NovelToon NovelToon
Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Istri Buruk Rupa Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Cintapertama
Popularitas:748
Nilai: 5
Nama Author: secretwriter25

Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.

Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.

Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Amarah

|Kediaman Keluarga Callenora|

PRANGG!

Suara pecahan gelas membuat seluruh tubuh para pelayan menegang. Selina menatap seorang gadis yang duduk berlutut di bawah kakinya dengan tatapan tajam.

“Kenapa susu yang kau buat sangat manis?” bentaknya. “Kau seharusnya sudah tau seberapa takaran susu yang biasa aku minum!”

“M-maaf Nona… susu itu memakai takaran biasa yang Nona minum, tidak ada yang berubah,” jelas pelayan wanita itu takut-takut.

“Jadi kau menganggapku bodoh karena tidak bisa membedakan rasa susu yang selalu aku minum setiap hari?” Amarah Selina semakin memuncak.

Gadis itu beranjak dari duduknya lalu menendang tubuh pelayan itu hingga ia tersungkur di lantai.

“Aku bunuh kau! Dasar perempuan gila! Seharusnya kau bekerja dengan baik di rumah ini! Ayahku membayarmu dengan uang yang tidak sedikit!” Selina menginjak-injak tubuh pelayan itu dengan heels yang ia pakai.

“Nona… Nona… cukup!” Lathi yang baru saja tiba berlari cepat menghampiri Selina. Ia menarik mundur tubuh Selina agar berhenti menginjak gadis malang itu.

“Bawa dia dan obati!” perintah Lathi kepada pelayan lainnya.

“Aku sangat kesal!” Selina berteriak lalu melemparkan salah satu gelas hibgga mengenai dahi pelayan lainnya.

“Pergi kalian semua! Tinggalkan saya dan Nona Selina!” perintah Lathi yang langsung membuat para pelayan pergi dari ruangan itu.

“Kenapa kau mengusir mereka Lathi? Kau mau aku pukuli?” bentak Selina. Ia menarik rambut Lathi hingga kepalanya mendongak.

“Nona tenanglah… tahan emosimu. Jika aku tidak datang tadi—kau pasti sudah membunuh pelayan itu,” ucap Lathi. “Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalah, Nona.”

Selina mendengus kasar lalu melepaskan tangannya dari rambut Lathi. “Sial! Kenapa hari ini menyebalkan sekali!” Teriak Selina.

“Aku tau kau kesal karena Nona Sera yang pergi bersama Tuan Orion, tapi kau tidak boleh seperti ini, Nona. Kau harus bermain cantik jika ingin mendapatkan Tuan Orion,” ucap Lathi.

“Bermain cantik?” Selina mengernyitkan dahinya lalu tersenyum miring. “Aku punya rencana, Lathi…” ucapnya.

“Tapi tetap saja. Aku kesal karena sampai jam segini, Sera tidak juga pulang! Sebenarnya dia pergi ke mana?” Selina kembali berdecak kesal.

“Apa kau melihat story instagram Tuan Orion, Nona?” tanya Lathi.

Selina menggelengkan kepalanya. “Aku tidak melihat apapun! Apa yang dia upload di sana?” tanyanya.

Selina bergegas meraih ponselnya lalu memeriksa status instagram Orion. Gadis itu mengepalkan tangannya saat melihat Orion memposting foto Seraphina dari belakang, dengan background menara eiffel. Tampaknya pria itu memotret sang kekasih diam-diam.

“BRENGSEK!” Selina melempar ponselnya. “BERANINYA MEREKA BERSENANG-SENANG SETELAH MENYAKITIKU?” Racau Selina sembari melemparkan semua benda yang bisa diraihnya.

Suara pecahan kaca terdengar, memecah suasana kesunyian rumah besar itu. Vas bunga yang baru saja dibelinya seminggu yang lalu terhempas ke lantai, menyebar menjadi serpihan kecil di bawah kakinya. Wajahnya memerah, penuh amarah.

“Paris?” teriaknya lagi. “Kau yakin Orion membawa Seraphina ke Paris?” Selina menatap tajam pelayan yang ada di dekatnya.

Pelayan yang berdiri di ambang pintu hanya menunduk, tubuhnya gemetar. “I-iya, Nona. Tadi pagi Tuan Orion menjemput Nona Sera…” jawabnya dengan suara terbata.

Selina mencengkram rambutnya sendiri, napasnya memburu. “Tidak! Tidak mungkin! Seharusnya aku yang ada di Paris bersama Orion! Kenapa dia merebut tempatku!”

“Dia pikir bisa merebut semuanya dariku?” gumam Selina disertai isakan dan tawa histerisnya. “Dasar jalang buruk rupa!”

“Selina apa yang terjadi di sini?” Damian masuk ke dalam kamar Selina dengan wajah kaget.

