Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Siti seorang staf keuangan di perusahan besar. Keberadaannya di sana tidak lepas dari usaha dan kerja kerasnya mengikuti tes akademik serta seleksi.
Orang-orang yang bekerja satu gedung dengan Siti belum ada yang pernah melihat Siti kecuali bagian HRD dan pemilik perusahaan yang merupakan seorang wanita.
Karena banyak yang merasa penasaran dengan wajah Siti, terutama kaum pria yang lebih mendominasi isi kantor. Makanya mereka membuat taruhan yang diwakili Gio, Teo, Leo dan Jun. Mereka empat sekawan yang sudah bersahabat sejak dalam kandungan. Mereka tidak lain ada pemegang saham perusahaan di mana Siti bekerja. Akan tetapi saham terbesar dipegang oleh keluarga Gio.
Sebuah rencana sudah dieksekusi oleh Gio sebagai eksekutor. Di sini Gio yang paling berperan besar, dia bertaruh akan berhasil menikahi Siti dan menyebar wajah Siti yang selama ini tertutup rapat cadar. Mereka begitu sangat penasaran dengan wajah Siti karena jika dilihat dari tangannya cukup putih.
Rencana Gio mendapat respon baik dari Ayah Siti yang langsung menyetujui Gio untuk menikahi putrinya semata wayangnya. Sebab selama ini Ayahnya Siti mencari jodoh untuk anaknya, mengingat Ayah yang sudah sakit-sakitan dan kapan saja bisa dipanggil sang Ilahi.
"Tanpa sepengetahuanmu Ayah sudah menemukan jodoh yang tepat untukmu."
"Aku setuju kalau menurut Ayah pria itu baik untukku."
Pernikahan sederhana digelar, Ayah begitu antusias memiliki menantu yang dianggapnya sangat baik. Walau tanpa kehadiran keluarga Gio yang katanya sedang berada di luar negeri. Ayah sangat bahagia, kini putrinya sudah ada seseorang yang menemani, menjaga dan bertanggung jawab.
Beban di pundak Ayah sudah berkurang, sekarang yang diinginkannya Siti selalu bahagia dengan suami dan pernikahannya.
Pertemuan Siti dan Gio terjadi pertama kali setelah mereka sah menjadi suami istri beberapa menit lalu. Meski sebenarnya mereka sudah tahu satu sama lain. Tatapan keduanya langsung mengunci. Siti sangat syok saat tahu suaminya seorang Gio, pria dengan sejuta pesona yang selalu dikelilingi wanita-wanita cantik dan seksi.
Pertanyaan besar pun muncul di kepalanya Siti.
Lalu Gio mencium kening Siti setelah Siti lebih dulu mencium tangannya, jujur saja itu pertama bagi Gio diperlakukan istimewa oleh seseorang. Tapi Gio ingat tujuannya menikahi Siti hanya karena ingin tahu wajah Siti yang tersembunyi dibalik cadar.
Bagi Gio dan ketiga sahabatnya, Siti barang antik yang ada di kantor. Ada beberapa pegawai yang mengenakan hijab tapi tidak seperti Siti yang sampai menutupi wajahnya. Hanya dia seorang.
Kehidupan Gio sendiri sangat glamor, selain bersahabat dengan Jun, Teo dan Leo. Dia juga bersahabat dengan dunia malam untuk menyalurkan hobinya. Menjadi DJ tampan dengan kepiawan yang mumpuni menjadikannya selalu dikelilingi wanita-wanita cantik dan seksi.
Hari sudah malam saat acara sederhana itu selesai, benar-benar tidak ada orang lagi selain Siti, Gio dan Ayah. Siti yang sudah berada di ambang pintu kamar mengurungkan niatnya untuk masuk setelah mendengar Gio sedang bicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Dia memutar tubuhnya guna meninggalkan kamar, tapi langkahnya terhenti saat pengakuan keluar dari mulut Gio.
"See, mudah saja bagiku menikahinya 'kan?. Malam ini juga kita semua akan melihat wajah asli Siti dibalik cadarnya. Siap-siap saja kalian harus kehilangan apartemen, saham dan villa."
Gio tertawa penuh kemenangan, rencananya begitu mulus sempurna tanpa cela. Dia tidak akan pernah kehilangan apapun dalam hidupnya, justru dia mendapatkan lebih dan lebih lagi.
