NovelToon NovelToon
Kemelut Di Istana Juragan

Kemelut Di Istana Juragan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Identitas Tersembunyi / Harem / Roh Supernatural / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:65.6k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Wulan Candramaya, seorang gadis belia yang terpaksa turun gunung atas permintaan bapaknya untuk menikah dengan seorang penguasa dari istana Nagari. Juragan Nataprawira, laki-laki dewasa yang berwajah tampan, tapi terkenal dengan kekejamannya.

Laki-laki berusia tiga puluh lima tahun, memiliki tiga orang istri dan satu orang anak. Wulan adalah istri keempatnya, istri tebusan hutang bapaknya.

Wulan dibuang ke gunung Munding sejak kematian sang ibu oleh bapaknya sendiri. Gunung yang tak terjamah oleh manusia dan konon dihuni oleh para demit. Wulan setuju menikah hanya untuk mengungkapkan misteri kematian sang ibunda tercinta.

Bagaimana Wulan menghadapi intrik licik dari para istri juragan di istana itu? Misteri apa saja yang Wulan temukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Seseorang berlari ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. Wulan melirik, kemudian mengambil tempat duduk di samping bapaknya yang masih pucat. Inilah yang dia tunggu-tunggu.

"Pertunjukan menarik akan segera dimulai," gumam Wulan seraya membentang sebuah kipas dan melambaikannya.

"Ada apa?" tanya Patma dengan cemas.

Asep beranjak perlahan untuk duduk sempurna dibantu Sari yang tengah mencemaskan dirinya.

"Itu ... anu ...." Pelayan laki-laki itu hendak menjawab, tapi ragu.

"Anu apa? Cepat katakan!" bentak Patma yang tak sabar untuk menunggu. Matanya melotot, tapi terlihat cemas.

"Ada rombongan tetua adat datang ke rumah ini, Den. Itu sekarang sudah masuk ke halaman," jawab pelayan laki-laki itu penuh dengan kebingungan.

Tetua adat turun gunung artinya ada masalah yang tidak sederhana terjadi di desa Munding. Termasuk fenomena uang khusus yang dibawa seorang penduduk ke hadapan sang tetua. Asep meringis saat mendengar suara derap langkah yang memasuki rumah.

Sesosok laki-laki tua berjanggut putih, mengenakan pakaian serba putih dan ikat kepala putih pula memasuki rumah Asep. Diiringi beberapa orang yang mengenakan pakaian serupa. Lalu, para penduduk yang melihat iring-iringan itu pun pada akhirnya memadati ruman panggung Asep.

"Salam, Nyai!" sapa sang tetua adat kepada Wulan yang duduk di kursinya.

Wulan berdiri dan berucap, "Salam, Ki!" Ia balas menyapa dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Tetua itu duduk tanpa dipersilahkan, sementara sisanya berdiri berbaris sejajar. Asep menengadah, menatap semua orang tak percaya. Rumahnya kini dipadati oleh setengah penduduk dari desa Munding.

"Aki Barjah, a-ada apa ini, Ki?" tanya Asep terbata-bata sembari memegangi dadanya yang masih terasa sakit.

Wulan melirik, kemudian kembali duduk di kursinya menunggu pertunjukan.

"Kang Asep, saya tidak akan sembarangan mengambil keputusan. Saya hanya ingin bertanya kepada kamu mengenai uang khusus ini yang dibelanjakan oleh istri dan anakmu. Apa benar ini uang kamu? Atau kamu mencurinya dari orang lain?" tanya sang tetua adat sembari menunjukkan lima lembar uang kertas bernilai sepuluh ribu rupiah.

Tubuh Asep bergetar, keringat dingin bercucuran membasahi wajahnya. Lalu, berjatuhan ke seluruh tubuh. Habis sudah hidupnya. Ia tak tahu jika uang itu telah dibelanjakan dan sampai di tangan sang tetua adat.

"Sa-saya tidak tahu, Ki. Tanya istri saya saja," ujar Asep menunjuk Patma yang menundukkan kepala dalam-dalam.

Wanita itu tersentak, menoleh tak percaya pada suaminya. Tetua memalingkan wajah pada Patma, bertanya tanpa harus mengulangi pertanyaan.

"Sa-saya ... sa-saya dapat dari Sari, Ki," jawab Patma spontan menunjuk anaknya..

"Ibu!" Sari menjerit, tak percaya akan menjadi target ibunya.

"Sudahlah. Kamu bisa bilang itu dari teman kamu," bisik Patma tak ingin disalahkan.

Mata sang tetua berpindah menatap Sari yang gemetaran. Semua orang bisa melihat dengan jelas tangannya yang menyentuh lantai berkeringat dan bergetar.

"Wulan! Saya dapat dari Wulan. Tanya dia!" teriak Sari spontan menunjuk Wulan.

Bodoh!

Hampir semua orang mengumpat di dalam hati mendengar reaksi cepat dari Sari.

Prok-prok-prok!

"Wah, wah! Sungguh satu keluarga yang kompak dan harmonis. Kalian dengan mudahnya mencuci tangan setelah apa yang kalian lakukan. Saya sendiri tidak tahu dari mana saya mendapatkan uang sebanyak itu. Selama ini saya tinggal di gunung dan tidak mengenal rupiah sama sekali. Lalu, tiba-tiba memberikan uang kepada kalian dengan jumlah yang banyak. Bukankah ini lelucon? Kecuali ...." Wulan menjeda ucapannya, menghela napas dan menatap ke depan.