Selina menatap kedatangan ayahnya lalu tertawa kecil. “Ayah mengizinkan Sera pergi ke Paris bersama Orion?” tanya Selina.

“Ayah tidak bisa menolak apapun permintaan Orion. Ayah minta pengertianmu, Selina…” Damian memeluk erat tubuh Selina. “Ayah janji akan memperbaiki semua kekacauan ini,” ucapnya.

***

Mentari pagi menembus tirai kaca besar restoran hotel, memantulkan cahaya keemasan di permukaan meja yang dihiasi mawar putih dan roti croissant hangat. Dari balkon yang menghadap langsung ke Menara Eiffel, aroma kopi dan mentega bercampur dengan udara sejuk khas Paris.

Seraphina duduk di hadapan Orion, mengenakan gaun sederhana berwarna krem muda. Rambutnya dibiarkan terurai lembut, tertiup angin pagi yang menelusup masuk lewat jendela terbuka. Ia tampak canggung menatap pemandangan megah di sekelilingnya.

“Indah sekali, ya…” bisiknya pelan.

Orion, yang sedang menuang teh ke cangkirnya, tersenyum samar. “Paris memang indah. Tapi pagi ini jadi lebih indah karena kamu ada di sini.”

Seraphina menunduk cepat, pipinya memanas. “Jangan menggoda,” gumamnya pelan, pura-pura sibuk mengoles selai di croissant-nya.

Orion hanya tertawa kecil, menatap gadis di depannya dengan lembut. “Aku tidak menggoda. Aku hanya jujur.” Ia mencondongkan tubuh sedikit, suaranya menurun menjadi lebih dalam. “Kamu tau, aku belum pernah sarapan dengan seseorang sambil melihat Eiffel seindah ini.”

Seraphina mendongak, menatap matanya yang berkilau diterpa sinar matahari. “Kamu sering ke Paris?”

“Sering,” jawab Orion santai. “Tapi baru kali ini aku merasa seperti benar-benar menikmatinya.”

Hening sejenak, hanya terdengar denting sendok dan tawa lembut dari meja-meja lain. Burung-burung kecil hinggap di pagar balkon, seolah ikut menyambut pagi mereka.

“Aku ingin hari-hariku berjalan seperti ini saja,” ucap Seraphina tanpa sadar. “Tenang… tanpa topeng, tanpa ejekan siapa pun.”

Orion meletakkan sendoknya, lalu menatapnya serius. “Kalau aku bisa, aku ingin hari-harimu selalu seperti ini.”

Tatapan mereka bertemu—Seraphina tak menyangka Tuhan akan mengirimkan sosok Orion ke dalam hidupnya yang sangat kacau. Kehadiran Orion seolah merapikan hidupnya kembali.

“Terima kasih, Orion,” ucap Sera lirih.

“Untuk apa?”

“Untuk semua hal yang kamu berikan untukku.”

Orion tidak menjawab, hanya tersenyum lalu meraih cangkirnya. “Aku belum memberikan apapun untukmu, Sera. Kamu pantas mendapatkan lebih dari ini.”

Seraphina hanya tersenyum kecil, sementara dari kejauhan Menara Eiffel berdiri megah di bawah langit biru cerah—menyaksikan dua hati yang perlahan mulai saling membuka diri.

Setelah sarapan, mereka bersiap untuk kembali. Orion menggandeng tangan Sera menuju mobil hitam yang menunggu di depan hotel. Dari sana, mereka langsung menuju bandara kecil milik keluarga Orion—tempat pesawat pribadinya sudah siap lepas landas.

Pesawat mulai bergerak, Seraphina duduk di dekat jendela, menatap pemandangan kota Paris yang perlahan mengecil di bawah sana.

“Terima kasih… untuk semuanya,” ucapnya lembut.

Orion menoleh, menatap Seraphina lalu memeluk erat tubuh gadis itu, menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang mulai menjadi candu baginya. “Kamu terlalu banyak berterima kasih padaku, Sera. Mulai sekarang aku melarangmu mengucapkannya.” Orion menjawil hidung Sera.

Senyum tipis muncul di bibir Sera. “Baiklah… Aku akan menuruti perintahmu, Tuan,” jawabnya diiringi tawa kecil.

Pesawat melesat menembus awan putih. Cahaya mentari memantul di jendela, menyoroti dua sosok yang duduk berdampingan—masih diam, tapi hatinya saling bicara dalam bahasa yang tak butuh suara.

🍁🍁🍁

Bersambung...

1
Puji Lestari Putri
Makin ngerti hidup. 🤔
KnuckleBreaker
Beneran, deh, cerita ini bikin aku susah move on. Ayo bertahan dan segera keluarkan lanjutannya, thor!
Victorfann1dehange
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!