NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa Fantasi
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

7

Esoknya, Kania tidak melakukan aktivitas seperti biasanya, lari pagi. Dirinya juga tidak bergerak dari tempat tidur, kepala nya berat, badannya agak panas. Memutuskan minum parasetamol, lalu tidur. Ketika bangun kembali, hari sudah sore, sakitnya juga sudah membaik. Kania memutuskan mandi dulu. Setelah mandi Kania melihat di kulkas bahan makan sudah kosong. Perutnya sudah terasa perih, Kania memutuskan mencari warung makan saja. Mengambil cardigan di kamar, memasukkan sejumlah uang dan ponsel ke tas bahu kecil.

Kania berjalan perlahan, menikmati udara sore hari. Hari ini Kania membiarkan rambutnya tergerai, membuat rambutnya berkibar terkena angin. Kania terus berjalan, mencari warung makanan yang masih buka. Kania, menuju warung kemarin, yang pernah Bara ajak makan. Ternyata warung nya sudah tutup. Sementara perutnya sudah terasa perih. Memutuskan berjalan pulang, mungkin Kania membeli mie instan aja di warung Dini.

Dari arah kiri cabang jalan, Kania bertemu Bara. Terlihat Bara membawa keranjang yang berisi sayuran segar, seperti sayuran yang baru dipetik. Kania tidak menyapa Bara, tetap berjalan arah pulang.

‘’Mau kemana’’ tanya Bara.

‘’Cari makan’’ masih dengan jutek Kania menjawab.

‘’Mau sayur’’ tawar Bara, menunjuk keranjang sayur yang terisi penuh. Kania melihatnya, ada tomat, wortel, dan daun umbi.

‘’Udah kelaperan, ga sempet masak.’’ Bara mendesah.

‘’Ikuti aku’’ Bara berjalan mendahului Kania.

Kebiasaan bisanya cuma beri perintah aja, mungkin Bara mau ngasih makanan, jadi dengan setengah hati, Kania mengikuti Bara. Tidak ada obrolan lagi, hanya keheningan yang ada. Sampai Bara memasuki area rumah sederhana. Sepertinya ini rumah Bara. Rumahnya adalah rumah kayu tradisional yang sederhana namun terawat baik. Dan ternyata begitu Kania melihat sekeliling, rumah ini berdekatan dengan Ranu Senja.

‘’Masuk Kania’’

Dengan canggung, Kania memasuki rumah Bara. Ruangan nya terdiri dari ruang utama, dapur dan hanya satu kamar. Ruangan utama nya luas, berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga dan di sudut ruang ada space kecil ruang kerja Bara. Lantai kayu yang bersih, hanya terdapat sebuah meja besar, dan rak buku kayu yang diisi dengan buku buku pertanian, sejarah desa dan novel klasik.

Terlihat Bara sedang berada di area dapur. Dapurnya pun tampak sederhana, menggunakan kompor gas tunggal. Dan sangat minimalis khas rumah pria bujangan. Di sebelah kiri ada kamar kecil, yang kemungkinan itu kamar mandi.

‘’Mas Bara ngapain?’’

‘’Masak’’

‘’Apa yang bisa kubantu’’ tanya Kania.

‘’Iris bawang dan sayuran aja.’’

Kania menggulung lengan cardigan nya. Memulai mengiris bawang yang sudah dikupas Bara. Tidak perlu waktu lama tugas yang disuruh Bara sudah selesai dikerjakan Kania.

‘’Done, mas’’

Bara menoleh dan melihat hasilnya. Bara mendekat kearah Kania, hampir bersentuhan saking dekatnya jarak diantara mereka.

‘’Bawang nya diiris tipis, begitupun wortel jangan dipotong terlalu besar.’’

‘’Maaf, kebiasaan masakku begitu, bentuk tidak penting, yang penting adalah rasa.’’ Ucapku bangga.

Bara tersenyum simpul, yang terlihat oleh Kania. Baru kali ini Kania melihat senyum kecil seorang Bara. Yang biasanya terlalu kaku dan datar.

‘’Lain kali patut dicoba’’ ujar Bara.

