Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 13
KEPUTUSAN DAN KETERPAKSAAN
“Aakkhhh— Please...” Suara dari pria yang tercekik kesakitan saat dia kehabisan napas dan tewas dalam keadaan dililit oleh sebuah tali yang ditarik oleh seorang pria yang merupakan anak buah dari Christian.
“Tuan, dia sudah tewas.” Ucap anak buahnya tadi saat mengecek.
Christian yang duduk di kursi kerjanya, pria itu menatap tajam ke pria yang sudah tak bernyawa tadi. “Buang dia disaat jam kerja selesai. Aku akan mengurus sisanya. Pria sialan!” ucap Christian benar-benar marah dengan pria yang diduga adalah rekan kerjanya namun sudah berani menusuknya dari belakang.
Tentu, dia juga sama kejamnya dengan Dom, sejak dini dialah yang mengajari bisnis gelap kepada Dom, jika soal perkelahian, Dom sendiri sudah diajari oleh orang-orang yang membesarkannya sebelum Christian, yaitu para pembunuh.
“Bagaimana soal Dom?” tanya pria paruh baya itu menatap ke asistennya saat ini.
“Tuan Dom baru saja sampai, tapi Mike bilang, tuan Dom tidak ingin diganggu.” Jelas pria tersebut yang membuat Christian berkerut alis mendapati kabar seperti itu dari putra nya.
Memang benar, semenjak kematian Amor, istri pertamanya yang menjaga dan menyayangi Dom, pria itu berubah seiring berjalannya waktu, ditambah masa lalunya dengan sang ibu kandung yang entah sekarang berada di mana.
“Aku ingin kau terus memantau kehidupan Dom, jangan sampai dia tahu.” Pinta Christian kepada anak buahnya tadi.
Sedangkan pria yang masih berdiri tadi hanya mengangguk faham dan segera pergi sembari membawa jasad dari musuh bosnya yang tergeletak di lantai. Tentu dia tidak sendirian, melainkan ada dua pria lain yang membantunya.
Bersamaan dengan perginya mereka, sebuah pesan suara baru saja masuk. Tit.. Tit... Tit.. Tit...
“Ck, siapa lagi sekarang.” Gerutu Christian yang sudah menebak bahwa yang mengirim pesan suara adalah, Ada, istri keduanya itu.
[“Jones akan tiba malam ini, kau bisa menyusul nya, atau jika tidak mau, setidaknya tetaplah di rumah.”]
Begitulah isi pesan suara tadi. Tak membalasnya, Christian mematikannya dan malas mendengarnya. Dia sudah berumur, dan hormon nya juga berubah-ubah, seperti saat ini. Christian tidak bisa menetap dengan satu wanita apalagi istrinya yang sudah berumur, dia lebih suka bermain-main dengan wanita muda dan cantik. Dasar gila!
“Dia kembali sebelum masanya habis?” gumam Christian terheran saat mengetahui bahwa Jones akan pulang sebelum tanggalnya.
Sangat mencurigakan.
...***...
“Kau tidak mau Tuan Dominic?”
Sembari menahan tangis dan emosinya, Nisa menatap ke arah Dom dengan sedikit menantang akan pernikahan yang dia ajukan. Daripada harus menjadi wanita simpanan saja, Nisa lebih memilih dinikahi secara sah.
Sudah cukup menjadi pelacurnya Gerard di masa lalu, dia tidak ingin mengulangi dosa yang sama lagi. Walupun itu terpaksa.
Pria bermata silver dan berkemeja hitam itu mulai bergerak menghampiri Nisa saat pistol mulai diturunkan. Kini jarak mereka sangat dekat dan hampir tidak ada jarak.
“Aku harap kau tidak menyesali ucapanmu.”
“Aku pasti akan menyesalinya, sampai kapanpun, karena aku harus menikah dengan pria pendosa seperti mu.” Balas Nisa yang masih berani menatapnya.
“Kalau begitu biar aku bagi dosaku dengan mu. Aku ingin tahu, sampai kapan kau bisa menahan iman yang kau anggap suci itu.” Ucap Dom membuat Nisa tercengang dan terkejut untuk sesaat.
“MIKE!” panggil Dom bersuara tinggi hingga pria bernama Mike itu langsung maju dan berdiri di sampingnya.
