NovelToon NovelToon
Jejak Janda Di Jantung Duda

Jejak Janda Di Jantung Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam / Duda
Popularitas:268
Nilai: 5
Nama Author: Elena A

Elena hanya ingin menguji. Setelah terbuai kata-kata manis dari seorang duda bernama Rd. Arya Arsya yang memiliki nama asli Panji Asmara. Elena melancarkan ujian kesetiaan kecil, yaitu mengirim foto pribadinya yang tak jujur.

Namun, pengakuan tulusnya disambut dengan tindakan memblokir akun whattsaap, juga akun facebook Elena. Meskipun tindakan memblokir itu bagi Elena sia-sia karena ia tetap tahu setiap postingan dan komentar Panji di media sosial.

Bagi Panji Asmara, ketidakjujuran adalah alarm bahaya yang menyakitkan, karena dipicu oleh trauma masa lalunya yang ditinggalkan oleh istri yang menuduhnya berselingkuh dengan ibu mertua. Ia memilih Ratu Widaningsih Asmara, seorang janda anggun yang taktis dan dewasa, juga seorang dosen sebagai pelabuhan baru.

Mengetahui semua itu, luka Elena berubah menjadi bara dendam yang berkobar. Tapi apakah dendam akan terasa lebih manis dari cinta? Dan bisakah seorang janda meninggalkan jejak pembalasan di jantung duda yang traumatis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Terakhir

Darah Panji begitu hangat dan terasa kental di tangan Elena. Napas terakhirnya yang tersengal sebelum matanya terpejam terasa seperti beban timah di dada Elena. Di sekitarnya, sirine polisi menjerit memecah kesunyian malam. Polisi yang mengejar Ratu kini kembali, kebingungan melihat korban di tempat kejadian.

"Panggil ambulans! Cepat!" teriak Elena pada pria berjaket yang tadi diperkenalkan Panji sebagai seorang polisi.

Pria itu bergegas menggunakan radionya, sementara Elena merobek ujung gaun malam emerald green-nya yang kini ternoda darah dan menekannya kuat-kuat pada luka tusuk di perut Panji.

"Bertahanlah, Aa. Kamu nggak boleh menyerah sekarang. Kamu baru saja menemukan kebenaran," bisik Elena, air mata mengalir membasuh riasan mahal di wajahnya.

Tiba-tiba, seorang petugas mendekatinya. "Nona, kamu ada di sini? Anda, Nona Elena, kan? Nona harus ikut kami ke kantor. Nona sedang dicari sehubungan dengan laporan percobaan pembunuhan."

"Aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya seorang korban!" seru Elena, menunjuk ke arah Panji. "Wanita yang lari itu, Ratu Widaningsih Asmara, dialah pelakunya! Dia yang menusuknya! Dia yang membuat laporan palsu tentangku!"

Polisi itu ragu, melihat pakaian mahal Elena yang berlumuran darah. "Kami punya laporan resmi, Nona. Mohon kerjasamanya."

Elena tahu, jika ia ikut, Ratu akan memiliki waktu untuk memanipulasi bukti dan Panji akan mati sia-sia. Ia harus mengambil resiko.

"Baiklah, aku akan ikut," kata Elena, berpura-pura menyerah. Ketika petugas itu mendekat, Elena tiba-tiba melompat, menghindari genggamannya, dan berlari menuju kegelapan di bawah jembatan, menghilang di antara pilar-pilar beton.

Ia menggunakan kemampuannya yang terlatih untuk menghindari kejaran, melompat ke sisi sungai yang berlumpur, dan kemudian naik ke jalan yang jauh dari TKP. Ia harus mencari tempat aman sebelum membuka flash drive itu.

Setelah berhasil menyelinap ke sebuah motel kumuh tanpa identitas di kawasan industri, Elena segera mencuci darah dari gaunnya. Luka tusuk Panji dangkal, tidak fatal, tetapi darah yang tumpah sangat banyak. Flash drive itu masih aman, bersembunyi di balik lapisan gaunnya.

Di kamar motel yang pengap, Elena akhirnya memasukkan flash drive ke laptopnya, mencari jawaban atas satu pertanyaan terbesar,  “Mengapa Ratu sangat ingin menghancurkan Panji”?

Elena lalu mengklik folder dokumen Renata dan Ratu, lalu menemukan sebuah subfolder tersembunyi yang terkunci dengan password yang mencantumkan tanggal ulang tahun Renata.

Di dalamnya, ada file tunggal, "Protokol pengambilalihan  Asmara Cafe dari Keluarga Asmara."

Isi dokumen itu membuat Elena merinding. Ratu Widaningsih Asmara bukan hanya ingin membalas dendam, tapi ia adalah bagian dari rencana hostile takeover yang jauh lebih besar.

