Transmigrasi Cepat: FIGURAN Perebut Peran

...SELAMAT MEMBACA...

...🍍🐢🍍🐢🍍🐢...

Elly menatap layar televisi dengan saksama, bibirnya bergetar tak terkendali, geraman pelan tertahan keluar dari tenggorokannya.

"Tidak, ini tidak nyata!" gumamnya, suaranya bergema di sel kosong, dipenuhi keputusasaan dan amarah yang tak berujung.

Dalam khayalan yang telah dijalinnya siang dan malam, Cakra tiba-tiba menyadari, di saat-saat tersulitnya, bahwa cintanya padanya tak pernah berubah.

Ia akan membenci Freya, memutuskan pertunangan mereka, lalu bergegas ke penjara untuk menyelamatkannya, mengatakan dengan penuh kasih sayang bahwa ia adalah cinta sejatinya, dan bahwa ia akan melakukan segala daya untuk membawanya kembali.

Ia telah melatih adegan itu berkali-kali dalam benaknya, Cakra memeluknya, membelai rambutnya dengan lembut, menghiburnya dengan lembut, mengatakan bahwa semuanya telah berakhir, dan mereka akan memulai yang baru.

Ia akan bersandar di dada Cakra, terisak-isak saat menceritakan semua yang telah dideritanya di penjara, dan Cakra akan dengan lembut menghapus air matanya, bersumpah untuk memberinya kebahagiaan.

Namun kini, pemandangan di televisi begitu mengejutkan. Cakra dan Freya berdiri di panggung megah, dikelilingi bunga-bunga yang indah, senyum mereka berseri-seri dan bahagia, seolah seluruh dunia bersorak atas cinta mereka.

Ini sungguh berbeda dari yang dibayangkannya. Ia tak bisa menerimanya; mengapa hidupnya berubah seperti ini? Mengapa Cakra tak menjadi penyelamatnya seperti yang ia harapkan?

Elly tiba-tiba bergegas menuju pintu sel seperti orang gila, menggoyang-goyangkan tangannya dengan panik dan berteriak.

"Ini tidak nyata! Cakra, lihat aku! Kau tak bisa melakukan ini padaku!"

Para sipir penjara, mendengar keributan itu, bergegas menghampiri dan berteriak agar ia tenang. Namun ia seolah tak mendengar, terus berteriak panik, air mata mengalir tak terkendali, mengaburkan pandangannya.

Kuku-kukunya patah karena kekuatan yang luar biasa, darah menetes dari ujung jarinya ke tanah, tetapi ia tak menyadarinya. Hanya satu pikiran yang memenuhi benaknya, ini bukan hidupnya; ia tak bisa ditinggalkan seperti ini.

Ia harus merebut kembali semua yang menjadi miliknya, meskipun itu hanyalah perjuangan terakhirnya.

Elly dipeluk erat oleh para sipir penjara, tetapi didorong oleh obsesi yang membara, ia melepaskan kekuatan yang luar biasa, melepaskan diri dari cengkeraman mereka.

Matanya dipenuhi tekad saat ia berbalik dan menerjang dinding sel dengan sekuat tenaga. Sebuah ledakan keras bergema, dan seluruh sel tampak bergetar.

Darah mengucur dari dahinya saat ia perlahan jatuh ke tanah, tubuhnya kejang-kejang. Di saat-saat terakhir sebelum kesadarannya mulai memudar, pikirannya tiba-tiba jernih, dan serpihan-serpihan kebenaran yang terlupakan tentang realitas tersembunyi dunia ini membanjiri pikirannya seperti gelombang pasang.

Ia akhirnya mengerti mengapa, betapa pun ia berkomplot dan berjuang, ia tak pernah bisa mengalahkan Freya.

Karena memang Freya sudah ditakdirkan untuk menjadi pasangan Cakra. Dia hanya jiwa yang mencoba menulis ulang Kitab Takdir.

"Mengapa harus dia? Dia bodoh, dia sombong dan angkuh. Kenapa bukan aku, aku yang benar-benar mencintaimu."

"Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya dia memilihku, bukan Freya."

 Darah menetes dari bibir Elly saat dia bergumam pada dirinya sendiri, suaranya lemah tetapi penuh dengan kebencian.

Dengan sisa tenaganya yang tersisa, ia memanggil sisa-sisa kekuatan suci terakhir dalam dirinya. Kekuatan ini mengalir deras ke seluruh tubuhnya, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, tetapi ia tak peduli.

Elly mengumpulkan kebenciannya menjadi kekuatan dahsyat dan menyerbu ke inti dunia ini, mencoba menarik jiwa Cakra.

Pada saat yang sama, sebuah Kitab Takdir, yang memancarkan cahaya redup, muncul dari lubuk jiwanya—kunci untuk mengendalikan takdir dunia.

Dengan gemetar, ia mengulurkan tangan dan, dengan napas terakhirnya, dengan paksa memutuskan hubungan antara Freya dan sistem dari buku takdir.

"Lain kali...lain kali akulah pemenangnya."

*.*.*

Setelah mengatakan hal tersebut, tangan Elly terkulai lemas, dan cahaya di matanya padam sepenuhnya.

