"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."
"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.
"Kadal burik," jawab Kanya asal.
"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedua Kalinya
Alan menatap nomer ponsel Kanya yang dia dapatkan dari kasir bengkel yang dia datangi bersama Kanya tadi.
Mobilnya sedang di perbaiki dan dengan terpaksa Alan menggunakan taksi untuk pergi ke tujuannya hari ini. Rencana yang dia atur untuk pertemuan tak sengajanya dengan Kanya.
Dalam perjalanan Alan menghubungi sekretarisnya untuk urusan pekerjaan. "Pekerjaan aman, Sam?" tanyanya dengan pandangan tak lepas dari jendela.
"Aman, Pak. Kalau boleh tahu kapan anda kembali, Pak?" tanya Samuel.
"Hari Senin aku pulang."
"Begini, Pak. Bu Sonya menghubungi saya, beliau bilang angkat teleponnya."
Alan menghela nafasnya. "Kamu gak perlu hiraukan, abaikan saja, biar itu jadi urusanku."
"Lalu, bagaimana dengan orang itu? Kamu sudah menemukannya?"
"Nyaris, Pak. Beberapa hari lalu dia berada di Paris. Namun saat orang kita kesana dia sudah berpindah tempat lagi."
Sialan!
Alan mengumpat dalam hati. Matanya memejam. Sudah tiga tahun terakhir Alan mencarinya dan orang itu terus lari seperti belut. Apa sebenarnya yang dia inginkan dengan terus melarikan diri.
"Terus cari! Aku tak mau tahu dia harus ditemukan!" Alan mematikan sambungan teleponnya tepat saat taksi berhenti di tempat tujuannya.
Alan keluar dari taksi dengan merapikan jasnya lalu melangkah menuju seorang gadis yang duduk dengan memunggunginya.
"Maaf, saya terlambat."
...
Kanya meremas ujung wastafel dengan mata yang menatap pada cermin di depannya. Dia masih tidak menyangka jika akan kembali di pertemukan dengan Alan. Padahal dia sudah berusaha menjauh, meski tidak terlalu jauh juga sebenarnya.
Ya, bagaimana pun dia hanya pergi keluar pulau. Yang keluar Negeri saja bisa bertemu lagi, apalagi dia yang hanya pergi ke luar pulau.
Tapi, kenapa bisa tiba-tiba Alan ada disana? Bahkan setelah lima tahun dia aman tanpa bertemu dengan pria itu.
"Kan, beneran kamu minta di pecat?" Kanya memejamkan matanya saat mendengar suara Tina teman kantornya, dengan terburu- buru Kanya mengusap air mata yang tiba-tiba menetes di pipinya. "Bisa- bisanya gak datang pas rapat audit?"
"Aku kecelakaan, Tina. Jadi harus ke bengkel dulu." Kanya memegang dadanya yang masih terasa nyeri akibat benturan tadi. Dia melihat warna kebiruan disana, pantas saja rasanya sakit. Dia bahkan tak sempat memeriksakan dirinya saking ingin segera pergi. Mungkin harusnya dia cuti saja dan pergi ke dokter. Salahnya sendiri, Kanya bahkan tak sempat merasai sakitnya tadi, yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya dia segera pergi dan menjauh dari Alan.
"Ya, tapi Pak Wayan gak peduli. Dia panggil kamu tuh."
Kanya menghela nafasnya lalu mengangguk. Setelah mencuci tangannya Kanya keluar dari kamar mandi untuk segera menemui Managernya.
...
Kanya menunduk dengan wajah pasrah saat Managernya mencercanya karena terlambat tadi pagi. Kanya hanya bisa meremas tangannya erat sebab merasa dia benar-benar sial hari ini. Kecelakaan, bertemu mantan, lalu sekarang harus dimarahi karena datang terlambat.
Dan semua yang terjadi hari ini karena satu nama.
Alan.
Gara-gara mantannya itu Kanya mengalami kesialan ini. Kanya harap setelah ini Kanya tak akan lagi bertemu dengan Alan agar tidak kembali sial.
"Sudah." Kanya menghela nafasnya saat Managernya mengatakan 'sudah'. Akhirnya ceramahnya di akhiri juga.
"Sebagai hukuman, kamu tinjau nasabah baru kita." Kanya mengerutkan keningnya. Itu bukan tugasnya. "Dia mengajukan kredit pinjaman usaha. Survei data dan pastikan itu bukan usaha bodong." ucap Si Manager.
"Tapi, Pak?"
"Pinjaman cukup besar. Kalau ini benar-benar di ACC target kamu bulan ini akan melebihi target, dan sudah di pastikan bonus kamu akan cair. Dia bilang pengajuan untuk pembukaan sebuah restoran."
Mata Kanya menjadi berbinar. Kalau begitu dia rela panas- panasan. "Jadi kamu juga harus bisa memastikan dia benar-benar dapat di percaya, juga mengajukan pinjaman pada kita."
Kanya mengangguk, "Baik Pak."
Kanya akan pergi saat ingat jika motornya belum dia perbaiki. Jadi Kanya membalik tubuhnya kembali pada Managernya dan berkata, "Begini, Pak. Motor saya rusak dan perlu di perbaiki. Jadi, bisa gak saya pake motor operasional dulu?" tanya Kanya dengan senyum manisnya. Bagaimana pun dia harus bisa mengambil hati Managernya.
"Ya, sana, kamu bisa menggunakannya." Kanya mengangguk semangat dan segera pergi dari ruangan Managernya tersebut.
Kanya menatap sebuah restoran yang sedang melakukan renovasi ulang. Dari data yang Kanya miliki restoran ini memang sudah berjalan sebelumnya, namun bangkrut dan pemilik saat ini baru membelinya lalu mengajukan pinjaman untuk memulai kembali dengan gagasan baru yang dia tulis dalam rincian data untuk pinjaman yang dia ajukan. Harus Kanya akui kalau ide barunya untuk membangun kembali restoran ini sangat menarik dan kosepnya sangat bagus. Namun untuk memberikan pinjaman dia juga harus meneliti dahulu apakah restoran ini akan sukses atau tidak. Sebab jika restoran ini merugi dan kembali bangkrut, maka setoran akan macet.
Kanya bertanya pada salah satu pegawai dengan tersenyum. "Maaf, saya dari Bank Xxx, bisa bertemu dengan Pak Candra?"
"Oh, Bisa. Silakan duduk dahulu, saya panggilkan." Kanya mengangguk lalu mendudukkan dirinya di sebuah sofa, hingga dia mendengar suara berat di belakangnya.
"Bu Kanya, sudah lama menunggu?"
semangat..
semangat..💪
alan sj blm cerai kasian kanya bs di blng pelakor wlu pernikahan alan tnpa cinta.
bisa laku tinggi, gk lama lg kan idul adha/Silent/