NovelToon NovelToon
Jika Esok Kita Menikah

Jika Esok Kita Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Pertemuan pertama begitu berkesan, itu yang Mada rasakan saat bertemu Rindu. Gadis galak dan judes, tapi cantik dan menarik hati Mada. Rupanya takdir berpihak pada Mada karena kembali bertemu dengan gadis itu.

Rindu Anjani, berharap sang Ayah datang atau ada pria melamar dan mempersunting dirinya lalu membawa pergi dari situasi yang tidak menyenangkan. Bertemu dengan Mada Bimantara, tidak bisa berharap banyak karena perbedaan status sosial yang begitu kentara.

“Kita ‘tuh kayak langit dan bumi, nggak bisa bersatu. Sebaiknya kamu pergi dan terima kasih atas kebaikanmu,” ujar Rindu sambil terisak.

“Tidak masalah selama langit dan bumi masih di semesta yang sama. Jadi istriku, maukah?” Mada Bimantara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 - Kabur

Perasaan Rindu tidak karuan memikirkan ulah keluarga Pakde yang tidak ada kabar, bahkan dihubungi malah tidak aktif. Ia pun takut kalau orang-orang yang mencari datang kembali apalagi bertemu dengannya. Belum ada pikiran kalau keluarga itu melarikan diri.

Ulah Reno tidak kalah menyebalkan dan cukup menyita pikiran karena emosi. Memaksa kencan bahkan menganggap remeh kalau Bude akan mengizinkan mereka jalan dengan mudah.

“Ada orang kayak gitu, shiball,” maki Rindu sambil mencatok rambutnya agar bergelombang.

Berada dalam ruang ganti, hampir semua SPG yang bertugas sedang mempersiapkan diri. Berdandan juga menata rambut mereka.

“Kenapa lo, ngoceh sendiri.”

“Oh, ingat tadi di jalan ada yang nyebelin,” sahut Rindu.

“Eh, lo udah jual berapa?”

“Baru satu, mudah-mudahan hari ini nambah lagi. Susah juga ya karena yang dijual property dan harga termurahnya aja hampir 2 M.” Ada harapan dan doa dari kalimat Rindu.

“Si Merry udah berhasil jual enam unit,” bisik rekan Rindu.

“Hah, yang bener?” Dijawab dengan anggukan dari perempuan di sampingnya. “Keren ya,” ucap Rindu meletakan catok dan mengoles lip tint pada bibir lalu menyemprot parfum.

“Keren apaan, dia pake rayu-rayu manja. Kayaknya dia juga suka jualan yang lain, jual diri.”

“Ish, nggak boleh gitu,” ujar Rindu lalu beranjak merapikan perlengkapannya ke dalam tas ransel. Tidak ingin meneruskan pembicaraan masalah orang lain yang bukan menjadi urusannya.

Hari ini Rindu tidak melihat Mada, bahkan sampai pameran selesai pria itu tidak muncul. Ada rasa kecewa karena melihat Mada seperti menjadi mood booster nya. Merasa lelah dan pegal karena harus menggunakan heels seharian dan berdiri terus, Rindu ingin cepat pulang. Menyimpan sepatu ke dalam box berganti dengan sandal dan seragam dilipat rapi. Beruntung dia mendapatkan dua seragam untuk ganti.

Sempat membuka ponsel yang sejak tadi siang diacuhkan. Banyak panggilan tidak terjawab dari nomor baru, tentu saja dari pinjol. Juga ada pesan dari Reno menanyakan jam berapa dia pulang. Alih-alih membalas, Rindu malah memblokir kontak pria itu. Menghubungi Pakdenya, masih tidak aktif.

“Mereka kemana sih.”

Hampir sampai rumah dan rasanya Rindu ingin menggas motor untuk menabrak Reno karena sudah menunggu di pos ronda bahkan mencegatnya.

“Otak lo di mana sih, ini kedua kalinya gue hampir celaka.”

“Gaes, galak bener ni cewek. Gue suka yang galak begini, biasanya di ranjang juga ganas,” ujar Reno pada dua rekannya yang berada di pos ronda lalu tergelak dan mengeluarkan sindiran mesum.

“Minggir, gue mau lewat.”

“Nanti dulu, sayang.” Tangan Reno terulur dan hendak menyentuh wajah, tapi Rindu langsung menoleh untuk menghindar.

“Yang sopan dong.”

“Kenapa lo blokir kontak gue?”

