NovelToon NovelToon
Pedang Cahaya Naga

Pedang Cahaya Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: dwi97

Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutan Seribu Ilusi 2

Langkah Shen dan Lin Feng semakin berat. Setelah menebas bayangan diri mereka sendiri, hutan tampak berubah. Udara yang semula dingin kini terasa panas, seakan ribuan matahari tersembunyi di balik pepohonan kaca.

Pohon-pohon menjulang lebih rapat, cabang-cabangnya berpilin, membentuk lengkungan seperti gerbang raksasa. Dari kejauhan terdengar suara gamelan samar, menimbulkan suasana aneh: antara mistis dan menakutkan.

Lin Feng mengernyit. “Apa kau dengar itu?”

Shen mengangguk. “Ya. Suara musik... tapi bukan berasal dari luar. Seolah-olah... suara itu ada di dalam kepalaku.”

Semakin jauh mereka melangkah, semakin nyata alunan itu. Irama perlahan berubah jadi kidung kuno, penuh mantra yang menembus batin. Tak lama, bayangan-bayangan mulai muncul di sekitar mereka: penari tanpa wajah, bergerak mengikuti irama, melingkari mereka berdua.

“Ini ujian berikutnya,” gumam Shen. “Ilusi yang menari dengan hati kita.”

---

Penari-penari itu menari makin cepat, gaun kabut mereka berputar, menciptakan lingkaran cahaya. Lin Feng mulai merasa kepalanya pusing, seolah terbawa arus tarian itu. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya berubah.

Ia tidak lagi berada di hutan. Sebaliknya, ia berdiri di sebuah panggung besar. Ratusan orang bersorak, memanggil namanya. Mereka mengangkat pedang ke udara, menyebutnya pahlawan, penyelamat, raja.

Lin Feng terdiam, hatinya bergemuruh. “Ini... apa?”

Sebuah suara menggema, penuh godaan. “Inilah masa depanmu, Lin Feng. Semua akan sujud padamu. Kau akan menjadi yang terkuat, dihormati di seluruh daratan. Terimalah...”

Bayangan seorang pria berjubah emas muncul, membawa mahkota bercahaya. Ia mendekat, mengulurkan tangan. “Pakai ini, dan dunia akan tunduk padamu.”

Lin Feng terengah. Ia merasakan hasrat dalam dirinya bangkit—keinginan untuk membuktikan diri, untuk menghancurkan semua yang pernah meremehkannya.

Namun tiba-tiba, ia mendengar suara lain, samar tapi jelas. Suara Shen. “Jangan tertipu. Ingat dirimu yang sebenarnya!”

Lin Feng menggertakkan gigi. Ia menepis mahkota itu, dan seluruh panggung runtuh. Teriakan penonton berubah jadi lolongan, penari tanpa wajah pecah menjadi kabut hitam.

Ia kembali ke hutan, terengah, wajahnya pucat. Shen menatapnya tajam. “Kau hampir terjebak.”

Lin Feng menelan ludah. “Aku... hampir tidak bisa menolak. Rasanya begitu nyata.”

Shen mengangguk. “Itulah kekuatan terbesar dari Hutan Seribu Ilusi. Ia bukan hanya menakut-nakuti kita. Ia menawarkan apa yang paling kita inginkan. Itu jauh lebih berbahaya.”

---

Namun ujian bagi Shen pun menanti.

Tiba-tiba, tarian penari berubah. Mereka bergerak lambat, penuh keanggunan. Kabut di sekitar Shen berputar, menciptakan pemandangan baru.

Shen mendapati dirinya berdiri di sebuah lembah indah. Di hadapannya, ribuan murid berlutut, menyebut namanya sebagai Guru Besar, Pemimpin Sekte, Penakluk Abadi.

Di atas langit, naga emas terbang, seolah mengakui keagungannya.

Seorang murid bersujud, berkata, “Guru Shen, kau adalah satu-satunya yang layak menguasai seluruh negeri. Tak ada yang menandingi kekuatanmu.”

Hati Shen bergetar. Keinginan lama—untuk menjadi yang terkuat, untuk membuktikan dirinya pada dunia—bangkit kembali. Ia bisa merasakan bagaimana rasanya dihormati, dipuja, tidak pernah diremehkan lagi.

Namun tiba-tiba, ia teringat sosok gurunya yang sejati. Kata-kata terakhirnya sebelum gugur: “Shen, kekuatan sejati bukan untuk menguasai, tapi untuk melindungi.”

Bayangan gurunya muncul di balik kerumunan murid ilusi. Sosok itu menatapnya dengan kecewa.

