuali yang Bapak izinkan. Akses internet juga sudah dibatasi, dan semua aplikasi media sosial sudah dinonaktifkan."

Ben menghela napas lega. "Pastikan tidak ada celah sedikit pun. Aku tidak ingin Alea berhubungan dengan orang-orang yang tidak saya kenal."

"Siap, Pak. Semua sudah saya atur seaman mungkin," jawab David dengan penuh keyakinan.

Ben mengangguk puas. Ia merasa sedikit tenang sekarang. Ia tahu, tindakannya mungkin terkesan berlebihan, tapi ia hanya ingin melindungi Alea.

Ben menatap David dengan tatapan tajam. "Dan satu lagi, pastikan Rian tidak lagi mengganggu Alea," ucapnya dengan nada dingin. "Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi aku ingin dia kembali ke kotanya dan tidak pernah lagi mendekati istriku."

David mengangguk mengerti. "Baik, Pak. Akan saya akan urus."

"Kalau perlu, ancam dia," lanjut Ben dengan suara mengancam. "Katakan padanya, jika dia masih berani mencari Alea, akan aku buat bangkrut perusahaannya."

David menelan ludah. Ia tahu, Ben tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ia harus memastikan Rian tidak lagi menjadi masalah bagi Alea, atau konsekuensinya akan sangat buruk.

"Saya mengerti, Pak. Saya akan segera menghubungi orang-orang kita untuk mengawasi Rian dan memastikan dia tidak lagi mendekati Nyonya Alea," jawab David dengan nada serius.

Ben mengangguk puas. Ia percaya pada kemampuan David untuk menyelesaikan masalah ini. Ia akan melakukan apa pun untuk melindungi Alea, bahkan jika itu berarti harus mengancam atau menghancurkan orang lain.

Setelah memberikan perintah tegas pada David, Ben bergegas menghadiri serangkaian rapat penting dan melakukan pengecekan berkas. Pikirannya memang dipenuhi oleh urusan bisnis, namun bayangan Alea tetap menghantuinya. Ia tak sabar ingin memastikan keadaannya baik-baik saja.

Di sela-sela kesibukannya, Ben menyempatkan diri menelepon asisten rumah tangganya. "Selamat siang, Bi. Apa Alea sudah bangun?" tanyanya dengan nada khawatir.

Terdengar suara Asisten rumah tangga dari seberang telepon, "Siang, Tuan Ben. Nyonya Alea sudah bangun dari tadi, "

Ben menghela napas lega. "Syukurlah. Tolong jaga dia baik-baik ya, Bi. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku."

"Siap, Tuan. Pasti saya jaga Non Alea," jawab Bi Inah dengan sigap.

Ben menutup telepon dengan perasaan sedikit lebih tenang. Ia tahu,.

Tak lama setelah menutup telepon ,Ben kembali memanggil David. "David, tolong antarkan ponsel itu ke Alea sekarang," perintahnya dengan nada mendesak. "Pastikan dia menerimanya ,”

David mengangguk patuh. "Baik, Pak. Akan saya antarkan sekarang juga."

"Dan jangan lupa, jelaskan padanya cara menggunakannya dengan baik," lanjut Ben. "Pastikan dia mengerti semua batasan yang ada."

David mengangguk lagi. Ia tahu, tugas ini tidak akan mudah. Ia harus meyakinkan Alea untuk menggunakan ponsel yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Ben. Namun, ia akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalankan perintah bosnya.

"Siap, Pak. Akan saya lakukan yang terbaik," jawab David dengan penuh keyakinan.

David segera mengambil ponsel yang sudah disiapkan dan bergegas menuju rumah Ben. Ia berharap, Alea tidak akan curiga dengan ponsel baru yang akan ia berikan.

Belum sempat Ben fokus kembali pada pekerjaannya, dering telepon memecah konsentrasinya. Ia melihat nama penelepon, salah satu petinggi perusahaannya di luar negeri. Dengan perasaan was-was, Ben mengangkat telepon itu.

"Selamat siang, Pak Ben," sapa suara di seberang sana dengan nada tegang. "Maaf mengganggu, tapi ada masalah serius di perusahaan kita di luar negeri. Bapak harus segera kembali ke sini."

Jantung Ben berdegup kencang. Ia sudah menduga akan ada masalah, tapi ia tidak menyangka akan secepat ini. "Masalah apa?" tanyanya dengan nada khawatir.

"Ada beberapa proyek yang bermasalah dan membutuhkan keputusan cepat dari Bapak. Selain itu, ada juga beberapa investor yang mulai menarik investasi mereka," jelas suara itu dengan nada cemas.

Ben menghela napas berat. Ia tahu, masalah ini tidak bisa ditunda lagi. Ia harus segera kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan masalah ini. "Baiklah, aku akan segera kembali," jawabnya dengan nada tegas. "Siapkan semua yang diperlukan untuk keberangkatanku secepatnya."

Setelah menutup telepon, Ben merasa frustrasi. Ia baru saja mendapatkan  Alea yang penurut dan sekarang ia harus meninggalkannya lagi. Ia tahu, ini adalah bagian dari pekerjaannya, tapi ia tetap merasa berat meninggalkan istrinya.

Dengan perasaan campur aduk, Ben segera menghubungi David. "David, setelah mengantar ponsel ke Alea, segera kembali ke kantor," perintahnya dengan nada tergesa-gesa. "Siapkan segala keperluan untuk keberangkatanku ke luar negeri secepat mungkin. Sepertinya ada masalah yang harus segera aku selesaikan di sana."

David, yang sudah terbiasa dengan perubahan mendadak dalam jadwal Ben, menjawab dengan sigap, "Baik, Pak. Akan segera saya siapkan."

"Dan satu lagi, jangan beritahu Alea tentang kepergianku ini. Aku akan meneleponnya nanti," pesan Ben dengan nada lirih. Ia ingin menyampaikan kabar ini sendiri kepada istrinya.

David mengangguk mengerti. Ia tahu, Ben pasti merasa berat meninggalkan Alea. "Baik, Pak. Saya mengerti," jawabnya dengan nada penuh pengertian.

Setelah menutup telepon dengan David, Ben menghela napas panjang. Ia merasa bersalah karena harus meninggalkan Alea lagi, tapi ia tidak punya pilihan lain. Ia harus segera menyelesaikan masalah di perusahaannya agar tidak berdampak buruk pada masa depan mereka. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan segera kembali setelah semua masalah selesai.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!