Kota X adalah kota tanpa tuhan, tanpa hukum, tanpa belas kasihan. Di jalanan yang penuh mayat, narkoba, prostitusi, dan pengkhianatan, hanya satu hal yang menentukan hidup dan mati: kekuasaan.
Di antara puluhan geng yang saling memangsa, berdirilah satu nama yang ditakuti semua orang—
Reno, pemimpin The Red Serpent, geng paling brutal dan paling berpengaruh di seluruh Kota X. Dengan kecerdasan, kekejaman, dan masa lalu kelam yang terus menghantuinya, Reno menguasai kota melalui darah dan api.
Namun kekuasaan sebesar itu mengundang musuh baru.
Muncul Rafael, pemimpin muda Silver Fang yang ambisius, licik, dan haus kekuasaan. Ia menantang Reno secara terbuka, memulai perang besar yang menyeret seluruh kota ke jurang kehancuran.
Di tengah perang geng, Reno harus menghadapi:
Pengkhianat dari dalam kelompoknya sendiri
Politisi korup yang ingin memanfaatkan kekacauan
Hubungan terlarang dengan Vira, wanita dari masa lalunya yang tersembunyi
Konspirasi besar yang lebih gelap dari dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boy Permana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
darah dan luka lama
Hujan mulai turun rintik-rintik ketika Reno keluar dari Klub malam itu. Udara malam seperti terasa pengap walaupun seharusnya terasa sejuk setelah pertemuan nya dengan Rafael tadi,
Reno terlihat menjadi sangat kesal.
Vira mengikuti di belakang, tubuhnya masih gemetar. Tomo berjalan mengawasi sekitar untuk memastikan tidak ada anggota Silver Fang yang menunggu di luar, sementara Iwan di perintahkan untuk menjaga klub itu.
Reno berhenti di depan mobil. Ia tidak langsung masuk. Ia berdiri beberapa detik tanpa bicara.
Tomo menatapnya. “Boss… seperti nya Rafael sengaja memancing emosi tidak mungkin Ardan masih hidup.”
Namun Reno tidak menjawab. Ia hanya menghembuskan napas panjang dan akhirnya berkata:
“Bawa Vira ke mobil.”
Tomo mengangguk dan menggandeng lengan Vira dengan lembut. “Ayo, sini.”
Vira melihat Reno sebentar, lalu masuk ke mobil tanpa kata.
Setelah memastikan semuanya aman, Reno masuk ke kursi depan. Tidak biasanya ia duduk di depan.
Mobil mulai melaju meninggalkan klub.
Di dalam mobil, suasana sangat tegang. Hanya suara hujan di kaca dan suara mesin yang terdengar.
Vira memecah keheningan dengan suara pelan.
“Reno… maaf Aku terpaksa menemui Rafael. Aku tidak”
“Bukan salahmu.” Reno memotong cepat tanpa menoleh.
Vira menunduk diam."
Tomo hanya melirik ke kaca spion.
Vira menggigit bibirnya. “Reno… kalau kamu terus diam, kita tidak bisa”
“Aku bilang diam.” Sentak Reno Nada suara tajam seperti pisau.
Vira langsung terdiam, tapi bukan karena takut. karena ia tahu Reno sedang kesal dengan Rafael.
Reno menyandarkan kepala ke kursi. Hujan yang menetes di kaca terasa seperti gema dari masa lalu yang ingin ia bunuh.
Tomo berbicara kita harus hati-hati bos jika benar yang dikatakan Rafael Ardan masih hidup.
ya kau benar Ardan sama licik nya dengan Rafael jawab Reno.
Reno akhirnya menatap kaca depan mobil, matanya dingin tapi ada kilatan sesuatu yang jarang terlihat… rasa bersalah.
“apakah dia sedang membual,” kata Reno lirih. “tiga tahun lalu… seharusnya sudah mati dengan yang lain.”
Vira hanya bisa menatap Reno dari belakang." tanpa berkata apapun
Mobil berhenti di bawah flyover yang sepi. Lampu jalan mati, menyisakan bayangan besar dari pilar-pilar beton.
