Rara Depina atau biasa di panggil Rara, terpaksa menggantikan ibunya yang sedang sakit sebagai Art di ruamah tuan muda Abian Abraham.
Rara bekerja tanpa sepengetahuan tuan muda Abian. Abian yang pergi kerja saat Art belum datang dan pulang saat Art sudah pergi membuat Rara bisa bekerja tanpa di ketahui Abian.
Apa jadinya saat tak sengaja Abian memergoki Rara tengah berada di apartemennya.
Dilema mulai muncul saat diam-diam Abian mulai jatuh cinta pada pembantu cantiknya itu, dan di tentang oleh keluarga besarnya yang telah memilihkan calon buat Abian.
Akankah Abian mampu mempertahankan Rara di sisinya, cuus baca kelanjutannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Rara terpaksa menerima Rendra jadi tamunya, Rendra ngotot pingin mampir, dengan seambrek bawaan Rendra bertamu kerumah sederhana Rara.
Ibu menatap Rendra dengan seksama, tampan dan sepertinya anak orang berduit, lalu tatapannya beralih ke Rara, gadis ini selalu buat kejutan, kemarin tuan Bian berkunjung kerumahnya nungguin dia berjam-jam, sekarang dia pulang dengan pria mentereng lagi.
"Nak Rendra sudah lama kenal Rara," Tanya ibu membuka percakapan.
"Belum buk, aku kenal Rara sejak dia kerja di tempat Abian, kami tetanggan buk." Jelas Rendra santun.
"Nak Rendra, kamu jangan terlalu pedulikan Rara kalau suka ngajak- ngajak kamu ya," ujar ibu. Dia yakin Rara lah yang mengejar Rendra, kalau melihat penampilan Rendra tentu saja banyak wanita antri di sekitarnya.
"Maaf buk saya yang sering maksa dia jalan sama saya, tadi dia juga udah ngelarang saya untuk mampir, tapi saya kepingin ketemu keluarga Rara yang lain," sahut Rendra menjelaskan pada ibu kalau dialah yang nempelin Rara.
Ibu bengong, masak sih bukannya Rara yang ngemis-ngemis minta di ajak jalan, lah ini bocah perlente gini masa iya kepincut sama Rara yang anak babu.
Rendra bermain dengan si kembar sebelum pamit pulang, itu pun Rara yang memaksa Rendra supaya cepat pulang dia takut jadi gosip tetangga di apelin pria bermobil.
"Kamu kok gitu sih Ra, tamu adalah Raja, bukan malah di usir gini," protes Rendra tak terima di suruh pulang oleh Rara.
"Udah jangan protes, cepetan pulang, besok kita kan masih bisa ketemu lagi kak," sahut Rara terdengar galak.
"Baiklah kalau itu mau mu, pamitin ke ibu ya aku pulang."
"Iya nanti aku sampein."
"Dah Ra aku pulang dulu ya."
"Udah gak usah sok romantis," Protes Rara sembari mendorong tubuh Rendra keluar dari rumahnya.
Rara mengantar Rendra sampai depan pintu, menatapnya sampai tak terlihat.
"Kak, kakak kok kejem gitu sih, kak Renda sebaik itu main usir aja suruh pulang!" ujar Dedek sewot, uh dapat dukungan rupanya Rendra.
"Bukan ngusir dek , kakak nyuruhnya kan baik-baik tadi, kalau ngusir itu pakai emosi, ini kan enggak."
"Nyuruh pulang itu sama aja ngusir kak," protes dedek.
"Iya, iya maaf, ya udah kakak masuk kamar dulu."
Rara berbaring di kamarnya dengan bermain gawai. Mengintip Akun medsos milik Rendra, yang baru saja memposting sesuatu di akunnya, Rara sudah punya akun media soasial sekarang, walau dia tak menggunakan nama asli dan hanya mengunakan foto kartun.