“Iya Tuan?”
“Panggil pendeta, aku akan menikahi wanita suci ini agar aku bisa menodainya dengan dosa ku.” Pinta Dom yang masih menatap lekat mata Nisa.
Namun ucapannya tak main-main. Sedangkan Nisa yang mendengar nama pendeta, tentu saja dia tidak setuju, karena baginya seorang muslim, berbeda tata cara melaksanakan ijab kabul.
“Aku tidak akan menikahi mu dengan menggunakan pendeta.” Tegas Nisa yang menahan lengan kekar Dom saat pria itu hendak berbalik pergi.
“This is my territory, my house and my rules. Fuck your damn religion. (Ini wilayahku, rumahku, dan aturanku. Persetan dengan agamamu yang terkutuk itu).”
Seketika Nisa langsung meraih kemeja pria itu dan mencengkram nya kuat hingga menatapnya dengan jarak dekat dan berani, meski kedua matanya berkaca-kaca.
“Jangan pernah menghina agama ataupun Tuhanku.” Gertak Nisa dengan emosi sehingga Ellie dan para pelayan di sana terkejut melihat bagaimana Nisa dengan berani mencengkram bosnya yang terkenal kejam dan angkuh itu.
Dom meraih pergelangan tangan kanan Nisa dan balik mencengkram nya.
“Pikirkan saja dirimu yang terkurung di sini. Bukankah kau percaya dengan takdir dari Tuhanmu, maka nikmati saja saat ini.” Ucap Dom melepas tangan Nisa dan pergi setelah mengatakan semua itu.
Sadar akan ucapan tadi, Nisa terdiam dan mulai memikirkan nya. -’Semua ini takdir dari Allah.‘ Pikir Nisa yang memejamkan matanya dengan sedih.
“Semoga Tuhan Anda selalu melindungi Anda Nyonya.”
Nisa menoleh saat mendengar suara wanita yang lebih tua darinya. Ellie tidak tersenyum, tapi dia menunjukkan bahwa dia turut prihatin akan keadaan Nisa saat ini yang harus terjebak dengan bosnya.
“Tuhanku akan selalu melindungi ku dari pria seperti dia. Sebaiknya kau berdoa saja untuk keselamatan bosmu.” Balas Nisa saking marahnya dengan Dom, sampai dia tidak bisa berpikir jernih selain merasa kesal dengan siapa saja yang ada di mansion tersebut.
Ellie terdiam dan tersenyum kecil. “Maafkan kelancangan saya, tapi kami harus menyelesaikan tugas kami, jika tidak nasib kami akan sama seperti mereka.” Jelas Ellie dengan sangat memohon kepada Nisa untuk tidak menolak.
Nisa menoleh ke arah mereka yang tergeletak di lantai dengan luka tembakan. Mungkin ada sekitar 7 orang yang saat ini tewas karena dia.
Wanita dengan jubah putih itu menunduk sedih dan turut berdukacita serta merasa bersalah. “Ampuni mereka Ya Allah, ampuni mereka. Ini kesalahan ku... ” Gumam pelan Nisa yang masih menunduk sedih hingga air matanya menetes.
Melihat itu, Ellie hanya diam sampai Nisa kembali menatap dengan tegas tanpa air mata lagi. Meski hatinya masih meluap amarah dan rasa sakit.
“Ayo!” balasnya dengan pasrah.
Tentu saja Ellie tak ingin membuang waktu dan segera menyuruh 4 pelayan untuk ikut dengannya bersama Nisa.
“Mari Nyonya!” ucap Ellie yang mempersilahkan Nisa untuk jalan lebih dulu.
Dengan tubuh lemas, Nisa benar-benar pasrah dan lelah, dia tidak tahu apakah pernikahan itu akan terjadi, tapi jujur saja. Dia lebih ingin dibunuh daripada harus menikah dengan Dom.
Sementara dari arah lain, terlihat Dom Toricelli menatap ke arah perginya Nisa bersama pelayan nya. Sorot matanya yang tajam seolah menunjukkan keinginan dan amarah tersendiri. “There is no God in this world. None.(Tidak ada Tuhan di dunia ini. Tidak ada).” Gumam Dom yang terlihat bagaimana dia sudah dikecewakan oleh dunia hingga berani mengatakan hal tersebut.