NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:694
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 16

Ethan Devonshire. seorang ketua dewan siswa disekolah—memancarkan aura hangat dan bertanggung jawab yang bisa dipercaya oleh guru dan kepala sekolah.

Meski memiliki aura kehangatan—jika ada seseorang yang melanggar aturan yang sudah ditetapkannya—konsekuensi berlaku dengan sangat keras.

Tidak memandang status, baik anggotanya maupun murid biasa.

Langkah Ethan terhenti saat Arsa berdiri dihadapannya—menunggu dipintu ruang dewan siswa.

Arsa tersenyum, senyuman tipis tak sampai ke matanya—seolah menyimpan sesuatu. "Ah, Ethan. Bisa aku meminta waktumu sedikit?"

Ethan mengangguk. "Tentu, jarang sekali kau mengajak bicara dengan nada begitu formal."

Ia terkekeh—mereka berdua sahabatan, sikap Arsa yang basa-basi begitu menarik perhatiannya.

Pintu tertutup menyisakan kedua pria itu. Penuh antisipasi dan sedikit ketegangan.

"Jadi Arsa, apa yang kamu ingin sampaikan?" Ethan memulai, ia duduk dikursi kebanggaannya.

"Aku hanya melaporkan sesuatu." Suara Arsa tenang dan mengamati. "Tentu salah satu anggotamu." sambungnya pelan.

Alis Ethan terangkat penasaran dengan mata menyipit. "Melaporkan? Melaporkan apa?"

Arsa tidak bicara—memberi jeda untuk membuat Ethan semakin penasaran. Ia tak mengatakan apapun—mengeluarkan ponselnya, menunjukkan layar cctv diruang guru.

Mata Ethan membelalak terkejut dengan kebingungan mencari apa maksud nya ini. "Sofia? dia salah satu anggotaku. Dari dewan akademik dan kurikulum kesiswaan."

mata Ethan menatap Arsa mencari jawaban. Namun Arsa tak mengatakan apa-apa, hanya menyuruhnya menonton cuplikan cctv itu.

"Lihat saja." Ethan kembali tertunduk—melihat perbuatan Sofia, menukar kertas ujian.

"Mengapa dia melakukan ini?" bisiknya tak percaya di iringi dengan helaan nafas kecewa.

"Dia menukar kertas ujian Selena Wiranata dengan kertas ujian yang sudah di isi asal." Arsa menjelaskan, membuat perbuatan buruk Sofia semakin jelas.

Ethan mengangguk mengerti. Namun ia masih tidak menyangka mengapa Sofia—anggotanya yang paling berjiwa sosial bisa melakukan hal seperti ini.

"Aku akan menegurnya nanti." Ethan bersandar di kursinya—beribu pertanyaan mengapa Sofia melakukan kelicikan seperti ini.

Ia kembali menatap Arsa lagi. "Apakah Selena mendapatkan masalah setelah lembaran kertas ujiannya tertukar?"

Tanpa bertanya pun Ethan tahu dari raut wajah Arsa. Muram dan tidak setuju, "Ya, berkat anggotamu.. Selena menghadapi masalah, nilainya menurun dan guru memarahinya."

"Ya ampun.." ia mendesah frustasi. Menatap Arsa dengan memohon meminta maaf. "Maafkan anggotaku, aku akan pastikan dia mendapatkan teguran dan hukuman yang pantas."

Arsa mengangguk ringan, bukan berarti ia menyudahi masalah ini—ia ingin mendapatkan kepastian. Bahwa—hukuman ini benar-benar setimpal.

"Aku ingin kau mengeluarkan Sofia dari dewan siswa." pintanya—seperti perintah mutlak membuat Ethan membeku sejenak.

"A-apa? Aku tidak bisa menghentikan Sofia begitu saja." Ethan mencoba menyangkal, seperti mengecilkan masalah Sofia tampak kecil dan tidak memiliki konsekuensi.

"Kau membela yang salah." Suara Arsa rendah, menyelidik Ethan. "Ini sudah berlebihan, aksi Sofia tidak terpuji. Ia melakukan pemalsuan dan kelicikan."

Ethan menahan nafas—ia tahu ucapan Arsa memang benar. Namun ia sedikit ragu memecat Sofia dari dewan siswa—terasa berat.

"Kau melupakan misi dan visi mu, Ketua dewan siswa?" cibiran Arsa tampak mengenai inti hatinya.

Ethan memegang teguh prinsip kejujuran dan disiplin—tidak terima apapun alasannya. Tanpa sadar Ethan mengangguk, ia membenarkan perkataan Arsa.