“Karena ganggu dan nggak penting,” sahut Rindu. “Minggir!” Berusaha untuk berani dan tidak takut, padahal ia malas juga berurusan dengan Reno yang sudah mirip preman. Khawatir berbuat nekat dan jahat.

“Gue bilang jangan songong. Lo udah sendirian di sini. Mana keluarga lo, mereka pasti sudah kabur nggak bisa bayar hutang. Dari pagi ada yang nyariin mereka.”

‘Kabur,’ batin Rindu. ‘Masa sih pakde yanto kabur dan tega ninggalin aku.’

“Mereka nggak kabur, lagi ada urusan.”

“Iya itu, urusannya menghindar dari debt collector dan rentenir. Seharusnya lo baek-baek sama gue, biar bisa gue tolongin. Mana tahu lo udah ditumbalin mereka, dijual untuk bayar hutang.”

Membayangkan hal itu membuat Rindu takut dan bergidik ngeri. Dipikir lagi rasanya tidak mungkin bude melakukannya, ia yakin kalau pasangan keluarganya itu tidak mungkin jahat dengannya.

“Terserah lo, cepat minggir atau gue teriak,” ancam Rindu.

“Berani juga nyali lo.” Tangan Reno kembali terulur entah akan melakukan apa, tapi Rindu refleks langsung menepis dan melaju.

“Woi, Rindu, l0nte lo!”

Sampai di rumah, Rindu langsung mengunci pagar juga pintu rumah. Memastikan kalau ia tidak ditinggal kabur, ia menuju kamar pakde dan bude untuk memastikan sesuatu. Membuka lemar dan tercengang. Sebagian isi lemari sudah tidak ada.

“Mereka serius kabur.”

Rindu langsung cemas dan mengusap wajah. Bingung dengan situasi yang dialaminya. Kenapa juga keluarga itu harus kabur bahkan tanpa kabar.

“Jangan-jangan Reno bener, aku mau ditumbalin.”

Tidak ingin mengambil resiko, gegas Rindu menuju kamarnya. Mengeluarkan tas besar dan mengisi dengan pakaian serta perlengkapan. Bahkan dua tas tidak bisa menampung semua pakaian dan perlengkapannya. Ia harus segera pergi, hidupnya terancam sendirian di rumah itu.

Belum selesai packing, terdengar suara teriakan dari luar memanggilnya. Juga ketukan pintu yang lebih mirip dengan gedoran. Mendadak tubuhnya tremor. Tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika debt kolektor yang mencari keluarga itu mendapati hanya ada dirinya di rumah itu.

“Ya Tuhan, aku harus gimana.”

“Buka!”

Perlahan Rindu membuka pintu kamar melongokkan kepala melihat ke arah pintu depan. Masih digedor dengan keras dan kasar. Pintu itu sudah dikunci lengkap dengan selot. Tidak mungkin orang-orang itu berani merangsek masuk apalagi merusak properti, bisa dituntut.

Mengintip di balik gorden mendapati ketiga pria yang pernah datang berdiri di beranda. Salah satunya sibuk menelpon dan dua yang lain sedang berbincang. Debar jantung Rindu sangat kencang bahkan tubuhnya gemetar karena takut. Malam ini juga ia harus meninggalkan rumah. Masih mengawasi orang-orang itu berharap segera pergi.

Agak lega karena ada tetangga Rindu bertanya dengan orang-orang itu, entah mereka membicarakan apa sepertinya diusir karena mengganggu kenyamanan apalagi ini sudah malam. Melihat penagih hutang itu sudah pergi, Rindu kembali ke kamar dan melanjutkan pakingnya. Tas ransel yang tadi sudah berisi penuh dengan bawaan juga dua tas lainnya.

Membuka pintu pagar agar motornya bisa keluar lalu menaiki kendaraan itu meninggalkan rumah. Baru keluar motornya sudah ditahan seseorang.

“Mau kemana lo.”

Rindu mengump4t, lagi-lagi Reno mencegat lengkap dengan dua rekan sintingnya.

“Minggir!”

“Ck, kalau dilihat lo juga mau ikutan kabur ya. Eh, panggilin rentenir yang tadi!” titah Reno.

Wajah Rindu langsung berubah panik.

“Kayaknya belum jauh ya.”

“Lepas atau gue tabrak,” teriak Rindu.

“Ish, nggak usah galak gitu. Gue udah bilang lo nggak boleh kasar sama gue atau hidup lo bakal berubah.”

