NovelToon NovelToon
Ipar Yang Dirindukan

Ipar Yang Dirindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Ryn

Naura (22 tahun), seorang ipar yang justru begitu dekat dengan keponakannya, yakni Maryam.
Maryam kerap mengatakan pada Zayad (30 tahun) ayahnya, jika dirinya ingin memiliki seorang ibu. Pertanyaan yang aneh bagi Zayad, sebab Maryam jelas memiliki ibu yang masih hidup bersamanya. Namun Maryam selalu menjawab, "Mama tidak sayang Maryam, Papa."
Salma (27 tahun), istri Zayad dan seorang wanita karir. Kehidupannya full menjadikan karir nomor satu baginya. Salma menyuruh Naura untuk menjaga puterinya selama ini. Namun bagi Salma, Naura layaknya seseorang yang bisa ia atur-atur sesuka hatinya. Sebab, Naura terlahir dari istri kedua ayah Salma.
Kehidupan Naura selama ini, ternyata penuh akan air mata. "Aku tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi seperti ini. Tapi mendiang ibuku selalu bilang, agar aku tetap menjadi orang yang baik." lirih Naura dengan air matanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Ryn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

"Alhamdulillah. Maryam udah bangun, sayang?"

Naura berlari kecil dengan mukenahnya, sebab ia baru saja shalat subuh di Musholla. Begitu masuk ke dalam ruangan Maryam, ia melihat keponakannya tersebut sudah duduk dan terlihat tenang. Naura pun langsung memeluk Maryam dengan haru.

"Aunty Naura..Maryam rindu aunty."

Naura mengurai pelukan dan mengangguk tersenyum, "Ya, sayang. Aunty juga rindu Maryam. Ini aunty udah disini temani Maryam."

Tepat di saat itu, Zayad juga masuk ke dalam ruangan sang puteri. Pria itu tersentak dan tersenyum lega menatap Maryam sudah sadar. Zayad mendekat cepat, Naura pun sedikit menjauh agar Zayad bisa memeluk puterinya tersebut. Tentu saja, Zayad langsung memeluk Maryam dengan erat dan penuh haru.

"Puteri papa sudah bangun. Maafkan papa ya, nak. Maafkan papa, Maryam." lirih Zayad dengan menahan tangis.

Maryam mendongak menatap Zayad, "Papa benar-benar bawakan aunty Naura kesini. Tapi kenapa ke rumah sakit, pa? Maryam kok sakit, pa?"

Zayad mengangguk, "Iya, nak. Maryam pingsan waktu itu. Tapi sekarang sudah sembuh ya, nak. Maryam akan pulang sebentar lagi."

Maryam seketika menjadi sendu, ia menatap Zayad dan Naura bergantian, "Maryam tidak mau pulang. Maryam pulang bersama aunty Naura saja, bolehkan pa? Aunty Naura tinggal sama kita saja ya, pa?"

Tentu Naura dan Zayad tersentak kaget atas penuturan anak tersebut. Zayad duduk di sisi ranjang, mengusap pelan kepala Maryam, "Nak, tidak bisa seperti itu. Lagipula, aunty Naura akan bekerja. Tidak seperti dulu lagi. Aunty Naura juga tinggalnya hanya boleh di rumah nenek Zizah, bukan di rumah kita."

"Aunty Naura tidak usah bekerja saja, pa. Papa seringkan bilang ke mama supaya mama tidak usah kerja lagi. Bilang gitu juga sama aunty Naura ya, pa? Biar aunty terus sama Maryam, temani Maryam setiap hari."

Zayad kembali tersentak, "Nak, aunty Naura itukan bukan mama."

"Jadi mama saja jika begitu." sahut Maryam.

Zayad dan Naura saling menatap sejenak, mereka terkejut sebab setahu mereka Maryam ini mengerti jika Naura bukan seorang ibu. Benar saja, kini Maryam menuturkan isi hatinya pada Zayad.

"Aunty Naura bukan mama Maryam, kan? Tapi Maryam ingin punya mama, seperti doa Maryam selama ini. Papa bilang, Allah akan kabulkan apapun itu permintaan Maryam jika Maryam rajin shalat. Maryam tadi bangun dengar suara adzan, Maryam shalat disini dan minta sama Allah agar aunty Naura saja jadi mama Maryam. Maryam inginnya aunty Naura, pa. Maryam sedih dan capek lihat mama marah terus, mama tidak sayang Maryam."

Naura menutup mulutnya dengan satu tangannya, hatinya tersentak dan begitu perih mendengar anak usia 4 tahun lebih tersebut bicara sebijak dan semenyedihkan itu pada mereka. Akhirnya, anak itu merasakan yang namanya lelah atas perlakuan mama kandungnya sendiri padanya.

Zayad langsung memeluk Maryam dengan mata yang berkaca-kaca, pria itu menatap ke arah Naura dan berkata lirih, "Lihatkan, Naura. Kumohon padamu. Bersedialah."

Naura menahan tangisnya saat ini, ia jadi penasaran apakah hubungan Zayad dan Salma memang sudah separah itu? Tentu saja, Naura tidak mengetahui bagaimana rumah tangga kakak iparnya tersebut selama ini. Apalagi, Salma sering memposting foto suami dan anaknya di media sosial. Hingga membuat Naura merasa jika keluarga tersebut begitu sangat harmonis.

Zayad mendorong pelan bahu puterinya, agar Maryam kembali berbaring, "Berbaring dulu ya, nak? Agar Maryam tidak kelelahan."

Maryam mengangguk kecil, ia mengangkat satu tangannya pada Naura. Meminta agar Naura mendekat, Naura pun langsung menggenggam tangan mungil keponakannya tersebut dan duduk di sisi ranjang. Sementara Zayad sedikit menjauh, memberi ruang pada mereka.