“Kenapa kita harus berhenti bos?” tanya Tomo.
Reno membuka pintu. “Aku butuh udara.”
Tomo ikut keluar untuk berjaga.
Reno berjalan ke depan. Angin malam menusuk jaketnya. Ia berhenti di depan pilar besar, menatap jauh ke depan.
setelah ini aku akan meminta beberapa kapten divisi untuk berkumpul di markas utama agar menyiapkan pasukan untuk perang besar melawan Rafael.
Reno mengangguk pelan, tiga hari lagi akan ku akhiri semuanya, Rafael dan kau Ardan akan ku pastikan kau benar-benar mati.
Tomo menelan ludah. “tatapan Reno bukan lagi seperti tatapan Manusia.
3 tahun lalu Ardan mengkhianati ku dan membunuh ayah ku padahal ayah ku sudah menganggap Ardan sebagai anak nya sendiri. begitupun aku sudah menganggap nya sebagai saudara ku, jika Ardan masih hidup akan ku pastikan kali ini dia mati. "gumam Reno"
Tiba-tiba… suara motor besar berhenti dari kejauhan.
Tomo langsung mengangkat senjata. “Boss, ada”
Doorrr! Doorrr!
Tembakan menghantam dinding beton di sebelah Reno.
Reno dan Tomo berlindung di balik pilar. Dua motor besar dengan logo Silver Fang muncul dari kegelapan. Menodongkan senjata nya.
“kalian pikir bisa kabur setelah malam ini?!” teriak salah satu pria Silver Fang.
Tomo membalas tembakan. Reno keluar sedikit, menembak dua peluru tepat sasaran.
Pria pertama jatuh dari motor. Pria kedua memutar setir dan mencoba kabur, tapi Reno menembak ban belakangnya. Motor terguling, pria itu terpelanting dan menghantam aspal.
Reno berjalan mendekat dengan langkah berat.
Pria itu merangkak mundur, ketakutan. “Ja… jangan! Boss… ampun…!”
Reno menodongkan pistol ke dahinya.
“Rafael yang mengirim mu?”
Pria itu mengangguk cepat. “Iya! Dia bilang… dia bilang kirim pesan! Dia bilang…”
Reno menunggu.
Pria itu gemetar. “Dia bilang… masa lalu akan membunuhmu, Reno.”
Tomo memukul wajah pria itu agar berhenti bicara. “Kurang ajar.”
Reno menatap pria itu terakhir kali.
“Terlalu banyak bicara.”
DOORRR!!
Pria itu terbaring tak bergerak.
Reno memutar pistolnya dan memasukkannya ke sarung.
“Tomo…”
“Ya, Boss?”
“Kita tidak punya waktu lagi.”
Tomo mengangguk. “Lalu apa rencana kita Boss?”
Reno menatap kegelapan kota.
“Kita cari pengkhianat itu. Lalu…”
Ia tersenyum bengis dan menghunus pisau kecilnya, cahaya tipis memantul di matanya.
“…kita datangi Rafael lebih dulu.”
Tomo tersenyum kecil. “Akhirnya perang sesungguhnya.”
“Tidak, Tomo. Ini bukan perang geng.”
Ia menatap arah klub di kejauhan.
“Ini perang masa lalu.”
Di dalam mobil, Vira memandang Reno dari jauh dengan mata penuh kecemasan.
Karena ia tahu sesuatu yang tidak diucapkannya:
Reno bukan hanya membunuh seseorang tiga tahun lalu…
Reno juga membunuh orang yang sangat dekat dengan Rafael.
Dan ini… Perang baru saja dimulai.
Sesampai nya di markas, Reno duduk di kursi paling ujung. Vira berdiri di depannya sambil membersihkan luka di pelipisnya dengan tisu basah.
“Pertarungan malam ini cukup membuat ku lelah" ucap Renol.”
Reno mendengus pelan. “Rafael tak pernah punya nyali sebesar itu. Dia pasti dibantu seseorang.”
Vira hanya menatap Reno.
Reno mengepalkan tangan sampai kuku jarinya memutih.
“Ardan mungkin dia memang masih hidup dan bergabung dengan rafael" ucap reno