Saat hidupnya meredup, seluruh dunia mulai berguncang hebat, ruang angkasa seakan terkoyak oleh tangan tak terlihat, dan pemandangan pun terdistorsi dan terdistorsi.

Di tempat pernikahan yang megah, Freya merasa waktu membeku, dan sebelum ia sempat bereaksi, ia kehilangan kesadaran.

Sistem berjuang mati-matian di tengah turbulensi energi yang kacau, baris kode yang tak terhitung jumlahnya berkibar dan menghilang seperti kepingan salju, tetapi ia tak lagi dapat mendeteksi keberadaan Freya.

Upaya koneksinya gagal tanpa jejak, seolah-olah Freya telah terseret ke dalam kehampaan tak berujung oleh kekuatan yang tak tertahankan.

Dengan kegagalan upaya koneksi terakhir, sistem secara bertahap mulai memudar, akhirnya kembali ke bentuk aslinya—sebuah artefak magis kecil yang memancarkan cahaya biru lembut.

Freya, yang berada di kehampaan, melihat segalanya, bagaiamana Kitab Takdir dicuri.

Pencuri itu adalah jiwa Elly yang dipenuhi obsesi, mencoba menulis ulang aturan Kitab Takdir. Ia mencoba menyalurkan jiwa Cakra ke dalam Kitab Takdir, berharap Cakra akan jatuh cinta padanya dan menjadi miliknya di kehidupan selanjutnya.

Setelah mengetahui hal ini, Freya diliputi rasa khawatir yang mendalam. Ia menyadari betapa besar kasih sayang Cakra kepadanya, dan mengerti bahwa jika ia tidak menghentikannya tepat waktu.

Bukan hanya jiwa Cakra yang akan hancur selamanya, tetapi Cakra juga akan terperangkap di dunia palsu Kitab Takdir, terkutuk selamanya. Oleh karena itu, ia dengan tegas melangkah ke dalam Kitab Takdir.

Ini bukan lagi tentang dunia sistem modern. Permainan jiwa ini telah melibatkan para Dewa Tertinggi.

Karena para Dewa dilarang mencampuri urusan manusia, ingatan Freya tersegel saat memasuki Kitab Takdir.

Ia menyempurnakan senjata ajaib kelahirannya menjadi sebuah sistem untuk membimbingnya ke dalam Kitab Takdir.

Kini setelah Freya dapat mengingat segalanya, Freya memiliki tugas untuk menyelamatkan protagonis wanita asli yang terpaksa berubah menjadi umpan meriam.

Dan yang tidak diketahui oleh siapapun, meskipun jiwa Cakra terjebak dalam Kitab Takdir palsu. Ternyata Cakra telah memblokir perasaanya untuk Freya.

Di dunia manapun Cakra berada, dia akan tetap jatuh cinta pada Freya, meskipun dia tidak memiliki ingatan apapun.

*.*.*.*

Jiwa Freya kini sedang berhadapan dengan Dewa Tertinggi.

Dia sama sekali tidak merasa takut, justru saat ini dia sedang merasa kesal.

Melihat seseorang yang sedang mempermainkan Kitab Takdir, tapi Dewa Tertinggi hanya diam saja.

"Ada apa Nak?" Dewa Tertinggi bertanya dengan nada lembut, dia bisa melihat kekesalan di mata Freya.

"Aku ingin demo Dewa!" jawab Freya asal.

"Tentang apa?"

"Saat aku melakukan misi, aku tidak mau menjadi sosok yang lemah dan bodoh. Aku ingin memiliki kemampuan." Freya merasa kesal, karena di dunia sebelumnya, dirinya tidak bisa melakukan apapun.

Mata Dewa Tertinggi berkedip saat mendengar permintaan Freya.

Setelah diam sejenak, Dewa Tertinggi akhirnya setuju sambil tersenyum penuh arti.

"Baiklah, setelah kau mampu melewati misi penyelamatan jiwa Cakra. Aku akan memberimu keistimewaan pada misi selanjutnya."

Freya merasakan firasat buruk, "apa maksudnya Dewa?"

"Kali ini, untuk menemukan jiwa Cakra, kau akan pergi di dunia asing, tanpa kekuatan dan ingatan apapun."

"Kau harus benar-benar berusaha sendiri, jika berhasil, aku akan mengembalikan sistem dan seluruh ingatanmu."

"Apakah aku akan tetap menjadi orang lemah?" tanya Freya dengan ragu-ragu.

Dewa tertinggi hanya diam, dan Freya mengartikan diamnya sangat Dewa sebagai jawaban.

"Lalu tanpa ingatan lama, bagaimana aku bisa bertemu jiwa Cakra?" Freya mengerutkan keningnya.

"Ini ujian untukmu, semua tergantung kemampuanmu."

Freya memicingkan matanya, lalu dia menarik sudut mulutnya.

"Baiklah, aku pegang ucapanmu Dewa, jika aku mampu melewati misi ini. Kau harus menyetujui semua permintaanku."

Freya tidak tahu jika kali ini dia akan dikirim ke sebuah tempat yang jauh.

🐦🥨🐦🥨🐦🥨

🍒 next story bertema China ya geess, soal pemilihan nama jangan ada yang protes, othor kagak susah cari nama China