"Maryam istirahat saja dulu, aunty tidak akan kemana-mana. Aunty akan jaga Maryam disini, sampai nanti Maryam dibolehi pulang oleh dokter." tutur Naura dengan lembut.

"Pulangnya sama aunty Naura, kan? Tinggalnya sama aunty, kan?"

Naura tertegun, wanita itu melirik Zayad sejenak dan pria itu mengangguk kecil bermaksud agar katakan saja iya pada puterinya tersebut. Naura pun tersenyum tipis, "Iya, sayang."

Maryam seketika tersenyum senang, dan memeluk tangan Naura dengan manja, "Aunty, Naura lapar. Mau di suapi makan sama aunty."

Naura dan Zayad tersenyum mengangguk, "Papa panggilkan dokter dulu ya, kasitahu dokter jika Maryam sudah sadar."

Maryam mengangguk tersenyum, "Baik, papa."

Zayad keluar dari ruangan tersebut dan menemui perawat menanyakan perihal kondisi puterinya. Setelahnya, Maryam pun di periksa sebentar oleh dokter. Semua dalam keadaan baik dan normal, membuat mereka bernafas lega dan syukur Alhamdulillah.

* * *

Kini, Naura menyuapi Maryam dengan tenang. Anak itu terlihat makan dengan lahap dan senang atas hadirnya Naura bersamanya. Usai makan, Maryam bermain dengan bonekanya yang dibawakan Salma tadi malam.

Naura kini menemui Zayad yang duduk di sofa tamu, "Kak, bukankah hari ini harusnya aku masuk kerja?" tanyanya berkata lirih.

Zayad tersenyum menggeleng, "Tidak usah kerja saja ya, seperti kata Maryam tadi."

Mata Naura pun membulat, ia menggeleng cepat. "Nggak, kak. Aku baru juga dapat pekerjaan. Lagipula, hubungan kitakan belum..maksudnya, akukan—"

Naura terlihat kebingungan menjelaskan hubungan mereka, Zayad pun tersenyum menatap gadis itu yang terkesan lucu saat ini.

"Ya sudah, minggu depan saja masuk kerjanya. Di hari senin saja. Aku bosnya, kan? Jadi aku bebas atur. Tapi nanti jika sudah jadi mama Maryam, di rumah saja jaga Maryam dan anak-anak kita."

Mata Naura membulat, gadis itu tersentak sampai mundur selangkah. Kenapa Zayad jadi mirip dengan Zayn begini? Pikirnya. Seketika kedua pipi Naura merona merah dan spontan ia tersipu malu. Dengan cepat Naura berbalik, sembari mengusap dadanya.

"Astagfirullah..Astagfirullah.."

Zayad menahan senyum disana, pria itu pun jadi malu sendiri, "Astagfirullah.."

* * *

"Anak mama sudah bangun..?"

Salma mendekat ke Maryam, ia baru saja datang di pukul 8 ini. Zayad melirik sang istri yang gayanya semakin cetar saja. Sepertinya Salma berdandan dulu sebelum datang kemari. Itu sebabnya pukul 8 ia baru datang.

Tepat di saat itu, mereka semua tersentak saat orang tua Zayad dan ibu Salma datang bersama Savina. "Maryam..." ujar Savina dengan khawatir.

Tentu saja keluarga jadi tahu jika Maryam masuk rumah sakit, dan yang memberitahu adalah Salma. Naura menatap Maryam dan menggeleng pelan, seolah memberitahu agar jangan menceritakan tentang mama dan papanya yang bertengkar.

Maryam mengangguk kecil dan tersenyum. Sejak tadi, ia memang di nasehati oleh Naura jika tidak boleh menceritakan tentang papa dan mama yang bertengkar pada siapapun.

'Itu namanya aib. Maryam tidak boleh bilang ke orang-orang tentang papa dan mama yang bertengkar. Mengerti, sayang? Maryam boleh cerita, tapi hanya ke papa saja. Katakan pada papa semua isi hati Maryam. Lalu sering berdoa minta sama Allah agar papa dan mama baikan.'

'Baik, aunty. Tapi Maryam mau minta aunty jadi mama Maryam saja. Tidak mau kalau papa mama baikan.'

'Bagus itu! Iya nak, mintanya begitu saja sama Allah.' sahut Zayad, yang membuat Naura mendelik tajam melirik pria itu. Zayad justru menahan senyum.

* * *

1
Hafizah Aressha R
lnjut k
Blu Lovfres
ok sampai ketemu di Turki ya
bawa seblak untuk bekalnya, naoura 🤭🤭
Next thor
Blu Lovfres
Next thor,
tingal nunggu si salma jadi .ubi gosong
🤣😅😁😂
Pena Ryn: Wkwkwk harus itu
total 1 replies
Hafizah Aressha R
la keren dan gantengan zayn dri od zayad y..
Pena Ryn: Sadboy slalu lebih ganteng ya kak /Smile/
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut
Alif
oon coba pura2 gk tau dan kamu rekam aja kn kamu jd aman, malah sok menasehati nanti klo ketahuan suaminya sendiri kan kamu gk di tuduh
Blu Lovfres: terlalu lebay peranan. Zayed dn nora.🤣😅😁😂orang baik dn lebay jadi badud
baik boleh tapi jangan jadi, orang tolol atw jadi robot seolah kuat ,dn menerima apapun
total 1 replies
Alif
lagian cerita ini bagus tp agak janggal, masak ya ibuknya gk pnya rumah lah sblmnya mereka tinggal di mana, kok se akan2 cm dititipin doang gk ada kisah atau cerita apa selanjutnya
Sumiati Alvia: kak udah ada cerita bahwa saudara saudara dari ibuk nya gak ada yg mau terima dia
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!