"Kau benar, aku harus adil membela kebenaran.." putusnya dengan berat hati—namun prioritas nya yang utama adalah berpegang teguh keadilan dan kedisiplinan.

...*******************...

Sepanjang lorong sekolah Sofia tersenyum melihat notifikasi di ponselnya—dari Karina—uang yang dikirim dalam jumlah besar.

ia bisa menggunakan uang ini untuk pengobatan adiknya—saat ingin mentransfer uang pada pihak medis namun nama Ethan muncul dilayar—menelpon dirinya.

Jantung Sofia berdetak tidak nyaman. Seperti ada hal terjadi buruk, namun ia segera mengangkatnya.

belum ia mengeluarkan suara—Ethan memotongnya dengan cepat dan tajam. "Keruangan sekarang."

Mati, ponselnya gelap. Sofia tertegun—ia bingung mengapa ketua dewan siswa tiba-tiba menelponnya dan menyuruhnya datang dengan segera.

Sofia segera berlari keruangan dewan siswa. Ia tak mau membuat Ethan menunggu—pria yang dikaguminya.

Sesampai disana—ruangan terasa hening meski didalam terasa dingin karena pendingin ruangan. Ia membeku, melihat para anggota menatapnya—menuduhkan sesuatu yang Sofia tidak tahu.

ia melirik Arsa yang masih didalam. Berdiri hanya memandangi Sofia tanpa ekspresi apapun.

Ethan berdeham, menunjukkan kursi ditengah meja para anggota.

Sofia duduk tanpa sadar bahwa ia akan mengalami masalah sebenar lagi.

"Sofia Blunt.. Aku mengharapkan kejujuranmu." Ethan mulai bicara—ruangan menjadi gelap karena lampu dimatikan.

Menyisahkan cahaya lembut dari proyektor. Wajah Sofia menyipit ke arah layar proyektor—dengan perlahan-lahan mata membesar.

Tubuhnya menegang—pipinya merah karena malu ketahuan. matanya berkedip beberapa kali untuk mencerna ini, namun.. Semuanya tampak jelas.

Cuplikan itu menampilkan dirinya sedang menukar kertas ujian. Lalu mati—semua mata menatap sofia—menunggu alasan tepat dan tatapan menuduh.

Sofia berdiri dengan cepat—menghampiri Ethan untuk mempercayai nyam "Ethan... Itu, tidak seperti—"

"Jangan mengelak, bukti sudah ada. Kau bisa melihatnya sendiri." potong Ethan dengan cepat tak membiarkan Sofia membenarkan dirinya.

"Apa alasanmu?" kali ini pertanyaan itu dari Arsa. Langkahnya mendekat—mencoba melihat alasan Sofia dibalik ini semua.

sejenak Sofia menegang—pikirannya kosong tak bisa memikirkan apapun alasan yang tepat. Bukti sudah terlihat jelas, namun ia juga berjanji kepada Karina tak memberitahu bahwa ia hanya disuruh.

Jika ia memberitahu sebenarnya—bahwa dia hanya disuruh, maka uang itu akan dikembalikan kepada Karina dengan penambahan bunga dua kali lipat dari uang itu.

Sofia menggeleng pelan, ia tak bisa mempertaruhkan mengeluarkan banyak uang hanya karena kebenaran.

ia menepuk dadanya—mengakui kesalahannya. "Ya, aku melakukannya! Aku.. Aku benci Selena! Aku tidak suka dia.. Jadi, aku menukar kertas ujiannya dengan kertas ujian yang ku isi dengan asal."

Suara Sofia tampak gemetar—kaku dan rapuh. Arsa tidak yakin, Sofia seperti didesak oleh seseorang—sejauh ini mengamati Selena, Arsa tak pernah melihat Sofia memiliki interaksi dengan Selena.

Atau mungkin dendam tersembunyi? Tapi yang jelas Arsa tampak ragu.

"Sebagai tindakanmu yang tidak terhormat dan melakukan kecurangan. Aku Ethan selaku kepala dewan siswa—mencabut Sofia Blunt dari anggota." diberhentikan—secara permanen dan paksa.

waktu seakan berhenti—sofia tertegun, ia menggeleng kuat menolak ini. Ia tak bisa keluar dari organisasi ini—tak bisa dekat-dekat dengan sang ketua dewan.

"Ti-tidak! Jangan! tolong beri aku kesempatan! Aku akan meminta maaf pada Selena dan guru. Aku berjanji, tapi jangan mengeluarkan ku dari organisasi ini."

Sofia memohon, mengenggam tangan Ethan dengan erat—putus asa. Namun Ethan tak bergeming, mengisyaratkan anggotanya untuk melepaskan almamater—lambang, kehormatan sebagai dewan siswa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!