Shen terhuyung. Ia sadar, bila ia menerima ilusi itu, ia akan mengkhianati ajaran gurunya. Dengan raungan keras, ia menghunus pedang dan menebas seluruh pemandangan indah itu.

Ribuan murid ilusi berubah menjadi debu cahaya. Lembah runtuh, naga emas menghilang, dan Shen kembali berdiri di hutan, napasnya tersengal.

Lin Feng menatapnya. “Kau juga hampir terjebak.”

Shen terdiam sejenak, lalu tersenyum pahit. “Ya. Aku hampir melupakan siapa diriku.”

---

Setelah mereka berhasil melewati tarian ilusi, hutan kembali hening. Namun mereka tahu ujian belum berakhir. Jalan di depan bercabang menjadi tiga, masing-masing dipenuhi kabut berbeda: merah, hitam, dan putih.

Lin Feng mengernyit. “Tiga jalan? Mana yang benar?”

Shen menutup mata, mencoba merasakan energi. “Ketiganya benar, sekaligus salah. Hutan ini tidak punya satu jalan keluar. Kita harus memilih—dan setiap pilihan akan membawa ujian yang berbeda.”

Lin Feng terdiam. Ia menatap jalan kabut merah, yang terasa panas dan penuh amarah. Jalan hitam, dingin dan mencekam. Jalan putih, tenang namun mencurigakan.

“Aku rasa... jalan putih lebih aman,” gumam Lin Feng.

Shen menggeleng. “Yang paling aman biasanya yang paling berbahaya.”

Mereka berdua saling bertukar pandang. Akhirnya, Shen menghela napas. “Baik. Kita pilih jalan merah. Lebih baik menghadapi amarah daripada terjebak dalam kesunyian yang menipu.”

Lin Feng mengangguk. Mereka pun melangkah masuk ke kabut merah.

---

Begitu masuk, hawa panas menyergap. Udara berubah pekat, seperti terbakar. Pohon-pohon di sekitar mereka kini berwarna merah darah, daunnya berguguran seperti api.

Dari kejauhan terdengar raungan. Tanah bergetar, dan seekor makhluk muncul dari balik kabut—seekor serigala raksasa dengan bulu api, matanya menyala merah.

Lin Feng terbelalak. “Ini... bukan ilusi. Aku bisa merasakan tekanan nyata darinya.”

Shen mengangguk. “Benar. Tidak semua yang ada di hutan ini hanyalah bayangan. Ada makhluk nyata yang menjaga jalur tertentu. Dan serigala api ini... sepertinya penjaga jalan merah.”

Serigala itu menggeram, lalu menerjang. Api menyembur dari mulutnya, membuat tanah retak dan pohon terbakar.

Shen langsung mengangkat pedang, membentuk penghalang emas. Lin Feng melompat ke samping, melancarkan tebasan biru yang mengenai kaki makhluk itu. Namun serigala hanya bergeming, luka di kakinya langsung pulih oleh api yang menyelimuti tubuhnya.

“Regenerasi cepat!” seru Lin Feng.

Shen mendesis. “Kalau begitu, kita harus menyerang jantungnya langsung!”

Pertarungan sengit pun berlangsung. Serigala api berputar, menyemburkan gelombang api yang hampir menelan mereka. Lin Feng mengerahkan seluruh energinya, menciptakan pusaran angin biru yang menahan kobaran itu.

Shen melompat ke udara, pedangnya menyala terang. Dengan teriakan lantang, ia menusuk tepat ke arah dada serigala.

Makhluk itu meraung, tubuhnya bergetar hebat. Lin Feng segera mengikuti, menebas leher serigala dengan kekuatan penuh.

Dengan ledakan besar, serigala api pecah menjadi ribuan bara merah, menghilang ke udara.

Shen dan Lin Feng terhuyung, terengah-engah. Namun jalan di depan kini terbuka, kabut merah menipis.

Lin Feng menatap sahabatnya, tersenyum lelah. “Satu ujian lagi berhasil kita lewati.”

Shen mengangguk. Namun sorot matanya serius. “Tapi hutan ini belum selesai dengan kita. Aku bisa merasakan... sesuatu yang jauh lebih besar menunggu di kedalaman.”

Mereka pun melangkah maju, memasuki bagian hutan yang lebih gelap, di mana bahkan cahaya pohon kaca pun tak mampu menembus.

Dan di sana... sesuatu sedang mengintai.

1
Nanik S
Apakah mereka akan menjadi teman
dwi97: trimakasih kk.
total 1 replies
Nanik S
Mantap 👍👍
Nanik S
Apakah Liang akan menyelamatkan Adiknya
Nanik S
Hadir... awal yang bagus
dwi97
yuk simak terus
dwi97
yuk tinggalin jejaknya. di like dan komenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!