NovelToon NovelToon
Istri Dalam Bait Do'Aku

Istri Dalam Bait Do'Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.

Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.

Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum Siap Untuk Malam Pertama

Ken yang gemas dengan tuduhan Mecca kini mendekatkan wajahnya untuk memperjelas. "Kalau aku udah nikah di sana, apa kamu keberatan jadi istri kedua?"

"Wait... wait! Ini bukan perkara keberatan atau nggak sih, lebih tepatnya aku nggak mau rusak kebahagiaan wanita lain. Apalagi statusnya sudah suami istri. Kayak nggak ada cowok lain aja, egois kamu namanya. Atas dasar alasan apapun tetap saja selingkuh itu menyakiti, dan itu salahnya si cowok udah pasti!"

"Berarti, kamu akan ninggalin aku?"

Kening Kenindra berkerut samar, memikirkan celotehan panjang istrinya. Dari dulu, gadis itu senang sekali bercerita banyak hal padanya, meski kadang hanya mengoceh hal-hal random. "Nggak." sahut Mecca tegas. Dia tidak bohong, tatapan keduanya bertemu, saling menyelami perasaan masing-masing. "Kamu tahu nggak, tiap kali liat atau denger hal tentang kamu, dadaku sesak, sulit banget buat napas." lanjut Mecca, wajahnya mendongak, menahan buliran bening yang akan lolos dari kelopak matanya.

"Selain aku, banyak pihak yang dilibatkan dalam pernikahan yang bisa aku bilang konyol ini? Bukan cuma aku. Aku bisa pergi, dan anggap pernikahan ini nggak pernah terjadi. Tapi, gimana dengan eyang, keluarga aku lainnya? Aku udah cukup mencoreng nama mereka dulu karena menjadi anak dengan gangguan jiwa, nggak mungkin aku mengecewakan mereka dengan merusak pernikahan ini."

"Jadi, alasan kamu bertahan adalah semua  itu?" tanya Ken lagi, dalam hatinya mencobaa yakin masih mendapat tempat di hati Mecca, meski itu sangat kecil.

"Tapi yang paling penting, aku udah bisa milikin kamu sekarang. Bodoh kalau aku harus melepasnya lagi. Aku udah pernah bilang kan kalau waktuku untuk membenci kamu udah habis. Aku hanya kepikiran aja tadi, kalau ternyata kamu udah nikah di sana dan jadiin aku istri muda."

Ken lantas meraih pergelangan tangan Mecca, menarik kembali gadis itu ke dalam pelukannya. Ia merasa kian bersalah, rencananya tidak seperti ini. Ia memang sudah meletakkan niat dalam hatinya ketika selesai study akan segera kembali ke Indo untuk menikahi Mecca. Namun tidak dengan cara secepat dan mengagetkan untuk Mecca seperti ini.

Rencana Allah memang tidak ada yang tahu, sudah terlalu lama Ken menantikan waktu kepulangannya. Dan siapa sangka hubungan persahabatan eyangnya dengan eyang Prawira, memang sudah Allah atur sebagai jembatan pertemuannya kembali dengan Mecca. Pertemuan terbaik menurut Kenindra, karena statusnya kini sudah halal.

"Tapi, nggak bener kan? Kamu belum nikah kan, sebelumnya??"

" Heii,, ngawurrr. Nggak lahhh, aku cuma nikahin kamu doang. Cuma satu orang yang pengin aku nikahi sejak dulu, itu cuma Mecca Jesselyn Prawira. Nggak ada yang lainnya dan nggak ada juga setelahnya. "

" Yaa,, siapa tahu kan?? Bukannya ustaz identik dengan itu apa namanya, mm,, poligami. Siapa tahu kamu udah nikah di sana terus di sini punya aku sebagai istri mudaa," Mecca masih saja ngotot dengan  pemikirannya yang aneh, overthingking berlebihan.

Ken mencubit pelan hidung gadis itu,  " Heii, heii,, nggak ada begituan, kamu terlalu termakan beritaa. Satu aja harus nunggu sampai hampir enam tahun gini, mana tega aku poligami, hmm."

Mecca tidak membantahnya, dari cara dia menatap saja Mecca sebenarnya sudah bisa percaya, tidak ada kebohongan dari  setiap kalimat yang terlontar dari mulut Ken. Hal  itu justru semakin membuat Mecca tiba-tiba merasa bersalah. Ken sudah mengupgrade diri menjadi seperti sekarang tapi dirinya merasa masih gitu-gitu ajaaa.

Mecca memejamkan matanya, Ken ikut terpejam, mengeratkan rengkuhan di pinggang istrinya tanpa ingin menyudahi.

"Kamu nggak akan nyuruh aku berhenti dari kerjaan aku kan?"

"Nggak, selagi kamu bisa jaga diri kamu, dan yang harus selalu kamu ingat adalah menjaga aurat kamu. Semua yang ada dalam tubuh kamu itu menarik, aku nggak rela ada mata lain yang bukan mahram kamu melihatnya. Okay?"

"Ribet banget yaa? Aku harus pakai baju panjang kemana-mana. Pakai jilbab juga seharian, kan aku nggak mungkin di rumah seharian. Dan kalau pake kerudung terus, nanti rambut aku lepek, bau gimana?"

