Cinta Berbekal Matre?

... “Ada rasa paling mengembangkan senyuman yang sempat tercetak sebuah luka, apakah Randy kali ini serius memberikan kidung?”...

🥇🥇🥇

Terpaku, bergeming tak memotong satu pun kalimat amarah terus di tembak hingga meledakkan sebuah kecewa mendalam.

“Maaf, saya benar-benar minta maaf soal bunga kemarin,” begitulah yang bisa di tuturkan oleh cowok itu, setelah bergeming tanpa kata.

Masih menggebu, tak terima di bikin seperti boneka kemarin apalagi teman sekelas menyoraki dengan nada mengejek. Jelas, tercetak sebuah luka mendalam yang tentu belum benar-benar pulih secepat itu saat mendengar penuturan maaf Randy hari ini.

Ok, cuma berdua saja tanpa ada menemani, sangat marah sekali. Serius.

Harus ke berapa kali sih, Randy minta maaf? Dan mengulangi kesalahan sama, capek batin dan perasaan.

“Cukup! Tidak usah ganggu saya dulu,” begitulah yang Cantika katakan, mengakhiri obrolan mereka, sebelum teman-temannya berdatangan ke dalam kelas.

Mulai sekarang bodoh amat, cuek, judes dengan semua harapan-harapan di berikan Randy.

Selama itu tidak pernah bicara, jangankan bicara, lihat ke arah wajah Randy saja, enggan. Sangat muak sekali.

Hanya memilih berdiam diri dalam kelas dengan kesibukan dunianya, walau pun di paksa buat turun ke bawah, kantin, bergabung dengan teman cowok, tetap berdiri pada pendiriannya.

“Cantika masih diam sendiri di kelas kah?” Tiba-tiba Randy bertanya, khawatir.

“Hm, begitu sudah.” Hanya di sahuti singkat oleh Nila.

Sangat menyesal tidak menghadang gadis itu untuk minta maaf dan sekarang bersarang sebuat luka dalam hatinya, tahu persis siapa Cantika, sangat keras kepala tidak mau mengubah mood sebelum dia sendiri yang menentukannya.

“Sudah, tidak usah sedih, mau kita bantu damai lagi?” Dyka berseru, menggoda.

Hanya terdiam saja. Tidak merespon.

“Tenang, untuk kali ini beda dari surat cinta yang sudah kamu buat ke dia.” Sahut Fandy.

Spontan buat Randy bersemangat dan bertanya rencana apa lagi agar hati Cantika tak bernestapa karena perbuatan sendiri.

Mereka sedang sibuk membicarakan rencana kapan akan menembak gadis itu, “em, nanti saya pikirkan lagi sudah, thanks buat idenya?” Tutur Randy, sangat senang campur lega.

Sedangkan teman cewek sibuk dengan cerita tentang film yang kemarin di tonton di rumah Risa. Coba saja kemarin ada Cantika, kemungkinan tidak bakal terjebak rasa luka untuk kesekian kali.

Mereka juga tahu, kalau dia tidak mau di ganggu dulu.

Saat kembali ke dalam kelas, Cantika sekedar melirik sekilas lalu balik ke rutinitas sebelumnya. Sempat kok Randy memanggilnya tapi tak dihiraukan sama sekali.

“Cie, bilang saja mau lihat Cantika, makanya suruh kita cepat-cepat balik ke kelas.” Sempat tadi Dyka menggodanya.

Karena sudah gelisah buat cepat-cepat naik ke kelas, sedangkan mereka masih sibuk dengan kenyamanan di bangku kantin di banding kursi dalam kelas.

Sekarang, bingung mau mendekati gadis itu dengan obrolan apa selain berdiam diri memerhatikan diam-diam apa yang sedang di lakukannya di bangkunya.

Ada senyum sesal terbit di wajahnya Randy, sudah buat orang yang di sayangi kembali bernestapa seorang diri.

Tidak menaruh sebuah dendam apalagi marah balik ketika mendengar semua amukannya tadi pagi, karena memang kesalahan ada pada dirinya sendiri, sudah menyodorkan bunga tapi sekedar keseruan mereka kemarin.

Kenapa juga ada pertanyaan aneh dari teman-temannya saat bermain kemarin yang mengharuskan ia melantangkan kalimat sayang tapi sekedar canda yang sudah terlanjur di sampaikan blak-blakan oleh temannya?

Hah. Membuang napas sangat gusar.

Sekarang Randy yang menahan perasaan, karena sibuk berdebat dengan pikiran-pikiran dalam mengatur rencana untuk kapan akan menyatakan cinta tanpa pakai kode lagi. Melihat orang yang sudah berhasil masuk dalam ruang bernama hati sedang marah, tidak tahu kapan bakal mengubah mood itu jadi lebih baik.

Apa minta bantuan mereka lagi? Supaya bisa bicara dengan Cantika?

Ah, menggeleng sangat kuat dan menegaskan ke diri sendiri, harus bisa meluluhkan hati gadis itu tanpa bantuan teman-temannya lagi.

Ini kesalahannya, yang tidak seharusnya melibatkan orang lain. Bukan tipekal dalam bergantung pada orang lain, bahkan pendekatan dengan Cantika itu pun karena keisengan mereka sendiri.

🧭🧭🧭

Cantika sangat senang, karena sudah ada penuturan maaf paling tulus dari Randy. Kenapa mendadak merasakan simfoni paling manis menyelusupi dalam hati?

Berusaha untuk melupakan kejadian bunga itu beberapa hari lalu di berikan, walau masih ada rasa sakit tapi dengan maaf penuh tulus, sebisa mungkin tidak mengungkitnya saat bertengkar lagi sama Randy.

