NovelToon NovelToon
SETIA (Senja & Tiara)

SETIA (Senja & Tiara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ita Yulfiana

"Cinta itu buta, itulah mengapa aku bisa jatuh cinta padamu." -Langit Senja Pratama-

"Tidak, kamu salah. Cinta itu tidak buta, kamu saja yang menutup mata." -Mutiara Anindhita.

.

Ketika cinta jatuh di waktu yang tidak tepat, lantas apa yang mesti kita perbuat?

Terkadang, sesuatu yang belum sempat kita genggam, justru menjadi yang paling sulit untuk dilepaskan.

Follow IG @itayulfiana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SETIA — BAB 13

...Melihat orang yang dicintai bersedih, lebih menyakitkan daripada terluka sendiri....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV Tiara

"Tidak jauh dari sini ada hotel, kita ke sana dulu sebelum aku mengantarmu pulang," kata Senja, yang membuatku langsung marah.

"Senja, jangan macam-macam! Kamu pikir aku perempuan apaan!" teriakku, merasa tersinggung.

Anehnya, dia justru tertawa. "Sepertinya kamu salah paham. Aku bukan laki-laki seperti itu," katanya, membuatku mengerutkan kening, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Kita ke hotel dulu bukan untuk mengajakmu check-in, tapi aku hanya ingin mengambil berkas yang dipegang oleh Boy. Saat ini Boy ada di sana sedang melakukan pertemuan dengan salah satu klien."

Aku merasa malu dan langsung membuang muka ke arah luar. "Maaf," ucapku lirih.

Senja kembali tertawa. "Tidak masalah. Santai saja," katanya. "Aku bisa mengerti kalau kamu salah paham. Perempuan mana pun juga akan tetap salah paham jika berada di posisimu."

Ucapannya itu sama sekali tak kutanggapi.

Setelah mobil melaju selama kurang lebih 5 menit, sampailah kami di depan lobi sebuah hotel berbintang. "Kamu mau ikut masuk atau menunggu di mobil saja?" tanya Senja.

"Aku menunggu di sini saja," jawabku.

Senja mengangguk dan keluar dari mobilnya, melangkah lebar menuju pintu utama hotel. Aku menunggu di dalam mobil, memperhatikan sekitar. Tiba-tiba, aku melihat dua orang yang sangat tidak asing keluar dari hotel tersebut. Mas Arkan dan rekan kerjanya, Anika.

Keningku berkerut saat melihat Anika yang tampak marah, membuka sepatu hak tingginya, lalu melempar kaca depan mobil Mas Arkan sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Mas Arkan memungut sepatu itu dan menarik Anika masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit memaksa. Interaksi mereka terlihat tidak biasa, membuatku merasa curiga.

Untuk memastikan, aku langsung mengambil ponsel dan menghubungi Mas Arkan. Tak berselang lama, panggilanku dijawab. "Iya, Sayang," katanya dengan nada lembut.

Aku merasa jijik dengan panggilan itu, apalagi saat curiga bahwa suamiku ada affair dengan perempuan lain. "Lagi di mana, Mas?" tanyaku, mencoba terdengar santai.

"Ini, Mas lagi di parkiran Hotel Clarion, habis ikut seminar dan ini sekarang mau balik ke kantor," jawabnya dengan nada santai. Dari tempat dudukku, aku bisa melihat mobil Mas Arkan keluar meninggalkan area hotel.

Jawabannya jujur, jadi aku melanjutkan percakapan untuk mengetesnya lagi. "Sama siapa?" tanyaku.

"Sama Anika. Kebetulan, kami berdua sama-sama ditugaskan mengikuti seminar tersebut," jawabnya tanpa ragu. Aku terdiam sejenak, mempertimbangkan jawabannya. Kedua pertanyaanku dijawab jujur olehnya.

"Memangnya ada apa? Tumben sekali kamu menelepon," tanya Mas Arkan, memecahkan keheningan.

Aku mencoba berpikir cepat. "Oh, itu... aku mau titip sesuatu, Mas," ujarku beralasan, sambil berpikir alasan yang masuk akal.

"Titip apa, Sayang?" tanya Mas Arkan, suara lembutnya membuatku merasa sedikit tidak nyaman, sebab aku tidak terbiasa.