‘’Ih gak mau, ntar Mas Bara ngeledek lagi.’’ Kata Kania cemberut, Bara yang melihat itu agak terkesima, lalu mengacak rambut Kania.

Terkejut akan perlakuan Bara, sampai Kania hanya menatap Bara yang mulai menyalakan kompor gas nya, mulai menggoreng tempe, mungkin merasa sedang diperhatikan, Bara menoleh kearah Kania.

‘’Kenapa’’

‘’Gapapa’’ elak ku, yang sebenarnya merasa canggung.

Bara lalu lanjut membalikkan tempe, beberapa saat kemudian mengangkat tempe goreng yang sudah matang dan menyajikan nya ke dalam piring kecil. Menuang minyak bekas pakai, sampai hanya menyisakan sedikit minyak di wajan. Kemudian mulai menumis irisan bawang yang kebesaran tadi. Setelah harum, Bara memasukkan wortel, kentang dan sayur yang dipotong sangat besar.

Menunggu matang, Bara menyiapkan nasi dan menaruh kedalam dua piring. ‘’Tolong bawa piring tempe nya kedepan.’’ Kata Bara.

Kania membawanya dan mengikuti Bara, menaruhnya di meja besar di ruang utama yang luas. Sepertinya ini meja serbaguna, bisa dijadikan meja makan, meja tempat menaruh barang, dll.

‘’Duduk aja, Kani.’’

Lagi, Bara memanggilnya Kani. Aku duduk, dan Bara juga duduk di seberangku. Hanya ada keheningan diantara mereka, menunggu sayur matang. Di keheningan tersebut, tidak lepas arah pandang Bara dari Kania. Dia tahu Bara sedang memperhatikan sedari tadi, tapi, Kania tidak mau memecah keheningan duluan.

Setelah keheningan yang panjang, Bara bangkit perlahan, menuju dapur. Sayur sudah matang, Bara menuangkan kedalam sebuah mangkok besar. Bara membawa dan menaruhnya ke meja.

Menu makan malam mereka ada, nasi hangat, sayur sop (yang Kania bantu potong) dan tempe goreng, makanan yang jauh dari kata mewah yang ada di kota. Kania merasakan perbedaan drastis, ia biasa makan sambil melihat notifikasi di ponsel, atau sambil bekerja. Malam ini, ia hanya melihat Bara.

Kania mulai menyuapkan sendok penuh nasi dan sayur kedalam mulut. Kania makan dengan perlahan, menikmati setiap gigitannya. Ia menyadari bahwa ini adalah makanan terenak yang ia santap dalam setahun terakhir, bukan karena rasanya yang mewah, tetapi karena ia hadir sepenuhnya saat menyantapnya.

Di tengah keheningan yang nyaman itu, Bara melakukan sesuatu yang sederhana namun bermakna. Tanpa banyak bicara, dengan gerakan praktis dan lembut, Bara mengambil sisa makanan di sudut bibir Kania. Bara mengambilnya, menggunakan ujung ibu jarinya.

Kania terdiam, mata mereka bertemu. Jarak fisik mereka sangat dekat. Bara tidak langsung menarik tangannya, ia hanya menatap Kania dengan tatapan tenang, tulus, dan penuh perhatian. Tidak ada kata kata rayuan yang diucapkan, tetapi sentuhan itu jauh lebih jujur.

Dalam hati Kania berucap, biasanya di Kota perhatian sekecil ini akan diganti dengan kata kata, ada sisa makanan di wajahmu, ambil tisu, tanpa ada sentuhan nyata. Disini, Bara memberinya perhatian yang tulus dan tanpa terburu buru.

Setelah Bara menarik tangannya, ia melanjutkan makan seolah tidak terjadi apa apa, tetapi ada sedikit rona merah diwajahnya. Kania meletakkan sendoknya dan tersenyum, ini adalah senyum yang tulus, bukan dipaksakan.

‘’Kenapa’’ tanya Bara.

‘’Gapapa, mas Bara. Hanya… ini adalah malam terbaik yang aku miliki. Aku merasa tidak ingin makan terburu buru, terima kasih sudah mengajak aku makan malam seperti ini.’’