Can, udh dlu yah? Ngantuk, good night.

Berdecak pinggang,  masih mau SMS-an tapi Randy sudah lebih mengakhiri, sudah mengantuk dan tidak mau terlambat besok ke sekolah.

Hm, membuang napas lega, sudah tidak mengingat nestapa beberapa hari ini menjadi teman saat tahu ada kalimat menohok perasaan juga harapan menjadikannya sebuah kenyataan manis, kekasih.

Begini saja cukup buat Cantika senyam-senyum senang, tanpa harus mendengar kalimat tak menyenangkan dari mulut Randy. Serius, tidak bohong.

Walau tahu tidak bakal mendengar sebuah penuturan untuk menjadikan diri sebagai kekasihnya, setidaknya berbagi kisah bersimfoni manis sudah cukup buat gadis itu sendiri.

Tidak mau merusak mood itu dengan harapan-harapan yang dibuat tanpa persetujuan dari pihak Randy, belajar mengikhlaskan gagal berpacaran sama cowok itu yang memang batas sebagai sahabat doang.

Mendengar kicauan burung bersiul-siul riang, membuat bola mata Cantika segera terbuka lalu masuk ke dalam kamar mandi, bersiap-siap ke sekolah.

Pagi ini di sekolah, kok ada yang berbeda lagi, sikap cuek kembali di tawari, semakin buat dia berdecak kesal. Labil sekali.

Selama pelajaran berlangsung, diam-diam melirik ke arah Randy, tidak ada perubahan selain bodoh amat, cih..berdecak kesal dalam batin.

Pulang sekolah juga begitu, tapi melihat Randy sedang sibuk mengenakan sepatu diatas meja depan kelas, di sela-sela kegiatannya mengikat sepatu, “Can..cium jauh dong?!” Seru Randy tiba-tiba.

Spontan buat kedua pipi Cantika merona, tersipu bukan main.

Dia yang baru mau turun ke anak tangga pertama, membalikkan badan, “muacch!” Balasnya, sedikit grogi.

Cukup buat teman-temannya bersorak ciee dan heboh, setelah membalas perkataan Randy, gadis itu pun turun dengan debaran tak normal.

Hari ini main ke rumah tante, sekalian ngobrol-ngobrol ringan dengan grandma. Sebelum masuk ke dalam kamar beliau, merehatkan penat dulu di sofa sambil bermain benda pipih tersebut.

Mereka berdua masih saling tukar kabar lewat SMS.

Can, mau jadi pacarku?

Mendadak membeku, lidah keluh, rasa berdebar sangat tak karuan, sebentar .. Membisik sebuah asa dalam dada selama ini bersembunyi lewat perhatian lalu berkata Randy serius mau pacaran? Batinnya bersuara sangat gusar.

Ada rasa paling mengembangkan senyuman yang sempat tercetak sebuah luka, apakah Randy kali ini serius memberikan kidung?

Cukup lama memerhatikan SMS itu. Sambil melihat kalender di HP, tanggal 20 Januari 2013 dan ada senyum-senyum jail terbit di wajah Cantika.

Menggantungkan perasaan anak orang dulu, dengan memberikan waktu untuk berpikir, padahal sudah tidak sadar, ada rasa meletup-letup senang dalam dada.

Ok, Can. Saya tunggu jawabannya.

Eh, cepat sekali balasan dari Randy, apakah benar ingin menjalin romansa yang bakal merusak fokusnya belajar dan tentu Ayahnya bakal memarahinya kalau kedapat nilai jelek.

Beberapa hari berlalu .. Cantika merasakan sudah tepat untuk pilih tanggal cantik mereka jadian. Saat mau menyapa lewat SMS, tiba-tiba jaringan hilang cukup buat dia berdecak sangat kesal.

Setelah beberapa menit jaringan kembali eh sudah dapat SMS sapaan dan minta maaf karena tadi jaringan hilang yang lebih dulu dari Randy, buat dia senyum-senyum salah tingkah.

Can, bagaimana? Kamu udah pikirkan?

Lagi asik-asik bercanda dan memikirkan bagaimana memulai obrolan tentang menerima perasaannya, sudah lebih dulu di tanyakan oleh Randy.

Cukup menengangkan bagi Cantika, padahal yang baru merasakan pacaran itu Randy, kenapa Cantika yang grogi?

Iya, Ran, sudah.

Tidak butuh waktu lama dalam menunggu SMS berikutnya,

Berarti, kamu terima sy jadi pacarmu kan, Can?

Ih, pengen nampol ginjalnya serius. Apa ada yah di balik kalimat-kalimat Cantika bernadakan canda? Yang tanpa sadar buat dia menepuk jidat, kenapa harus menjelaskan sih, apa kurang jelas kode dari dia? Aih, memang yah kalau cowok pemalu yang belum pernah pacaran bakal susah buat di kirim sinyal kode cinta, serius. Gemas campur kesal, tapi sayang sih.

Iya, Ran, sy terima kmu jadi pacarku kok.

Akhirnya Cantika menyuarakan kalimat yang sejak tadi menjadi perdebatan bagi Randy kapan membaca balasan cintanya.

Syukur deh, berarti sy sudah yakin sama kamu.

Setelah menerbangkan sebuah cinta pada asa selama ini bersembunyi gensi pun malu, sekarang sudah bisa memanggil dengan kalimat sayang bukan saya-kamu lagi.

Resmi jadian di tanggal 24 Januari 2013 adalah moment paling sweet setelah melewati fase nestapa, sikap cuek, labil dan tergantikan dengan kebahagiaan berada dalam bingkai cantik, dua puluh empat januari. []