Akun pribadi Rendra yang bersipat pribadi mengharuskan Rara berteman padanya agar dapat mengintip postingannya setiap hari.
Rara sengaja mengunggah beberapa artikel tentang otomotip untuk menarik perhatian Rendra untuk memfollow akunnya.
Dan trik itu pun berhasil, Rendra di mensos lumayan tenar, penggemarnya pun bejibun dari kalangan Wanita.
Kenyataan ini membuat Rara sadar dan menarik kembali hatinya yang sempat ingin bersandar.
Rendra bukan tipe orang yang Ramah di medsos, terbukti dia jarang sekali membalas komentar di setiap postingannya, paling juga cuma beri like.
Berbeda dengan dunia nyata yang ramah dan menyenangkan. Rara tersenyum membayangkan sosok Rendra.
Rara tertidur dengan gawai di sampingnya, mengintip akun orang sampai ketiduran Rara, Rara.
Pagi sekali Rara sudah bangun dengan di antar kang ojol idola kampungnya. Rara tancap gas menuju sekolahnya.
Disekolah hanya ada beberapa orang saja yang datang, maklumlah ini memang masih benar-benar pagi.
Rara tak langsung masuk kelas, dia pergi kekantin pesan nasi goreng lalu cari tempat di sudut kantin.
"Ngerjakan tugas Ra." tegur buk kantin seraya meletakkan sepiring nasi goreng diatas meja.
Rara menatap buk kantin dengan senyum atau tepatnya nyengir.
"Ho oh buk."
Rara tadi malam lupa ngerjain tugas sebab ngintip akun Rendra sampai ketiduran, jadi pagi ini lah imbasnya dia harus lembur di pagi hari.
**
Rara melangkah gontai, entah kenapa dia seperti tak bersemangat hari ini, tapi tugasnya belum selesai apartemen bian belum dia bersihkan.
Langkah Rara berhenti tepat di depan pintu apartemen, jemarinya mulai memasukkan kombinasi angka guna membuka apartemen Abian.
Perlahan Rara masuk kedalam, kali ini dia sedikit hati-hati dia takut si pemilik rumah ada di dalam.
Rara bisa bernafas lega saat tau Bian tak berada di rumah.Rara masang hansfree pada telinganya mendengarkan lagu dari gawainya.
Satu persatu pekerjaan selesai dia kerjakan tinggal membuang sampah lalu pulang.
Sebelum pulang Rara membasuh wajahnya yang terasa lengket oleh keringat dan debu, dia memakai westafel kamar mandi tamu, selesai membasuh mukanya Rara sedikit merapikan rambut panjangnya.
Rara kembali menutup pintu kamar tamu, kakinya baru saja melangkah, langkahnya mendadak terhenti, saat bola matanya menagkap bayangan Abian tengah bersedekap menatap kearahnya.
Ara melihat jam di pergelangan tangannya, harusnya dia masih punya waktu satu jam lagi, tapi ini kenapa Bian sudah pulang.
"Selamat sore tuan, aku permisi pulang, semua pekerjaanku sudah selesai," tutur Rara seraya sedikit membungkuk, kemudian beranjak pergi melewati majikannya yang tengah menatapnya tak berkedip.
Langkahnya terhenti saat jemari kokoh Bian mencekal lengannya, cekalan Bian yang sangat kuat menahan langkahnya.
"Ada yang belum kau kerjakan." ujar Bian dingin.
"Tapi aku sudah mengerjakan semuanya tuan."
"Aku melihat ada yang berantakan di kamar tidur ku, sebaiknya kau bereskan dulu." ujar Bian seraya membawa Rara mengikuti langkahnya masuk kekamarnya.
Rara mengikuti Bian dengan penuh kecemasan, dia merasa ada yang tak beres dengan Bian, tapi entah apa, hanya saja pikirannya benar-benar khawatir.
Bian melepas tangannya dari lengan Rara saat sudah di dalam kamarnya.