Ibunya Ratu  telah mengumpulkan saham Asmara Cafe secara diam-diam selama bertahun-tahun. Renata ditugaskan untuk mendapatkan akses  rahasia cafe agar mereka bisa mendiskreditkan Panji sebagai Owner Cafe, menjatuhkan harga saham, dan mengambil alih cafe dengan harga murah.

Tetapi ada satu paragraf yang membuat Elena terkejut dan merasakan konflik batin yang baru.

“Setelah kami berhasil menjatuhkan Panji dari posisi owner cafe, Renata akan diposisikan sebagai pemegang saham mayoritas, karena kami tahu Panji secara emosional akan selalu memercayai Renata, sebelum insiden pengkhianatan. Keputusan ini akan memastikan kendali penuh keluarga kita. Rencana ini hanya berfungsi jika Panji tidak tahu tentang keberadaan Kunci Jaringan yang ia sembunyikan di Kediaman Lama.

Kunci Jaringan? Kediaman Lama?

Elena menyadari bahwa Panji tidak hanya menyembunyikan trauma, tetapi juga menyembunyikan aset krusial yang bisa melindungi seluruh perusahaan. Panji tidak sepenuhnya jujur, bahkan kepada sekutunya yang baru.

Perasaan Elena campur aduk. Ia marah karena Panji masih menahan informasi, tetapi ia juga mengerti kalau Panji harus melindungi benteng terakhirnya.

Elena memutuskan untuk membalikkan permainan. Ia harus menggunakan Bima.

Ia menghubungi Bima dari ponsel sekali pakai.

"Mas Bima, Aa Panji tertusuk. Aku melarikan diri, tapi aku berhasil mendapatkan flash drive-nya. Aa Panji memintaku untuk memberikannya kepada Ratu di tempat ia tidak terjangkau polisi. Aku butuh bantuanmu, Mas," kata Elena, memalsukan kepanikan dan meneteskan air mata.

Bima, yang terkejut, langsung menanyakan detail flash drive.

 "Ka.u serius, Elena? Di mana Panji sekarang? Jangan bodoh, serahkan saja flash drive itu padaku, aku akan memberikannya kepada polisi!"

"Nggak, Mas! Aku hanya akan memberikannya ke Ratu. Luka Aa Panji berdarah, Mas Bima! Kudengar dia menyebut 'Kunci Jaringan' sebelum pingsan. Dia ingin Ratu tahu dia tidak akan pernah menang!" Elena berbohong, memancing informasi.

"Kunci Jaringan... Sialan! Jangan bawa-bawa itu!" Bima terdengar panik. "Baiklah, kamu dengar aku. Aku akan atur pertemuan dengan Ratu. Dia ingin bertemu di Galeri Bintang Pagi, besok Subuh. Tapi kamu harus datang sendiri. Tanpa polisi, tanpa Panji. Aku akan memastikan keamananmu."

Galeri Bintang Pagi adalah museum seni tempat Panji sering mengadakan acara kecil dan reuni bersama teman-teman. Ini adalah tempat umum, tapi sepi saat Subuh. Itu adalah jebakan yang terlalu jelas.

Elena menyeringai. Kunci Jaringan. Ia kini punya lokasi pertemuan, dan ia tahu Ratu pasti akan mengutus Bima. Ia harus mencari tahu apa itu Kunci Jaringan sebelum esok Subuh.

Elena teringat petunjuk dari dokumen itu, Kediaman Lama.

Elena meretas database Asmara Cafe dengan akses yang ia dapatkan sebagai Konsultan Digital Attack. Ia mencari aset properti Panji yang terdaftar sebagai non-operasional. Ia menemukan sebuah properti tua di kawasan pinggiran Sumedang yang dikenal Panji sebagai "Kediaman Nyonya Pertama."

Elena segera menyadari ternyata Panji menyembunyikan Kunci Jaringan di rumah yang dibagi dengan Renata, tempat trauma dan pengkhianatan Panji berakar.

Tepat pukul 02:00 pagi, Elena menyelinap ke Kediaman Lama. Rumah itu gelap, tertutup, dan diselimuti aura masa lalu yang kelam serta mencekam.

Elena masuk melalui jendela belakang yang ia tahu sering ditinggalkan terbuka. Di dalam, rumah itu terasa seperti museum trauma. Tidak ada perabot baru, semuanya seperti ditinggalkan sesaat setelah perpisahan Panji dan Renata.

Elena mencari tempat yang paling mungkin digunakan Panji untuk menyembunyikan sesuatu,  tempat yang ia anggap paling jujur, dan paling pribadi serta menyembunyikan banyak privasi.

Elena pergi ke kamar tidur utama. Di sana, di balik lukisan Panji dan Renata yang tersenyum, Panji pasti menyembunyikan rahasia terbesarnya.