Ternyata ini jawaban atas pertanyaan besar yang tadi ada di kepalanya. Secepat itu kebusukan suaminya terbongkar, kemudian Siti tersenyum dibalik cadarnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan pernah melepas hijab plus cadarnya. Karena itu akan menjadi kemenangan Gio dan menjadikannya tontonan orang-orang yang tidak berhak melihatnya.
Niat awalnya saja sudah salah dalam pernikahan ini. Bagaimana bisa hadir kebahagiaan yang selama ini diinginkannya dalam menjalani bahtera rumah tangga. Tapi Siti tidak mau mengecewakan Ayahnya yang sangat bahagia dengan pernikahannya.
Siti melewati Gio yang duduk santai di tepi ranjangnya yang kecil. Dari dalam lemari Siti mengeluarkan pakaian ganti kemudian dia masuk ke kamar mandi kecil yang di dalam kamarnya.
Dengan kamera yang sudah stand by Gio tersenyum lebar sambil bertepuk tangan. Taruhan itu dimenangkannya dengan angka sempurna. Sesekali Gio bersiul nyaring sambil terus mondar mandir, tatapannya pun terus tertuju pada benda persegi yang ada di depannya.
Gerakan Gio terhenti seketika saat benda persegi itu ditarik ke dalam. Selanjutnya pemandangan Siti masih lengkap dengan hijab dan cadarnya. Gio menatap kamera yang sudah bekerja lalu menatap aneh Siti yang berjalan ke arahnya.
"Sudah menjadi hakku untuk melihatmu dari ujung kaki sampai ujung kepala."
"Memang iya, tapi tidak untuk dipertontonkan pada orang-orang yang tidak berhak melihatnya."
Kening Gio berkerut. "Apa maksudmu?."
"Aku tidak perlu menutupi apa yang aku dengar tadi, kamu menikahiku karena ingin memenangkan taruhan dengan sahabat-sahabatmu."
Keduanya saling tatap sengit, Gio tidak berkutik membela diri. Diam mengakui benar yang dikatakan Siti.
"Maka aku tidak akan mudah membuatmu menang, atau bisa jadi aku akan membuatmu banyak kehilangan."
Wajah Gio terlihat sangat panik, tidak mungkin dia akan kalah dalam taruhan ini. Harta keluarga akan terkuras habis untuk taruhan konyol ini.
"Jangan lakukan!," Gio menahan tangan Siti. Tidak akan membiarkan wanita itu pergi dari hadapannya tanpa memberikan apa yang menjadi haknya.
"Aku minta maaf, Sit." Ujar Gio lemah. "Sekali saja biarkan aku melihatmu dan aku janji hanya sahabat-sahabatku yang melihatnya." Lanjut Gio memohon.
"Tidak," Siti menggeleng.
"Aku mohon," Gio tidak bisa membiarkan keluarganya jatuh miskin. Egonya yang setinggi langit pun terpaksa menapak di bumi demi memohon pada Siti.
Taruhan receh bersama ketiga sahabatnya tidak pernah dipikirkan akibatnya, Gio terlalu gegabah sampai berani mempertaruhkan semua saham perusahaan. Sedangkan ketiga temannya hanya bertaruh apartemen, villa dan saham hanya 1% saja.
Sekarang dia pusing sendiri dengan akibat yang akan ditanggungnya, kerugian yang tidak main-main besar jumlahnya. Kalau biasanya Gio selalu keluar sebagai pemenang dari setiap taruhan yang diadakannya bersama sahabat-sahabatnya. Tapi tidak dengan kali ini, sepertinya keberuntungan sedang enggan berpihak kepadanya.
Malam pertama dilewatkan mereka begitu saja, Siti tidur nyenyak di atas ranjang kamar satunya lagi. Tidak dengan Gio yang terjaga semalaman di kamar pengantin seorang diri.
Di meja makan Ayah sudah menyiapkan kopi untuk menantu laki-lakinya. Ada makanan ringan juga untuk mereka sarapan. Lalu Ayah menoleh ke arah kamar Siti tapi anaknya itu keluar dari kamar satunya lagi.
"Kalian tidur terpisah?."
"Tidak, Yah, tadi aku merapikan kamar. Sudah banyak debunya." Lalu Siti memasuki kamarnya.
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti