Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buat Emosi Saja
Mutia nampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Dito barusan, ia sama sekali tidak menyangka kalau Dito akan mengatakan hal itu padanya. Dito paham betul apa yang Mutia rasakan saat ini, pasti wanita itu terkejut bukan main dengan apa yang baru saja ia katakan. Dito tak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak mengatakan apa yang sangat ingin ia ungkapkan pada Mutia. Dito tahu bahwa saat ini Mutia masih dalam masa idah dan ia akan menunggu sampai itu selesai.
"Saya serius dengan apa yang saya katakan, saya mau menikahi kamu dan saya akan menunggu kamu."
"Lebih baik jangan tunggu saya, saya nggak ada niatan untuk menikah lagi. Saya mau fokus saja dengan anak-anak."
Dito nampak tak terlalu terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Mutia barusan, sejujurnya ia sendiri pun juga sudah tahu kalau Mutia pasti akan menolaknya dengan berbagai alasan karena masih trauma dengan penghianatan yang dilakukan oleh mantan suaminya.
"Saya tahu kalau kamu masih trauma dengan namanya pernikahan dan saya juga gak mau memaksa kamu untuk menikah dengan saya. Saya hanya ingin kamu tahu bagaimana perasaan saya sama kamu."
Mutia terdiam mendengar ucapan Dito barusan, pria itu nampak sangat tulus padanya dan menyentuh hatinya namun ia tak mau terjebak dalam kegagalan berumah tangga lagi. Apalagi Dito usinya jauh di bawahnya ditambah Luluk yang tidak suka padanya. Ia pasti akan mendapatkan konflik besar kalau nekat memilih jalan ini.
"Hanya itu saja yang mau saya katakan sama kamu, saya harap kamu mau mempertimbangkannya."
Selepas mengatakan itu, Dito pun pamit pada Mutia yang masih terdiam dan belum juga mengatakan apa pun. Selepas Dito pergi, Mutia menghela napasnya panjang.
****
Ahmad dan Leha masuk ke dalam ruangan inap Mutia selepas Dito pergi, keduanya tadi sudah sempat mencuri dengar apa yang dikatakan oleh pria itu pada Mutia.
"Siapa dia?" tanya Ahmad.
Mutia kemudian menceritakan pada sang ayah siapa Dito dan bagaimana mereka bisa kenal, Ahmad pun menyimak semua cerita dari Mutia barusan tanpa ia potong.
"Sepertinya dia adalah orang yang baik," ujar Leha.
"Dia memang orang yang baik," ujar Mutia.
"Apakah kamu ada rasa sama dia?"
"Aku nggak berpikir untuk menikah lagi."
"Kamu jangan bilang seperti itu, siapa tahu kelak jodoh kamu itu dia."
Ahmad memberikan tatapan pada sang istri untuk tidak berkomentar lagi dan Leha pun kemudian diam setelah mendapatkan peringatan itu dari sang suami.
"Aku memang gak akan menikah lagi, aku hanya ingin fokus pada anak-anak."
"Ayah sejujurnya gak ada masalah kalau kamu mau menikah lagi selepas ini, kalau memang kamu yakin akan hatimu. Tapi kalau memang kamu nggak ingin menikah lagi, maka apa pun itu akan Ayah dukung keputusanmu."
"Terima kasih karena Ayah sudah paham."
Ahmad menganggukan kepalanya, ia tersenyum lembut pada putrinya ini dan kemudian memeluknya. Leha sendiri nampak menghela napas panjang, ia tahu betul kalau Dito sepertinya orang yang baik dan bisa melindungi Mutia ke depannya namun kalau memang Mutia tidak mau menikah lagi maka ia juga tidak bisa memaksanya.
****
Dito berdoa pada Tuhan semoga saja Mutia akan menjadi jodohnya, ia nampak mengangkat kedua tangannya selepas salat dan setelah doa panjang dan penuh pengharapan itu, ia pun segera merapihkan sajadah yang ia gunakan untuk salat barusan. Luluk menunggunya di ruang tengah, wanita itu itu nampak menatap Dito serius.