Elena memindahkan lukisan itu. Tidak ada apa-apa, yang ada hanya dinding kosong. Yang ada hanya lukisan yang menyakitkan. Panji yang memeluk Renata dalam lukisan itu.

Ia mulai putus asa, sementara waktu terus berjalan. Ia harus menemukan Kunci Jaringan itu sebelum Subuh tiba.

Tiba-tiba, Elena teringat kata-kata Panji dari obrolan Linky lama mereka.

“Renata selalu bilang, kunci kejujuran selalu tersembunyi di tempat yang paling kita sakiti.”

Tempat yang paling menyakiti Panji adalah di mana ia mendapatkan bukti pengkhianatan Renata adalah meja kerja Renata.

Elena bergegas ke ruang kerja kecil di lantai bawah. Meja kayu jati itu berantakan. Ia membongkar laci, mencari pegangan tersembunyi, dan mencari safe.

Elena menemukan sesuatu, di bawah alas mouse Renata, ada sebuah tombol kecil. Elena menekannya. Sebuah kompartemen kecil terbuka di laci paling bawah.

Di dalamnya, terbaring sebuah hardware key USB berwarna perak, yang terlihat kuno. Itu pasti Kunci Jaringan yang Panji sebutkan.

Saat Elena meraih kunci itu, ponselnya yang tersembunyi bergetar. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal.

“Senang kamu menemukan Kunci Jaringan itu, Elena. Itu akan membuatmu lebih berharga. Tapi kamu tidak akan bisa membawanya keluar dari sana.”

Elena membeku. Jendela yang ia gunakan untuk masuk, kini tertutup rapat. Ia mendengar bunyi 'klik' yang menakutkan, seperti pintu depan yang terkunci.

Tiba-tiba, lampu di ruangan itu menyala, dan di ambang pintu, berdiri Bima.

"Bagus sekali, Elena. Kamu telah mengambilkan harta karun untuk Ratu," Bima tersenyum, senyum seorang pengkhianat. "Aku tahu kamu nggak akan pernah memercayaiku. Tapi aku perlu kamu menemukan Kunci Jaringan itu, karena aku nggak tahu di mana Panji menyembunyikannya."

Bima mengeluarkan pistol, mengarahkannya ke arah Elena. "Ratu sudah menunggu. Ayo, kita pergi ke Galeri Bintang Pagi. Kamu harus mengaktifkan kunci itu di depan Ratu, dan kemudian kamu akan mati."

Elena menyadari bahwa flash drive miliknya hanyalah umpan, dan Kunci Jaringan adalah kunci sesungguhnya untuk menguasai Asmara Cafe. Ia memegang Kunci Jaringan itu, sementara tangannya yang lain memegang flash drive. Ia melihat ke arah Bima.

"Kenapa? Kenapa kamu mengkhianati Aa Panji?" tanya Elena.

"Karena Ratu Widaningsih Asmara menawarkan lebih dari sekadar kejujuran. Dia menawarkan kekuasaan," jawab Bima enteng.

Tepat saat Bima melangkah mendekat, pintu belakang ruang kerja terbuka dengan suara dentuman keras.

"Dia bukan satu-satunya yang ditawarkan kekuasaan, Bima," ujar sebuah suara dingin.

Di ambang pintu, berdiri sosok Arsya. Meskipun ia terlihat pucat, kemejanya berlumuran darah, dan ia memegang sebuah linggis besi yang ia ambil dari gudang. Matanya memancarkan kemarahan yang membara.

"Panji! Bagaimana kamu bisa selamat?" teriak Bima, terkejut.

"Aku pura-pura pingsan. Aku tahu kamu tak akan membiarkan kebenaran itu berbicara," balas Panji, lalu melangkah masuk.

Bima mengarahkan pistolnya ke arah Panji, tetapi Panji, meskipun terluka, ia bergerak lebih cepat.

"Kamu telah membuat pilihan yang salah, Bima!" teriak Panji, melompat dan menghantamkan linggis itu ke lengan Bima. Pistol itu terlempar ke lantai. Saat Panji dan Bima bergumul dalam pertempuran brutal, Panji tersentak kesakitan akibat luka tikaman Ratu yang terbuka kembali. Darah mengalir deras, dan Panji  jatuh berlutut, mencoba meraih pistol Bima yang tergeletak di lantai. Elena melihat Bima bangkit, menyadari Panji terluka parah, dan ia mengambil keputusan terakhir, ia harus mengambil Kunci Jaringan dan melarikan diri, atau Panji akan mati sia-sia. Elena lari ke arah jendela, membuka engsel yang longgar dengan sekuat tenaga, tetapi saat ia hendak melompat, ia mendengar Bima berteriak, "Tamat riwayatmu, Elena!" dan terdengar sebuah ledakan keras.

Bagaimanakah nasib Elena dan Panji selanjutnya?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!