NovelToon NovelToon
Jangan Main HP!!!

Jangan Main HP!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Dendam Kesumat / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Jangan main HP malam hari!!!

Itu adalah satu larangan yang harus dipatuhi di kota Ravenswood.

Rahasia apa yang disembunyikan dibalik larangan itu? Apakah ada bahaya yang mengintai atau larangan itu untuk sesuatu yang lain?

Varania secara tidak sengaja mengaktifkan ponselnya, lalu teror aneh mulai mendatanginya.

*

Cerita ini murni ide penulis dan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar itu hanyalah karangan penulis, tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

follow dulu Ig : @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 : Nenek berambut merah - Cara mengatasi kutukan

Di lihat dari sisi manapun gubuk itu nyaris roboh dan tidak layak huni. Pondasinya sudah miring hampir menjorok masuk ke dalam sungai, gubuk itu sepertinya bisa roboh kapan saja.

Tok... Tok... Tok...

Varania mengetuk pintunya tiga kali sambil merapal doa-doa kebaikan yang diajarkan ibunya dalam hati. Tanpa sadar, tangannya memegang erat sisi celananya untuk mengusir rasa cemas.

"Cari siapa?" Satu suara lirih dan dalam bertanya dari belakang, Varania reflek memutar tubuhnya. Netra nya bertemu dengan manik abu-abu seorang wanita lanjut usia, rambutnya yang merah menyala digulung rapi dan sebuah jepit rambut keemasan di letakkan di atas rambutnya.

Varania memperhatikan wajah nenek itu, bukan namanya saja yang sama tetapi wajahnya pun mirip sekali dengan nenek Elizabeth. Yang berbeda dari keduanya adalah warna rambut, serta penampilannya yang aneh.

"Selamat sore nek," Sapa Varania lugas setelah keterkejutan singkat, ia tersenyum "dengan nenek Elizabeth?"

Tidak hanya Varania yang mengamati, nenek itu pun mengamatinya mulai dari rambut, wajah hingga ujung kaki Varania. Matanya tajam seperti pisau belati yang diasah selama bertahun-tahun. Mungkin hanya nenek satu ini yang memiliki tatapan tajam dan bola mata sejernih air musim semi, kendati usianya sudah lanjut. Mungkin sudah melewati tujuh puluhan.

Nenek itu memusatkan perhatian cukup lama di mata Varania kemudian bergumam, "jiwanya mulai layu..."

"Nek, apa benar Nenek-"

Nenek itu melewati Varania begitu saja, mendorong pintu dengan tongkat kayu, pintu itu seketika terbuka lebar.

"Masuklah."

Varania dengan cepat mengikuti nenek berambut merah masuk ke dalam gubuk. Ia terkejut, di dalamnya ternyata cukup rapi dan nyaman untuk ditempati.

Nenek berambut merah menunjuk karpet merah di tengah ruangan, "duduklah di sana."

Setelah itu nenek berambut merah masuk ke salah satu pintu. Mungkin kamar tidurnya.

Varania duduk diatas karpet merah, matanya merotasi, memperhatikan dinding yang terdapat beberapa lukisan abstrak dan acak. Itu lukisan langsung. Mungkinkah nenek berambut merah yang melukis semuanya?

Itu memang lukisan acak dan tidak memiliki sesuatu makna atau bentuk spesifik. Misalnya lukisan dekat pintu yang di lukis dengan tema hitam putih berupa balok-balok yang berserakan.

Lalu di belakang Varania duduk ada lagi lukisan pohon tanpa daun yang lebih mirip kayu mati, juga ada lukisan sungai. Untuk sungai ini, varania menebak sungai di dekat rumah ini. Sungai berair kuning yang sama misteriusnya dengan bayangan yang selalu Ia lihat.

"Aku membeli teh ini saat berkunjung ke desa seberang, aromanya wangi dan memiliki warna cerah alami. Cobalah, Nak." Nenek berambut merah membawa dua cangkir teh, dia meletakkan satu di depan Varania dan satu lagi dia pegang dengan tangannya yang sudah keriput.

"Terimakasih, Nek." Ucap Varania meminum sedikit teh tersebut. Matanya berbinar, ini teh yang enak. "Wah... Tehnya berbeda dari yang biasa aku minum." Katanya kagum.

"Wajah Nenek benar-benar mirip dengan Nenek Elizabeth yang meninggal tempo hari, apakah kalian kembar?" Tanya Varania

"Jika tebakanku benar kamu datang kemari bukan untuk menanyai siapa aku. Kenapa tidak menjelaskan tujuan kamu yang sebenarnya?" Kata Nenek berambut merah dengan wajahtenang.

Varania terkejut. Mungkinkah Nenek ini benar-benar tahu cara menolongnya? Tapi, itu artinya dia juga akan tahu kalau Varania sudah melanggar larangan.

