Sebuah insiden kecil memaksa Teresia, CEO cantik umur 27 tahun, menikah dengan Arga, pemuda desa tampan umur 20 tahun, demi menutup aib. Pernikahan tanpa cinta ini penuh gengsi, luka, dan pengkhianatan. Saat Teresia kehilangan, barulah ia menyadari... cintanya telah pergi terlalu jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Helliosi Saja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16- antara rindu dan gelisah
Di dalam mobil mewah milik Tere, suasana hening. Vina menyetir perlahan, sementara Tere hanya diam menatap ke luar jendela. Lampu-lampu jalanan kota terlihat samar di balik kaca yang mulai berkabut.
“Tere, lo beneran nggak mau langsung pulang?” tanya Vina pelan, memecah keheningan.
Tere menghela napas panjang, masih memandangi gelapnya malam. “Gue males, Vin. Gue nggak pengen ketemu Papa sama Mama dulu. Rasanya kepala gue penuh banget...”
Vina melirik sahabatnya itu. “Ya udah, apartemen lo aja?”
Tere mengangguk pelan. Tanpa banyak bicara, Vina mengarahkan mobil menuju apartemen mewah Tere di pusat kota.
Suasana malam di apartemen Tere begitu sepi. Lampu-lampu kota yang gemerlap terlihat dari balik kaca besar di ruang tamunya. Tere duduk bersandar di sofa, melepas lelah setelah hari yang panjang. Vina duduk di sebelahnya, masih memandangi Tere dengan tatapan penuh tanya.
“Ter... lo tuh kenapa sih? Dari tadi pas di café Aluna, lo kayak orang kebingungan. Mata lo nggak berhenti ngelirik si pelayan itu. Jujur aja sama gue... lo kenal dia ya?” tanya Vina, setengah menggoda tapi penuh rasa penasaran.
Tere menarik napas panjang. Hatinya kalut, pikirannya kacau. “Ah, nggak, Vin. Gue cuma... nggak nyangka aja ada pelayan sekeren itu di café favorit kita. Gitu doang.”
Vina tertawa kecil. “Hah! Lo ngakak deh. Gue juga mikir gitu sih, gantengnya kebangetan. Pelayan model gitu mah nggak usah capek-capek kerja, pelanggan cewek juga rela kali bayar cuma buat liatin dia doang!”
Tere tersenyum tipis, tapi hatinya makin gelisah. Ingatannya kembali pada sorot mata Arga yang sempat bertemu pandang dengannya. Sorot mata suaminya... yang seolah berkata banyak tanpa suara.
Ponsel Tere bergetar. Nama Rio tertera di layar. Tere ragu sejenak sebelum menjawab.
“Halo, Sayang...” suara Rio terdengar di seberang, hangat dan penuh rindu.
Tere terdiam sejenak sebelum menjawab, “Hai, sayang...”
“Kamu di mana? Aku nggak bisa hubungin kamu seharian. Aku kangen banget, Sayang...”
Tere menatap Vina sekilas. “Aku di apartemen, sayang. Sama Vina.”
“Aku nyusul ya? Please... aku bener-bener pengen ketemu kamu malam ini...”
Tere sempat ragu, tapi akhirnya berkata pelan, “Yaudah, nyusul aja...”
Vina mengerutkan dahi. “Rio mau ke sini ya?” tanyanya setelah Tere menutup telepon.
Tere hanya mengangguk pelan.
Tak lama kemudian, Rio datang dengan wajah penuh rindu. Ia memeluk Tere hangat, mencium keningnya lembut. “Sayangku... aku kangen banget. Kamu makin cantik aja...”
Vina hanya menghela napas pelan, pura-pura sibuk dengan ponselnya.
Rio duduk di samping Tere, menggenggam tangannya erat. “Jangan hilang-hilang gini dong, Sayang. Aku nungguin banget...”
Tere tersenyum samar, tapi di dadanya ada rasa sesak. Diam-diam ia memikirkan Arga.
Vina memerhatikan mereka, hatinya mulai jengkel. “Ter... gue balik duluan ya. Kalian berduaan deh. Gue nggak mau ganggu.”
“Vin, jangan gitu dong... terus kamu pulang nya bagaimana?” Tere menahan.
“Nggak, nggak apa-apa nanti aku naik taksi aja. Gue cuma... ya lo tau lah. Udah deh. Jaga diri, re...” Vina pergi, menahan rasa kesalnya.
Setelah Vina pergi, Rio membelai wajah Tere. “Sayang... aku pengen banget kita lebih sering ketemu. Aku bener-bener serius sama kamu. Kamu tau kan itu?”
Tere hanya menunduk, tak mampu menjawab. Rasa bersalah makin menyesakkan dadanya. Rio menggenggam tangannya, mengecupnya, mencoba menenangkan perasaannya.
Malam itu, Tere duduk diam di sofa, menatap lampu-lampu kota. Di satu sisi Rio yang penuh cinta, di sisi lain ada Arga yang kini bayangannya tak pernah lepas dari pikirannya.
"kamu kenapa sih yang,,,? akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam nga sering menghubungi aku". cecar Rio.
"aku nga kenapa-napa sayang,,, aku mungkin lelah dan capek aja kamu tau kan aku akhir-akhir ini sibuk banget di kantor" jawab tere.
"Ya aku tau tapi setidaknya kasih waktu untuk kita sayang", ucap Rio.
mereka saling pandang, ada perasaan rindu disana. tapi dihati tere ada perasaan gelisah yang tak menentu. mereka sudah menjalin hubungan sudah cukup lama.
"sayang,,, aku tidak ingin seperti ini terus, aku ingin segera menikahi mu." ucap Rio
tere tersentak kaget, mendengar ucapan kekasih yang dia sayang. tapi sekarang status mereka sudah berbeda, karena tere sudah memiliki suami.
tere masih merahasiakan statusnya, yang begitu cepat berubah. karena dia benar-benar mencintai Rio.
"sayang... aku tau maksud mu, beri aku waktu ya... setelah aku selesai dengan urusan kantor, kita akan bicarakan lagi. untuk saat ini aku beneran sibuk sayang..."
"baiklah sayang... aku akan menunggu.. tapi jangan terlalu lama karena aku bosan menunggu.." jawab Rio.
"tentu sayang...!" ucap tere
tampa mereka sadari, entah kekuatan dari mana tiba-tiba bibir kedua insan itu bertemu. cukup lama untuk saling melepas rindu.