"Itu... aku titip kertas hvs 1 rim, Mas. Aku mau print sesuatu, tapi kertasku sepertinya tidak cukup," jawabku, mencoba terdengar santai.

"Oh, kertas ya?" tanya Mas Arkan.

"Iya," jawabku singkat.

"Nanti Mas belikan pas jam pulang kantor," katanya.

Setelah sambungan telepon terputus, aku termenung memikirkan Mas Arkan. Barusan, dia memang jujur padaku, tapi aku merasa sangat yakin ada sesuatu yang tidak beres antara dia dan Anika. Intuisiku berkata demikian, apalagi saat melihat bagaimana dia memperlakukan wanita itu. Sebelumnya, aku tidak pernah melihat suamiku sesabar itu menghadapi seseorang, apalagi sampai memungut sepatu yang dilempar orang lain secara sengaja.

"Tiara, kok melamun?" Senja menanyakan, sambil menoleh ke arahku. Aku tidak sadar sejak kapan dia kembali masuk ke dalam mobil.

"Hah?" Aku tersadar dari lamunan saat colekan Senja menyentuh lenganku. "Apa yang sedang kamu pikirkan? Kenapa melamun," tanyanya seraya memasang sabuk pengaman.

Aku menggeleng, lalu menjawab singkat, "Bukan apa-apa."

"Oh." Senja kemudian melajukan mobilnya meninggalkan area hotel. "Alamatmu di mana?" tanyanya, sambil mata tetap fokus pada jalan di depan.

Aku memberikan alamat rumahku, dan Senja mengetikkan alamat tersebut ke dalam GPS. Mobilnya melaju dengan lancar, meninggalkan hotel di belakang. Aku masih termenung, pikiranku masih terganggu oleh adegan yang kutemukan sebelumnya. Apakah benar Mas Arkan ada sesuatu dengan Anika? Aku harus mencari tahu, tidak boleh tinggal diam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya, aku langsung mengambil tindakan, aku ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Mas Arkan dan Anika. Aku tidak ingin hanya berdiam diri dan membiarkan pikiranku berputar-putar tanpa kepastian. Kalau bisa, aku ingin menyelesaikan masalah rumah tanggaku segera. Lebih cepat lebih baik tentunya.

Aku tiba di area kantor Mas Arkan dan menunggu di sebuah kafe di seberang gedung. Aku memesan secangkir kopi dan memantau pintu masuk kantor. Beberapa menit kemudian, aku melihat beberapa rekan kerja Mas Arkan keluar untuk istirahat. Beberapa pergi ke tempat lain beberapa juga masuk ke kafe tempatku berada. Namun, aku tak melihat Mas Arkan dan Anika keluar dari sana. Entah pergi kemana 2 orang itu.

Saat melihat rekan kerja Mas Arkan yang kukenal, Robby dan Doddy, memesan kopi dan menu makan siang, aku pun mendekat, berpura-pura ingin memesan snack dan kopi kembali. Aku yakin mereka tidak akan mengenaliku karena aku mengenakan wig dengan dandanan tebal. Sama sekali bukan gayaku biasanya.

Awalnya aku tidak mendengar obrolan yang mencurigakan dari kedua pria itu, namun itu berbeda saat mereka sudah mengambil tempat duduk, dan aku duduk tidak jauh dari mereka dengan posisi duduk membelakangi.

"Rob, lo coba nilai gue deh. Gue jadi cowok kurang apa sih sampe tuh cewek lebih milih selingkuh sama laki orang ketimbang terima lamaran gue." Suara yang terdengar frustrasi itu adalah Doddy, aku bisa mengenali suaranya karena pernah bertemu beberapa kali dalam acara tahunan yang diselenggarakan perusahaan.

"Yang sabar aja, lagian mereka berdua juga udah dipecat," kata Robby. "Udah, jangan sedih lagi. Daripada mikirin mereka, mending lo cari cewek lain. Gak usah ingat-ingat apa pun lagi tentang dia."

Aku merasa seperti terpaku di tempat dudukku, tidak percaya apa yang aku dengar. Apakah mereka sedang membicarakan tentang Mas Arkan dan Anika? Aku mencoba untuk tidak memperlihatkan reaksiku dan terus mendengarkan percakapan mereka demi menggali informasi yang lebih banyak.