Kembali Kenindra tersenyum menanggapinya, sebelum mengucap ikar ijab qabul, Eyang Prawira sudah banyak bercerita tentang kehidupan Mecca sekarang. Banyak hal membentuknya menjadi perempuan yang kuat dan sanggup bertahan hingga saat ini, berdiri menjadi angkuh dengan bahu yang kokoh dan hati yang keras oleh luka juga pengabaian. Jadi, ia bisa paham, tidak ingin memaksakan hal yang terlalu saklek pada istrinya.

"Gini sayang, " Ken memulai penjelasannya dengan melepas ikatan cepol rambut Mecca, membiarkan rambut bergelombangnya tergerai, menyeruakkan harum aroma kiwi yang segar. Tangannya merapikan helaian rambut halus itu dengan lembut. "Siapa bilang rambut kamu lepek, bau? Hmm... rambut cantik gini, wangi lagi." Ken menurunkan tangannya perlahan, mengagumi helai-helai rambut Mecca yang tertiup angin malam. Warna ash blonde-nya berkilau.

“Berhijab bukan berarti rambut kamu nggak terawat,” lanjutnya, seolah menjawab tatapan Mecca yang meragukan. “Justru ia lebih terlindungi. Nggak kena debu, nggak kebakar matahari. Kalau kamu masih takut juga, aku bakal siapin hair care terbaik yang cocok buat rambut berhijab kamu."

Mecca terkekeh, tidak mengira jawaban Ken akan seperti itu. Okay, Mecca tidak bisa mendebat lagi. "Tapi kalau di rumah aku bebas kan mau nggak pakai jilbab atau mau pake baju celana pendek gini?"

"Nggak masalah sayang, selama itu di rumah. Kecantikan dan kemolekan tubuh kamu nggak perlu di umbar juga saat ini seluruh dunia mungkin sudah tahu. Aku ingin istriku yang limited ini, cuma boleh aku yang mengagumi dan menikmatinya."

Tawa gelak MEcca terdengar sedikit keras, lalu ia mendecih pelan. "Ck! Itu egois namanya. Kalau aku cuma boleh diliat kamu, terus kamu gimana? Semua warga pesantren terutama cewek, mereka terus memuja-muja kamu tiap hari padahal." tanpa Mecca tahu, Kenindra mengulum senyumnya. "Itu di luar kendali aku sayangg, aku bahkan nggak tahu mereka kayak gitu. Di luar sana aku cuma menjalankan kewajiban aku menyampaikan ilmu. Itu juga nggak sering kok, soalnya aku lebih banyak habisin waktu ngurusin bisnis di pesantren ini."

"Ok, kalau aku bosen gimana? Aku jarang bertahan lama di satu tempat soalnya."

"Bilang aja, nanti aku ajak keliling di sini. Banyak tempat yang belum kamu liat kan? Aku berani bilang, kamu pasti suka." Sudah tidak ada hal yang Mecca gunakan sebagai alasan untuk pergi dari sana sepertinya. Semua sudah Kenindra jawab dengan baik.

"Mm,, sekarang kamu mau panggil aku apaa setelah jadi suami kamu? "

"Eumm,, apa yaa? Aku panggil Aa atau mas aja gimana? Mas Kenindra,,hihi "

"Bolehh,,  mas aja, aku sukaa. "

***

Setelah obrolan semalam kini Mecca mulai bisa lebih rileks menjalani kehidupan barunya di pesantren, namun tetap saja mereka belum bisa menjalani keseharian mereka seperti pasangan suami istri normal pada umumnya.

Mereka masih tidur di kamar yang berbeda dengan alasan Mecca belum siap, Ken yang sangat sabar tentunya bisa mengerti itu.

Sejak Mecca melewati masa sulit dulu, berarti sudah hampir tiga tahun ia merasa mati rasa padanya. Sekuat hati ia terus menepis rasa rindu dan rasa memilikinya. Jadi,, tidak mudah juga untuk Mecca tiba-tiba harus berhubungan lagi dengannya.

Atau yang sebenarnya adalah, Mecca sama sekali belum mengerti seluk beluk perihal malam pertama, hahaha. Se-barbar itu hidupnya namun tidak dengan kehidupan pribadinya. Mecca hanya selalu menunjukan keprofesionalitasannya saja dalam bekerja dan mencetak prestasi. Menyibukan dirinya dengan hal-hal yang ia sukai, mencintai dirinya sendiri semaksimal mungkin, melakukan apapun yang ingin ia lakukan sesuai dengan saran psikiaternya.

Tidak sempat Mecca memikirkan perihal pernikahan, apalagi malam pertama. Sepertinya dia butuh seseorang untuk berkonsultasi tentang banyak hal yang berhubungan dengan kehidupan suami istri. Tapi siapa? Masa iya Kenindra??

Gimana menurut kalian? Apa Mecca salah bersikap seperti itu?

Atau wajar-wajar saja?

1
MimmaRia
ceritanya bagus, gk monoton yg pesantren bgt, tp jg gak sok CEO2 gt , mskipun chapter awal2 msh yg byk flashbacknya, tp bkn yg lebay ke blakang bgt gt..
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍
Yazh: Wahh😍 Terima kasih kak. Iya memang konfliknya aku sengaja buat yang ringan, jadi nggak bikin kalian mikir banget.

Udah banyak pikiran kan? Ya kali aku nambahin beban🤭
becandaa kak✌
total 1 replies
MimmaRia
wkwkwkkkk... Mecca jd mikir pstinya,, jaim salah gak jaim mancing Kenindra😂😂
Yazh: 😄😄 betul kak, galau maksimal dia. Denial terus, antara nggak mau jujur sama diri sendiri dan nggak kuat sama godaan Ken😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!