NovelToon NovelToon
Emergency Daddy

Emergency Daddy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Genius / Percintaan Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa / Ayah Darurat
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Diana Putri Aritonang

Tak ingin lagi diremehkan oleh teman-temannya, seorang bocah berusia enam tahun nekad mencari 'Ayah Darurat' sempurna; tampan, cerdas, dan penyayang.

Ia menargetkan pria dewasa yang memenuhi kriteria untuk menjadi ayah daruratnya. Menggunakan kecerdasan serta keluguannya untuk memanipulisi sang pria.

Misi pun berjalan lancar. Sang bocah merasa bangga, tetapi ia ternyata tidak siap dengan perasaan yang tumbuh di hatinya. Terlebih setelah tabir di masa lalu yang terbuka dan membawa luka. Keduanya harus menghadapi kenyataan pahit.

Bagaimana kisah mereka? Akankah kebahagiaan dan cinta bisa datang dari tempat yang tidak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emergency Daddy 18.

"Masuklah, Anggi! Kau tidak lelah bolak-balik seperti itu? Elvano akan pulang, pria itu pasti akan mengantarnya."

Anggita berbalik menatap pada ibunya yang sudah berdiri di ambang pintu kediaman keluarga Abraham, tapi Anggita tak berniat menanggapi. Mengusap wajah kasar, wanita itu sedari tadi terus saja bolak-balik di teras rumah, risau menunggu kepulangan Elvano.

Saat siang, ketika ia menjemput Elvano di sekolah, Anggita sama sekali tak menemukan keberadaan putranya. Anggita seketika panik, belum lagi saat ia memeriksa kelas Elvano yang ternyata sudah kosong, hingga akhirnya Anggita mendatangi salah satu pihak keamanan di sana untuk bertanya, dan betapa kagetnya Anggita ketika pihak keamanan mengatakan jika putranya sudah lama pulang bersama sang Daddy.

Daddy?

Nathan; nama itu lah yang langsung terlintas dalam benak Anggita.

Anggita segera meninggalkan sekolah Elvano. Dengan perasaan gusar, wanita itu berpikir keras ke mana ia bisa mencari pria itu, ia harus menemukan Elvano. Anggita sama sekali tidak mengetahui apa pun tentang Nathan. Nomor ponsel pria itu, tempat bekerjanya atau bahkan alamatnya, tak ada satupun yang Anggita ketahui.

Seperti orang buta dan tak berdaya, Anggita mengitari kota. Mencoba mencari keberadaan Elvano yang pergi bersama Nathan. Namun, usaha wanita itu sia-sia, ia tetap berakhir dengan tak menemukan Elvano.

Sampai langit beranjak gelap, Anggita baru kembali ke rumah. Wanita itu bahkan enggan membersihkan diri, ia hanya melepaskan blazernya dan bergegas kembali menunggu Elvano di teras rumah. Perasaan cemas bercampur takut tergambar jelas di wajahnya. Juga tak tertinggal marah dan kesal terhadap sikap Nathan.

Sekar menggeleng melihat tingkah putrinya itu. "Beginilah resiko menjadi orang tua tunggal. Panik sendiri, kan? Tidak ada temannya," ucap Sekar dengan menggelengkan kepala, setelahnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, meninggalkan Anggita bersama keresahannya yang tetap menunggu kepulangan Elvano.

Sekar tidak merasa khawatir ketika Anggita pulang dan mengatakan dengan wajah kesal, kalau Elvano ternyata pergi bersama Nathan, pria tampan yang Sekar nilai sangat cocok untuk menjadi ayah dari cucunya.

Mendengar ucapan ibunya tentang keputusannya yang menjadi orang tua tunggal, Anggita hanya menanggapinya dengan memutar bola mata malas. Ia tetap memperhatikan gerbang mewah di ujung sana, berharap pria brandal itu segera mengembalikan anaknya.

Tak berselang lama, pintu gerbang pun akhirnya membuka dan terlihat lah sebuah mobil mewah berwarna hitam masuk melaju mendekat padanya.

Anggita bergegas turun menghampiri, ia bahkan langsung menghambur memeluk tubuh Elvano ketika putranya itu keluar dari mobil yang baru saja berhenti tepat di depan teras utama. Nathan juga menyusul keluar, ia meninggalkan Rania yang sudah tertidur pulas di kursi penumpang bagian belakang.

"El...!!" Wanita itu langsung mendekap tubuh putranya erat. Ia menangis. Perasaan cemas serta takut yang sedari tadi terus menghantuinya kini tak dapat lagi tertahan.

Anggita dengan cepat juga memeriksa tubuh Elvano, menelisik keseluruhan tubuh anaknya, memastikan bahwa keadaan putranya baik-baik saja.

"I'm okay, Mom," ucap Elvano saat melihat kekhawatiran besar pada wajah Anggita.

Wanita itu hanya mengangguk dengan linangan air mata. Ia kembali memeluk anaknya, begitu erat, sangat erat, tanpa menyadari kehadiran orang lain di sana.

Elvano membalas pelukan ibunya, mengusap pelan punggung sang ibu menggunakan tangan mungilnya. Elvano sudah tahu akan beginilah reaksi Anggita. Sang ibu akan cemas jika Elvano terlalu lama menghabiskan waktu di luar terlebih tanpa pengawasannya.

Sedangkan Nathan, pria itu sudah terpaku di tempat saat melihat reaksi Anggita, juga interaksi keduanya yang bisa Nathan rasakan betapa besarnya kekhawatiran wanita itu pada Elvano. Nathan jadi merasa bersalah, karena telah membawa Elvano begitu saja.