"Gue tahu, Rob. Tapi gue bener-bener cinta dan sayang banget sama dia. Gue pikir dia juga merasakan hal yang sama, ternyata cuma gue yang merasa. Sakit banget," kata Doddy dengan nada sedih.

"Lo terlalu baik, Dod. Cewek seperti itu gak pantas buat lo. Lo pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik," kata Robby dengan nada meyakinkan.

Aku merasa seperti ada yang tidak beres. Apakah orang yang mereka bicarakan adalah orang yang sama dengan yang aku pikirkan, atau mungkin karyawan lain yang membuat skandal lalu dipecat. Aku mencoba untuk memproses informasi yang aku dengar, tapi pikiranku terlalu berantakan. Tak lama kemudian, kedua pria itu pergi meninggalkan kafe.

Tiba-tiba aku jadi terpikir untuk menelepon Mas Arkan, tapi sayang teleponnya tidak aktif dan sama sekali tidak bisa kuhubungi. Merasa tak bisa mendapatkan informasi apa pun lagi, jadi aku memutuskan untuk pulang saja. Tak disangka di tempat parkir aku malah mendapati Senja dan Robby sedang mengobrol. Oh, aku ingat, aku memang pernah bertemu dengan Senja di acara pernikahan Robby dan Niar sekitar hampir 3 bulan lalu.

"Lo yang cemen," kata Robby sembari meninju pelan lengan Senja. Aku yang ingin menguping pembicaraan mereka pura-pura mengambil ponsel dari dalam tas sambil berjalan dengan langkah sangat pelan menuju mobil. Kebetulan sekali, Senja memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil sewa yang kupakai. Sementara dia dan Robby mengobrol di depan mobilnya.

"Jangan kayak gitu dong, Bro," kata Senja, balas meninju pelan lengan Robby. "Seandainya gue mau, gue bisa aja bilang langsung ke dia kalau suaminya selingkuh, tapi rasanya gue gak tega liat dia sedih. Gue maunya, dia yang langsung memergoki suaminya berselingkuh sama tuh cewek tanpa perlu gue yang ngasih tau, tapi kayaknya rencana yang gue susun gak berhasil." Senja menghela napas panjang di ujung kalimatnya.

"Bro, di sini panas banget, ngobrol di dalam yuk," kata Robby. Sinar matahari memang sedang terik-teriknya, wajar jika mereka tidak tahan terbakar.

Aku penasaran sekali siapa yang sebenarnya Senja dan Robby maksud. Dan sepertinya, orang yang Senja maksud adalah orang yang sama dengan yang dibicarakan oleh Robby dan Doddy tadi. Rasa penasaran membuatku ingin mengikuti mereka masuk ke dalam kafe. Akan tetapi dering di ponselku mencegahnya. Ada panggilan suara dari Mama mertuaku.

"Iya, halo, Ma."

"Tiara... kamu di mana?" Suara Mama yang bergetar karena menangis membuatku sangat terkejut.

"Aku sedang di luar, Ma. Ada apa? Kenapa Mama menangis?" tanyaku, menjadi panik seketika.

"Arkan, Tiara. Arkan...."

"Iya, Ma. Mas Arkan kenapa? Coba Mama katakan dengan jelas," tanyaku, buru-buru masuk ke dalam mobil.

"Dia mengalami kecelakaan dan sekarang dilarikan ke rumah sakit."

1
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: siap kk
total 1 replies
wathy
aku kasi kopi deh biar tambah semangat 💪
Ita Yulfiana: Waaaah Kk baik banget😍😍 makasih banyak yah😘🥰🥰
total 1 replies
wathy
aku suka,, lanjut thor😍
Ita Yulfiana: Okey siaap😁😁
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Next....
Ita Yulfiana: waiiit/Grin/
total 1 replies
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: Siaaap😄🙏
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Semangat berkarya🤩🤩
Ita Yulfiana: Siap, makasih banyak😍😍
total 1 replies
wathy
aku beri kopi deh biar semangat update 💪
Ita Yulfiana: uwwaaah makasih banyak Kak😍😍🙏
total 1 replies
wathy
wahhh senja langsung nembak 😄
wathy
itu pasti senja
wathy: Aamiin.. sama2 😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!