Bara tersenyum untuk pertama kalinya. Kania yang melihat itu, merasakan jantungnya berdebar kencang, ini seperti dia jatuh cinta untuk pertama kalinya. Cinta yang tulus, cinta yang murni, yang dihadirkan Bara untuk Kania.

Selama ini tidak ada interaksi berlebih diantara mereka. Tapi, Kania tahu, Bara memang mempunyai perasaan yang berbeda untuk Kania.

Piring piring kotor dibawa Bara ke dapur untuk dicuci, Kania mau membantu tapi ditolak dan malah menyuruh Kania duduk aja.

Ketika Bara sedang mencuci piring bekas makanan mereka, Kania berjalan keluar rumah. Duduk di teras rumah Bara. Diluar udara sangat dingin, tapi Kania tetap duduk di teras rumah Bara. Langit Ranu Asri gelap sempurna, dipenuhi bintang bintang yang berkilauan tak terhitung. Suara di sekitar Kania hanyalah jangkrik, gemericik air, dan desir angin malam.

‘’Tidak dingin’’ Bara duduk di sebelah kania, menatap langit yang sedang dipandangi oleh Kania.

‘’Dingin, tapi aku suka.’’

‘’Kenapa tidak datang ke kedai’’ tanya Bara.

‘’Lagi gak mood’’ jawabku,

‘’Kenapa’’

‘’Kata Dini, biasanya kamu tidak stay di kedai.’’

‘’Memang’’

‘’Lalu kenapa menawarkan aku untuk datang lagi.’’ Tanya Kania, sambil menatap Bara.

‘’Hanya ingin.’’ Jawab Bara tanpa mengalihkan pandangan nya, Kania yang memutuskan pandangan mereka.

‘’Kamu kan sibuk’’

‘’Karna aku suka melihatmu yang sedang fokus bekerja, suka melihat berbagai ekspresi kamu, entah saat kamu sedang melamun, tau tau kesal, cemberut, tersenyum saat menatap layar laptop-mu’’ jelas Bara.

Kania tertawa. ‘’Mas Bara terpesona saat aku sedang bekerja?’’

‘’Mungkin’’ katanya singkat.

Percakapan mereka mereda menjadi keheningan. Kania menatap bintang, Bara menatap Kania. Bara mengangkat tangannya dengan sedikit keraguan, ia sangat menghormati Kania dan tidak ingin melanggar batas—dan dengan lembut menyentuh pipi Kania yang dingin karena angin malam. Gerakannya sangat lambat dan terukur, seperti saat ia menuang air panas ke bubuk kopi.

Tatapan mata mereka bertemu. Tidak ada kata kata. Tatapan Bara tulus, menunjukkan pengakuan mendalam—bahwa ia menyukai Kania. Bara perlahan mendekat, menunggu respon Kania. Kania tidak mundur. Seakan tahu apa yang mau dilakukan Bara, ia menutup sedikit matanya, memberikan izin yang tidak terucapkan.

Ciuman itu lembut, perlahan, dan penuh ketulusan. Tidak ada gairah yang terburu buru, melainkan rasa syukur dan kedamaian. Ciuman itu terasa seperti cawan kopi hangat pertama di pagi hari yang dingin, memberikan kehangatan dan kenyamanan. Kania merasakan aroma tanah, kopi dan ketenangan yang melekat pada Bara. Semua kecemasan dan stres yang ia bawa dari kota seolah olah larut dan digantikan oleh kehadiran Bara.

Setelah ciuman itu berakhir, mereka tidak langsung berbicara. Bara menyandarkan dahinya di dahi Kania, napas mereka berbaur. Kania membuka mata dan tersenyum, senyum paling tulus dan paling damai yang pernah ia berikan.

‘’Selamat datang kedalam hidupku, Kania’’ bisik Bara. Lalu kembali mengecup dahi Kania.

Ini adalah malam di mana dimulai nya lembaran baru untuk Kania di desa Ranu Asri.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
My little Kibo: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
My little Kibo: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!