Rindu dan Reno pun berdebat. Rindu takut, ia merasa terancam oleh Reno.

“Ngerti lo.” Tangan Reno mencengkram rahang Rindu sampai tidak bisa bergerak dan sakit.

Memukuli tangan itu agar melepaskan cengkramannya.

“Kencan sama gue dan lo aman. Kencan disini bukan Cuma jalan, tapi lo tahu maksud gue ‘kan?” tanya Reno mengendurkan cengkramannya.

“Naj1sss, jangan mimpi,” sentak Rindu lalu melud4hi Reno.

“Bangs4t.” Teriak Reno lalu menampar Rindu. “Perlu diberi lo ya.” Reno menarik kerah baju yang dikenakan dan Rindu langsung berteriak minta tolong.

Berusaha melepaskan cengkraman Reno dan terus berteriak minta tolong. Dua teman Reno meminta pria itu berhenti.

“Berani lo, ya.”

“Ren, udah, kita bisa dikepruk warga.”

Beberapa tetangga Rindu akhirnya keluar karena mendengar keributan. Rindu kembali berteriak minta tolong dan pertengkaran itu pun dilerai. Reno dan kedua menaiki motor mereka.

“Awas lo, urusan kita belum selesai.” Reno menunjuk wajah Rindu. “Gue kasih tahu posisi lo ke rentenir itu.”

Nafas Rindu masih memburu karena pertikaian itu, berusaha menstabilkan emosi dan kewarasan.

“Kamu nggak pa-pa Rin?”

Rindu mengangguk. “Saya nggak pa-pa, pak. Terima kasih.”

“Kemana Yanto sama Sari, dari kemarin banyak yang cari?” tanya tetangga Rindu yang lain.

“Saya nggak tahu, nggak bilang juga.”

“Kamu mau pergi atau pindahan?”

“Pindah pak. Demi keselamatan” sahut Rindu lalu pamit.

Tanpa tujuan dan rencana, entah harus kemana malam ini.

“Ya Tuhan, aku harus tinggal di mana.”

1
Dwi ratna
duh kta³ itu mengingatkanku pda sang seseorang deh
hiro_yoshi74
pantesan mami nya arba di tinggàlin orang modelan es gois sakudele dewe mono ho .🤭✌
Felycia R. Fernandez
mana mau Sarah besanan sama pengkhianat...
mendingan Rindu la,jaaaauuuh banget kelakuan kamu dan Rindu...
gimana mau jatuh cinta ma kamu
Felycia R. Fernandez
yang awal katanya ingin belajar ilmu bisnis,malah berubah jadi ilmu Pepet Mada...
😆😆😆😆
kamu gak masuk dalam hati Mada Arba,lebih baik sadar diri...
jauh jauh gih dari Mada
hiro_yoshi74
emang enakbdi cuekin
Purnama Pasedu
ngotot ya
tiara
sepertinya ayah Rindu orang kaya,cuma karena pamanya suka minta uang terus jadi ga peduli tuh sama kehidupan mereka
Esih Esih
apa mungkin rindu anak nya felix,kan dia org nya doyan selingkuh
Felycia R. Fernandez: wow...👍👍👍👍👍
aku gak kepikiran kesana kk...
keren kk nya
Esih Esih: ayo kak dtyas kita main tebak tebakan aja 🤣🤣
total 3 replies
Esih Esih
apakah ayah rindu orang kaya
Felycia R. Fernandez
judulnya Mada kebelet nikah kk Thor Dtyas 😆
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣
tiara
ayo Mada cepat halalin Rindu biar biar bisa tinggal bareng
Felycia R. Fernandez
kasi pelajaran tuh buat pakde bude dan sepupunya...
babat habis sampai ke akarnya...
🤬🤬🤬🤬🤬
Esih Esih
aduh dikit amat cerita nya kak,kaya lg nyolek sambel tp blm sempet ke makan alias nanggung amat🤣🤣
aroem
bagus
Naja Naja nurdin
ya Ela model gombal nya yahut bingit bang
tiara
Rindu diselamatkan Mada dan anak buahnya tinggal keluarga pamannya nih menunggu pembalasan dari Mada
Sastri Dalila
👍👍👍👍
tiara
ayo Mada selamatkan Rindu,kamu pasti tau keberadaan Rindu lewat aplikasi kan
Rohmi Yatun
cerita yang menarik 🌹🌹🌹🌹👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!