Rara berjalan membelakangi Bian, melangkah ketengah tengah kamar, matanya nyalang menatap setiap jengkal ruangan, semua masih sama tak ada yang terlihat berantakan.
"Tidak ada yang berantakan tuan, sepertinya tuan salah lihat tadi." ujar Rara seraya berbalik ke arah Bian.
Bian tak menyahut, dia berjalan mendekati Rara dengan tatapan yang sangat berbeda. melihat itu Ara repleks melangkah mundur.
"Tuan sebaiknya aku permisi pulang." ujar Rara seraya bergegas melangkah menuju pintu.
Tapi usahanya sia-sia, dengan gerakan cepat Abian menarik tubuh Ara merengkuhnya dalam pelukan.
"Tuan!" seru Ara panik, dia berusaha melepas pelukan Bian dengan sekuat tenaga, tapi dia kalah kuat, Bian memgunci tubuhnya begitu erat.
"Jangan meronta, bukankah ini pekerjaanmu, tidur dengan lelaki kaya sepertiku." ucap Bian sinis.
Ara terdiam, tak lagi meronta, dengan nafas tersenggal dia menatap lekat bola mata Bian. Jadi ini yang ada dalam pikiran Bian, dasar Breng sek!.
"Tuan salah sangka, aku tak berniat mengoda tuan, aku berani bersumpah tuan." jelas Ara.
Senyum tipis mengembang dibibir Bian, senyum mencibir, pembantu sepertinya bisa memiliki gawai mahal, uang dari mana.
Bian telah memandang rendah dirinya, hal itu benar-benar melukai perasaannya.
"Tuan biarkan aku pulang." rengek Ara dengan rasa takut yang amat sangat.
Bukannya menuruti maunya Ara, Bian malah bertindak diluar batas, dengan kasar dia merasai bibir merah Ara, teriakan Ara tak menghentikan tindakannya, dia malah semakin menggila.
Bian membawa paksa tubuh Ara ke ranjangnya, lalu kembali melakukan tindakan yang benar-benar tak pantas. Ara berusaha melepaskan diri dari tindihan Bian, tapi semua itu sia-sia, kini Bian bahkan seperti kerasukan, akal sehatnya tak lagi berpungsi dengan benar. Dengan kasar Bian merobek paksa baju kaos omblong Rara, memperlihatkan sepasang dalaman hitam milik Ara.
Air mata Ara sudah tak terbendung lagi, membasahi pipinya, isak tangis sudah terdengar dari bibir Ara. Tapi semua itu tak jua menghentikan kegilaan Bian. Dengan rakus Bian mencicipi setiap jengkal tubuh Ara, walau Ara menjerit dan meronta.
Ara memukul, mencakar bahkan menggigit tubuh Bian berharap Bian melepasnya. Tapi sepertinya Bian tak sedikitpun merasakan perlawanan Ara.
Ara kembali menjerit, saat Bian benar-benar merampas mahkotanya yang paling berharga. sakit yang amat sangat dia rasa, bukan hanya raga. Hatinya juga terasa amat sakit. Tapi tidak dengan Bian, dia tampak begitu menikmati setiap gerakannya di atas tubuh Ara yang tak lagi melakukan perlawanan.
Bian mengerang hebat saat melakukan pelepasan kemudian terkulai di atas tubuh Ara yang terkulai lemas.
Keringat membasahi tubuh Bian, sekilas dia menatap tubuh polos Ara yang cuma diam. Bian bangkit berdiri lalu meraih selimut yang tercecer di lantai, dia berniat menyelimuti tubuh polos Ara, sesaat dia tertegun, bercak kemerahan di pangkal paha Rara dan seprai membuatnya shock.
"****!" umpat Bian panik, jangan bilang dia telah memperkosa gadis virgin.
.
Happy reading.
jangan lupa tingalin jejak ya readers.🙏🙏🥰