"Lanjutkan, Nyai!" pinta sang tetua adat menunggu kata selanjutnya dari Wulan.

"Maafkan saya, Ki. Di catatan hadiah yang dikirim juragan ada sejumlah uang dengan pecahan sepuluh ribu rupiah yang tidak dimiliki oleh semua orang. Sekarang uang itu hilang bersama barang-barang yang lainnya. Ini ...."

Wulan menunjukkan perhiasan yang baru saja ia rampas dari tubuh Patma dan Sari.

"Ini adalah sebagian hadiah dari juragan yang tertulis di dalam daftar dan ditemukan di tubuh mereka. Saya tidak tahu kapan hilangnya barang ini, ketika saya memeriksa tadi pagi beberapa barang telah hilang," ungkap Wulan membuat ketiga manusia serakah itu semakin tak memiliki tulang.

"Wulan, aku ini Bapakmu! Kenapa kamu tega sekali?" protes Asep melotot marah pada Wulan.

"Mana ada bapak yang membuang anaknya ke gunung saat kecil? Semua orang tahu, bapak itu seharusnya menjadi pelindung bagi anak-anaknya terutama anak perempuan. Apa yang saya ucapkan benar, 'kan, Ki?" Wulan tersenyum lembut pada Ki Barjah.

Laki-laki tua berjanggut itu manggut-manggut membenarkan. Ia menelisik uang di tangannya, dan menghela napas dalam-dalam.

"Uang ini diserahkan juragan kepada saya sebelum diberikan kepada Nyai Wulan. Apakah Nyai Wulan yang memberikannya kepada mereka?" tanya Ki Barjah disambut anggukan kepala oleh Sari dan Patma, padahal Ki Barjah tidak melihat mereka sama sekali.

"Maafkan saya, Ki. Uang ini saya belum melihatnya dan belum memastikan berapa jumlahnya. Bi Sumi dan kang Sumar yang tahu, dan lagi saya tidak memberikan uang itu kepada mereka. Saya pikir saya tidak punya uang, hanya tahu hadiah-hadiah yang diberikan juragan dan sebagiannya telah hilang," tutur Wulan membuat keributan di antara penduduk desa yang ikut menyaksikan.

"Jadi mereka mencurinya!"

"Panjang tangan!"

Umpatan demi umpatan terdengar dari mulut para penduduk yang ada di sana. Ketiga orang itu semakin ketakutan.

"Benar begitu, Kang Asep? Kamu membiarkan istri dan anak kamu mencuri milik orang lain?" ketus Ki Barjah menatap jengah pada Asep.

"Ampun, Ki! Ampuni saya karena tidak becus mendidik anak dan istri saya. Ampuni saya, Ki!" ucap Asep memohon.

"Tapi sebagai tetua adat saya harus memutuskan dengan adil," ujar laki-laki tua itu bijaksana.

"Ampun! Ampuni kami, Wulan! Kami tahu kami salah!"

1
Noor hidayati
kayaknya sumber masalah semuanya itu ibu tiri nata,karena sang keponakanya juga disodorkan untuk menjadi istri nata,ibu tiri nata punya maksud terselubung,yakni ingin menguasai harta dan jabatan nata,penyakit ayahnya nata juga dari istri mudanya
Quinza Azalea
haturnuhun
Dsy_Sagitariuzz
jgn² ibu tirinya juragan bersekutu dgn wanita berjubah🤔
Ochyie Aguztina
lanjut
Liana love93
Ini fix ibu tirinya yg jahatnya melebihi fir aun
Nana Colen
lanjut lagi dooong 😍😍😍😍😍😍😍
Noor hidayati
kok belum up lagi,biasanya double up
Zieya🖤
sebenarnya.......
kita sambung esok🤭😅
Liana CyNx Lutfi
Lanjutttty
Nana Colen
luar biasa sekali ❤❤❤❤❤
Nana Colen
aaaakh gantung meluuuuuuluuuu thor aku jadi gemes gemes gimana gitu 🤣🤣🤭🤭
Memyr 67
𝗅𝖺𝗇𝗃𝗎𝗍 𝗍𝗁𝗈𝗋
Dsy_Sagitariuzz
wulan sangat istimewa semua yg baik² melindungi nya jd penasaran sama asal muasal ibu nya wulan🤔
Quinza Azalea
lanjut💪
vj'z tri
kejutan 🎉🎉🎉🎉🎉 pantas Wulan di jaga ketat aku Ternyata cucu kandung 🎉🎉🎉
Liana CyNx Lutfi
Selendang yg mereka cari ternyata mlik wulan krn wulan sdh digariskan jd jodoh juragan hohoho
Liana CyNx Lutfi
Apakah adek kandung juragan ataukah ibu trinya?
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
lah sama si wulan selendangnya
Aisy Hilyah: hehehe bisa bisa jadi
total 1 replies
Nana Colen
mungkin kah nyi dasih itu ibu nya juragan nata 🤔🤔🤔🤔eng ing eng..... kenapa selendang nya ada di wulan
Aisy Hilyah: jreng jreng jreng dan ternyata ....
total 1 replies
vj'z tri
pada suatu hari karena asyik mencuci selendang ibunya tiada bawang putih mencari menelusuri kali tetapi akhirnya bawang putih ke hutan seorang kakek yang baik hatinya memberikan iya dengan sebuah labu berisikan permata😅😅😅😅😅 aseslole 🤣🤣🤣
Aisy Hilyah: dongeng
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!