"Aku hanya pergi bermain bersama Daddy di mall, Mom." Dua tangan mungil itu mengusap air mata Anggita. Ia tersenyum lebar saat melihat ekspresi ibunya yang seketika berubah, pupil mata wanita itu melebar.

Sepertinya Anggita baru sadar akan adanya kehadiran Nathan di sana.

Anggita langsung mengusap wajah. Ia bergegas berdiri dan segera meminta Elvano untuk masuk.

Elvano menurut, ia dengan santai menaiki anak tangga untuk mencapai teras pintu utama, dan setelah sampai di sana bocah itu kemudian berbalik. "Maafkan lah Daddy, jika Daddy meminta maafnya dengan benar, Mom. Dan jangan bertengkar, temanku, Rania masih tidur." Elvano menunjuk kaca mobil Nathan bagian belakang. Memberi tahu dua orang dewasa itu untuk tidak melakukan hal konyol seperti tempo hari, di atas sofa. Yang bisa saja membangunkan tidur temannya, Rania.

Anggita terperangah dengan ucapan putranya. Belum lagi sebutan Daddy yang kian hari makin gencar saja Elvano gaungkan.

"Good luck and good night, Dad," ucap Elvano begitu manis. Bocah itu seakan tak melihat netra sang ibu yang kini sudah melotot tajam ke arahnya.

"Good night too, My son."

Elvano dan Nathan saling melempar senyuman sebelum akhirnya Elvano berlalu masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Anggita yang menganga dan kini beralih menatap tajam pada Nathan. Wanita itu bersiap mencerca Nathan dengan berbagai bentuk kemarahan dan tidak terimanya ia saat Nathan dengan sesuka hati membawa Elvano pergi tanpa izin darinya.

"Maafkan aku, karena sudah mengajak Elvano tanpa memberi tahumu," ucap Nathan akhirnya dengan menatap netra Anggita yang merah sudah menajam. Nathan sadar ia salah.

"Maaf katamu? Bukankah kau sendiri yang mengatakan maaf itu tidak berguna." Anggita menekan suaranya. Wanita itu berusaha mengendalikan diri, mengingat Elvano tadi mengatakan jika ada temannya yang tertidur di dalam mobil.

Tangan Anggita bahkan sudah mengepal, tergambar jelas amarah dan kesalnya wanita itu pada Nathan.

"Aku sudah bilang, jauhi putraku! Abaikan ucapannya!" Untuk kesekian kalinya Anggita memperingati. "Sekarang pergilah! Jangan pernah menemui Elvano lagi!"

"Maaf, aku tidak bisa."

Anggita semakin melotot pada Nathan. "Apa maksudmu tidak bisa? Kau tidak bisa mengabaikan tawaran konyol putraku, itu maksudmu, hah?!" Cerca Anggita, tatapannya begitu nyalang terarah pada Nathan. "Dasar pria gila! Kau bisa saja...akh...!"

Anggita tersentak.

"Emmm..."

Bola mata Anggita seketika membulat sempurna saat Nathan meraih tubuhnya untuk mendekat dan dengan lancang, Nathan menempelkan bibir mereka.

Mengunci manik itu lekat, Nathan hanya diam. Membiarkan waktu mengambil alih semua, ia ingin meyakinkan dan merasakan sesuatu yang ternyata semakin bergemuruh hebat di dalam dada.

"I'm crazy about you...,"¹ bisik Nathan tepat di atas bibir Anggita. Hembusan napas dari perkataan pria itu mampu menyapu hangat wajah Anggita.

Anggita hanya bisa terpaku, netranya yang membulat bahkan tahan untuk tak berkedip. Termasuk saat Nathan kembali mempertemukan bibir mereka dan secara perlahan memberikan sesepan dengan netra yang mulai terpejam.

Begitu menikmati, pria itu kini tak lagi memiliki keraguan akan satu hal; Ia benar telah jatuh hati. Dirinya telah jatuh cinta pada Anggita.

This is love. Not just mere interest.²

***

¹~ Aku tergila-gila padamu.

²~ Ini cinta. Bukan hanya sekedar ketertarikan semata.

1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
sangsi sosial lebih kejam dari sekedar masuk penjara. itu resiko km siapa suruh dulu jahatnya kebangetan/Proud//Bye-Bye/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
tau, km balsem napi/Sneer/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
dad jon udah tau duluan kali/Chuckle//Grin/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
paham lah Agam. cukup mengangguk dia gak nyerocos seperti km/Tongue/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
tengil bgt sumpah inget umur oyyy
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
asem bgt nathan
〈⎳ FT. Zira
nathan beda.. dia dah tau tapi teetep maju tuh.. padahal tau bakal di tendang juga tetep maju.. kurang apaa coba?? perlu cat rambut lagi atau gimana?

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
dad jon tetep yg paling dittakuti..tapi dad jon juga takutnya sama bini/Facepalm/
〈⎳ FT. Zira
tapi kalo ma Hena berubah jadi power ranger dia Nat/Joyful//Joyful/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
balsem sama ivan aja, nathan sama aku/Awkward/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
semoga gak direstui/Sly/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
dih, dih kagak
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
habis ini Agam ngamok
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
ceriwis, aku ingat Zoya dengar kata ceriwis
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
si Balsem mewek gak lihat ini
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
luuu jadi pak tarno Nat/Speechless/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
udah terakhir aja, padahal aku nunggu Agam sama rania/Smug/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
dih kurang ajar nih orang/Facepalm/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
bau Ivan/CoolGuy/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐰Aquͩeᷱeͥnͤɑ Кιкαη🐰
gak suka sumpah, luuu cari yg lain napa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!