"Aku tidak sengaja mengaktifkan ponsel di malam hari, sejak saat itu aku mulai mendapatkan teror aneh. Dia hanya bayangan, tapi selalu terlihat dimanapun aku berada. Belakangan aku baru sadar kulitku pucat dan mataku kehilangan rona hidup. Aku datang kemari untuk meminta solusi atas permasalahan ini." Kata Varania yang tidak punya pilihan selain mengatakan yang sebenarnya.

"Sulit... Sulit sekali." Nenek berambut merah bergumam sambil mengatakan kata-kata sulit berkali-kali.

"Apa tidak ada cara, Nek? " Tanya Varania cemas.

"Cara?" Nenek itu berpikir sambil mengusap dagu. Dia menatap lekat kemudian berkata,"tentu ada cara. Tapi sangat sulit nak, sudah banyak orang yang mencoba. Salah satunya Sam, pemuda yang mati tidak wajar itu adalah salah satu orang yang mencoba menyelesaikan caranya tapi pada akhirnya dia tidak berhasil."

"Bagaimana caranya Nek? Aku tetap harus mencobanya,"

Nenek berambut merah menatap Varania cukup lama, lalu menghela napas dalam-dalam.

"Aku tidak apakah cara ini akan berhasil atau tidak, tapi kutukan ini berawal dari kematian seorang pendahulu kota Ravenswood. Dia juga salah satu dari lima pendiri kota, kamu harus mencari makamnya dan membawa jasadnya ke sungai ini saat malam bulan purnama." Kata Nenek berambut merah mulai menjelaskan satu-satunya cara yang saat di dengar itu terasa sangat mustahil dilakukan.

"Siapa nama pendahulu itu dan dimana makamnya, Nek?" Tanya Varania, ada harapan besar di matanya. Ia harap cara tersebut dapat menyelamatkannya.

"Namanya Venalia Odana, untuk makamnya tentu ada di rumah panjang karena sedari dulu semua orang yang meninggal di bawa ke rumah itu."

Varania menggigit bibirnya cemas. Ia sudah memeriksa rumah panjang dan tidak menemukan satupun makam di sana. Ia memang belum memeriksa semuanya, tapi pintu yang berada dalam pintu itu membuatnya agak kesulitan dan kemungkinan ia bisa tersesat di dalamnya.

"Kamu ragu?" Tanya Nenek itu mengamati wajah cemas Varania.

"Aku akan melakukannya, lalu setelah mayatnya di bawa kesini apa yang harus dilakukan?" Varania bahkan tidak bisa menolak, meskipun caranya terdengar sangat mustahil, varania harus mencobanya.

"Biarkan alam yang bekerja. Konon katanya, air sungai ini dulunya sangat jernih. Setelah Venalia meninggal, airnya perlahan berubah kuning dan kotor. Diceritakan bahwa saat kutukan menghilang, air sungai akan kembali jernih."

"Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan kota ini dikutuk, tetapi yang jelas kutukan itu mulai ada sejak Venalia meninggal. Mungkin dengan membawa mayatnya ke sungai itu akan mengembalikan semuanya seperti semula."

Kedengaran tidak masuk akal! Tetapi, Varania memang tidak punya pilihan lain selain mencobanya.

"Purnama bulan ini sudah lewat, kamu hanya memiliki enam purnama tersisa untuk membawanya kemari. Jika gagal, maka kamu akan berakhir seperti Samuel.”

Jika ia tidak menemukan makam Venalia, dan jika ia tidak membawa mayatnya ke sungai, maka semuanya berakhir. Hidupnya akan berakhir.

“Dia sudah meninggal sangat lama, apa mayatnya masih ada?” Tanya Varania ragu.

Nenek berambut merah menatap tepat ke dalam netra redup Varania. Dia berkata tegas, “bahkan jika dia hanya tersisa tulang-belulang, kamu harus tetap membawanya.”

Bulu kuduk Varania berdiri. Itu terlalu mengerikan.

“Bagaimana dengan kulit dan mata aku, Nek?”

“Bayangan itu memang aneh, semakin sering kamu melihatnya akan semakin layu jiwamu. Jangan menatapnya terlalu lama, saat melihatnya kamu bisa langsung memejamkan mata.” Kata Nenek berambut merah.

“Terimakasih, Nek.” Ucap Varania.

“Pulanglah dan lakukan yang terbaik.”

Varania mengangguk sambil tersenyum. Ia harus berhasil, tidak boleh gagal. Karena kalau ia gagal, semuanya akan berakhir.

...***...

1
gaby
Baru gabung, seperti bagus dr judul critanya.
Dini Anggraini
apakah yang mengutuk kota Ravenswood itu ibu kandungnya celine yang mati karena bunuh diri setelah tahu suaminya selingkuh dengan Mathilda ya bunda author sehingga dia mau siapapun yang menggunakan HP di malam hari akan mati seperti yang terjadi pada Samuel dan orang lainnya lagi. 🙏🙏🙏🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!