Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Hari ini seluruh kerajaan Kadipaten Sungai Seta tengah bersuka Ria.
Suara Gamelan bertabuh nyaring menyambut pernikahan Pangeran mereka setelah hampir ratusan tahun menduda---karena sang istri Minanti telah tiada.
Sang Pangeran tengah duduk di singgasananya, mengenakan jubah berwarna merah keemasan dengan Mahkota kebesarannya berbetuk ular, para Patih dan Senopati menyambutnya dengan bersuka ria.
Tapi di dalam kamar yang sudah di hiasi bunga dengan aroma melati yang harum.
Para dayang itu mulai memandikan tubuh Ratih dengan air bunga yang harum, aroma melati, kenanga dan pandan memenuhi ruangan.
Lalu memakaikan lulur di tubuh Ratih---dengan lulur mutiara, kunyit, gula dan beberapa bunga yang dihaluskan. Dupa menyala di setiap sudut ruangan menebarkan aroma selayaknya keraton kuno.
Setelah di mandikan Ratih duduk di depan kursi jati dengan ukiran bunga---tepat di depannya ada cermin.
Rambutnya tengah di sanggul indah dengan mahkota dan emas, lehernya di pakaikan kalung emas seperti rantai emas---mengenakan kemben warna merah dan batik warna coklat emas.
Ratih amat tak bersemangat menyambut pernikahan ini, karena dirinya tahu jika dia menikahi siluman ular----hanya untuk keamanan desanya.
"Gusti putri nampak cantik hari ini," puji salah seorang dayang.
Salah satu dayang mendekat lalu mengelilinginya dengan dupa aroma melati agar tercium aroma harum, dan segera membawa Ratih ke aula istana untuk melangsungkan pernikahan.
Di aula istana banyak para senopati dan patih yang bertelanjang dada dan bawahnya mengenakan celana batik jaman dulu.
Bahkan para pendamping Senopati dan Patih atau wanita mengenakan kemben warna-warni dengan selendang di samping lengannya, sedangkan pangeran Naga Seta duduk di singgasana dengan jubah, dan bertelanjang dada dengan tubuh atletisnya, tak lupa tangannya memegang minuman.
Arus sungai mengalir perlahan membawa angin dengan kilatan cahaya, di tabuh dengan suara gamelan dan musik tradisional.
Para mahkluk sungai bergembira, dari jenis siluman ikan dan rakyat pada menyambutnya. Ratih ke depan singgasana dengan senyum di paksakan.
"Inilah calon permaisuriku," ucap Naga Seta dengan bangga.
"Kanjeng putri majulah ke depan," bisik salah satu dayang.
Ratih hanya menurut patuh, lalu dirinya ke hadapan Naga Seta.
Pria bertubuh atletis itu berdiri lalu menggamit tangan Ratih, sang Pangeran mengatakan satu hal.
"Wahai Rakyatku sekalian, hari ini setelah ratusan tahun aku---selaku pangeran penguasa sungai ini menikah lagi dengan gadis dari bangsa manusia."
Naga Seta berpidato sambil mengandeng tangan Ratih di hadapan para tamu undangan, Ratih sedikit merinding dan wajahnya pucat karena dirinya sadar sepenuhnya jika di depannya mereka semua bukanlah manusia melainkan para siluman.
"Aku akan memperistri Ratih sebagai istriku dan menghasilkan pewaris dari bangsa manusia untuk pertama kalinya, dan setelah Ratih menjadi istriku...aku harap kalian menghormatinya sama seperti kalian menghormatiku."
Di akhir kalimat sang pangeran mencium punggung tangan Ratih di hadapan para senopati, Patih, dayang dan para tamu undangan.
“Hidup Yang Mulia Gusti Naga Seta... Hidup Yang mulia Permaisuri Ratih!”
"Hidup!
"Hidup!
"Hidup!
“Hidup Yang Mulia Gusti Naga Seta... Hidup Yang mulia Permaisuri Ratih!”
"Hidup!
"Hidup!
"Hidup!
Ratih duduk di samping Pangeran Naga Seta, musik mengalun sesuai arus air yang mengalir, Pangeran Naga Seta juga menepati hanya satu janjinya.
Yakni berhenti menganggu desa dengan air sungai, dan membiarkan warga desa hidup dengan tenang----sedangkan untuk warga desa yang di tawan sudah tak bisa di kembalikan.
Mereka berpesta sedangkan Ratih duduk di singgasana samping pangeran, keduanya menikmati malam ini dengan pesta bersama.
Suara gamelan itu sampai ke permukaan air, desa dusun Cempaka yang saat ini baru selesai porak poranda karena terkena banjir bah yang datang dari sungai.
Para warga desa yang sedang tidur di luar karena rumahnya sedang di bangun lagi----mendengar suara gamelan seperti ada yang pesta.
Orang-orang yang tengah meronda juga mendengar suara itu, "suara apa itu Pak?" tanya salah satu orang yang meronda dengan mengenakan sarung.
Mereka meronda dengan api unggun dan para warga desa tengah tidur beralaskan tikar dari pohon kelapa, sungguh kejadian yaang memilukan.
Pak Kepala Desa dan Arya malah tidur di hotel di kota sambil memantau---sungguh pemimpin yang tak punya empati.
Di saat Rakyat desa itu sedang sulit, bagaimana bisa seorang pemimpin meninggalkan desanya tanpa mau ikut menderita bersama Rakyat.
"Tahu mungkin ada yang lagi hajatan kali," ujar yayan cuek sambil menyalakan api unggun.
"Mana ada abis bencana gini hajatan!" ucap rekan rondanya.
"Bener juga," sahutnya.
"Terus ini suara darimana?" ujarnya.
Mereka tak mau banyak bicara, mereka malah berjalan sambil menyisir tempat dimana para warga kehilangan rumah dan yang lainnya.
Sampai di rumah Mak Sarti, yakni ibunya Ratih. Rumah gubuk itu masih berdiri kokoh tanpa di terjang banjir sedikit pun.
"Kok saya heran ya kenapa rumah Mak Sarti gak di terjang banjir padahal jelas di dekat sungai?" ujar salah satu yang meronda.
"Apa jangan-jangan Mak Sarti mengorbankan Ratih untuk pesugihan," sahut Yayan.
"Hush! cangkemmu. Jangan ngomong ngasal, kalo numbalin Ratih kenapa keadaan Mak Sari sakit begini," ucap salah satunya sambil berjalan mencari suara gamelan.
Kentongan dari bambu di bunyikan, saat sampai suaranya----Gamelan itu dari arah hutan ke Sungai.
"Ini emang nggak masuk akal sih, setelah Ratih hilang. Beberapa hari langsung di terjang air dari sungai yang meluap."
"Iya Padahal hujan juga gak angin," sahut Yayan nampak aneh.
Mereka membunyikan kentongan lalu mereka berteriak dan semakin keras menyembunyikan kentongan.
"Ma--mayat!" teriak Yayan.
Melihat mayat yang sudah tak berbentuk, itu mayat Lastri dan putrinya yang di peluk saat banjir melanda. Di malam ini mereka menemukan satu mayat yang hilang----belum menemukan mayat korban banjir lainnya.
*
*
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.