"Dito, Mama mau bicara."
"Bicara apa lagi?"
"Tolong kamu dengarkan Mama, Mama mencarikan kamu jodoh itu bukan sekedar asal-asalan. Mama mau kamu berjodoh dengan wanita baik-baik."
"Aku tahu niat Mama baik tapi soal mau atau tidaknya kan semua tergantung aku."
"Kamu berani membantah apa yang Mama ucapkan?"
"Bukannya aku membantah, hanya saja aku kan punya hak untuk mengatakan iya dan tidak. Dan untuk masalah perjodohan ini maka aku dengan tegas mengatakan tidak. Maka tolong Mama juga paham akan hal itu dan gak memaksa aku lagi."
Luluk nampak tak terima dengan penolakan yang dilakukan oleh Dito barusan, sampai kapan pun, ia tak akan bisa menerima Mutia sebagai jodoh untuk Dito.
"Dan apakah kamu masih saja mau mempertahankan argumen kamu supaya berjodoh dengan janda itu?!"
"Ma, tolong jangan sebut Mutia seperti itu."
"Kenapa? Dia memang janda! Janda kurang ajar yang sudah merebut anakku!"
****
Mutia hari ini sudah diizinkan pulang dari rumah sakit oleh dokter, Ahmad dan Leha membawa Mutia dan kedua anaknya ke rumah mereka. Mutia tidak bisa lagi menolak karena mereka adalah kedua orang tuanya. Saat mereka berdua keluar dari rumah sakit dengan membawa Mutia, nampak seseorang berjalan ke arah mereka dan orang itu adalah Luluk.
"Bagus sekali, kamu sekarang berpura-pura sakit untuk membuat anak saya semakin simpati pada kamu! Dasar janda gatel penggoda anak orang!" seru Luluk dengan nada tinggi yang membuat beberapa orang melirik ke arah Mutia dan membuatnya menjadi malu.
"Maaf, tapi anda ini siapa berani menuduh anak saya yang bukan-bukan?" ujar Leha tak terima dengan ucapan Luluk barusan.
"Oh jadi kamu ibunya janda gatel ini? Tolong bilang sama dia jangan gatel sama anak saya. Apalagi membuat drama murahan seperti ini. Sampai kapan pun saya nggak sudi anak saya menikah sama janda miskin dan hanya memanfaatkan anak saya."
"Tolong anda mulutnya dijaga, anak saya bukan wanita seperti yang anda katakan barusan."
"Masih saja membela dia, asal kalian tahu saja, memang dia ini janda penggoda! Penampilan saja alim padahal kelakuannya sama saja seperti wanita penghibur di klub malam."
Leha nampak emosi dengan apa yang Luluk katakan barusan, Ahmad gegas meminta sang istri untuk sabar dan tidak terpancing dengan apa yang dikatakan oleh Luluk barusan.
"Tapi dia sudah kurang ajar, dia sudah menuduh anak kita yang bukan-bukan."
"Kita pulang saja, jangan buat ribut di sini."
****
Ketika tiba di rumah, Leha tak bisa menahan diri mengomel soal kelakuan Luluk yang bisa-bisanya menuding Mutia adalah wanita penggoda malah nada bicaranya tinggi dan penuh penghinaan di depan banyak orang. Akibat apa yang dikatakan oleh Luluk maka tadi banyak orang yang menatap ke arah Mutia dengan tatapan yang tidak enak.
"Sudahlah Bu, jangan dipikirkan apa yang dikatakan oleh wanita itu," ujar Ahmad.
"Bagaimana bisa Ibu nggak memikirkannya? Dia itu sudah melakukan fitnah tak berdasar pada anak kita," jawab Leha yang terlihat sangat emosi.
"Ayah paham kalau Ibu sedang marah saat ini, tapi tolong kendalikan diri."