Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama 32 tahun pernikahannya dengan Johan.
Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.
Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.
Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!
Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?
Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengejar kembali mimpinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#10
#10
Dengan tatapan dinginnya, tuan Gusman melihat satu-persatu wajah orang-orang yang bermaksud mendepaknya dari perusahaan. Agaknya para Dewan Direksi sebagian besar mulai berpaling karena dirinya kini tak memiliki seorang penerus.
Jadi karena inilah rapat diadakan? untuk membicarakan keberlangsungan perusahaan, perlu adanya seorang penerus. Dan jika Gusman tak memiliki penerus, saudara tiri dan sepupunya siap untuk mengambil alih, dua orang itu mulai besar kepala karena kini mulai mendapat dukungan dari pemilik saham mayoritas.
Tak bisa di pungkiri jika tuan Gusman teramat geram ketika mengetahui kenyataan tersebut, tanpa menunggu rapat selesai, tuan Gusman meninggalkan pertemuan yang hanya membuatnya tersudut.
“Gung, Antar Aku kembali ke rumah peristirahatan!” Tuan Gusman kini tinggal di rumah tersebut, karena di sana adalah rumah yang menjadi tempat tinggal Almarhumah istrinya.
“Tapi, Kita baru saja kembali dari sana, Tuan.”
“Sejak kapan Kamu berani membantah kata-kataku?!” bentak Tuan Gusman.
Agung pun tak lagi membantah, pria itu kembali membuka pintu mobil untuk tuan Gusman, kemudian berbalik kembali ke tempat semula.
Hujan masih turun lebat, mungkin di beberapa titik lokasi akan mengalami banjir.
Agung mengemudi dengan baik, rambu-rambu lalu lintas ia perhatikan demi keselamatan berkendara. Tapi ketika berbelok, mobilnya menabrak sesuatu berwarna putih.
Mobil berhenti mendadak, karena kaki kiri Agung dengan sigap menginjak rem. “Ada apa, Gung?”
“Maaf, Tuan, sepertinya Saya menabrak sesuatu.”
“Apa?! Cepat periksa! berharaplah jika yang Kamu tabrak hanyalah batu atau pembatas jalan.”
Agung pun turun, guna memeriksa benda apa gerangan yang ia tabrak. “Dasar ceroboh,” gerutu tuan Gusman. Pria berusia 50 tahun tersebut, mencondongkan tubuhnya kedepan, bermaksud mencari tahu apa yang terjadi.
Tuk
Tuk
Agung mengetuk kaca jendela tuan Gusman. “Ada apa?” tanya tuan Gusman.
Wajah agung terlihat resah, “Gawat, Tuan, sepertinya Saya menabrak Seseorang.”
Tuan Gusman tercengang, Mungkin ini juga salahnya karena hari ini sudah membuat Agung kelelahan mengemudi bolak-balik dari rumah ke villa, kemudian kembali ke kantor, dan sekarang kembali menuju villa peristirahatan
“Dasar Kamu!! Parah atau tidak?!”
“Sepertinya tidak, Tuan.”
“Kok sepertinya?”
“Iya, karena tak ada luka yang terlihat di tubuh Wanita itu.”
“Dia, seorang wanita?”
Agung mengangguk, “Cepat, bawa masuk ke mobil!!”
Tanpa menunggu lama, Agung memapah tubuh Marina yang basah kuyup karena hujan.
•••
Marina membuka kedua matanya, ia terbangun di ruangan asing yang tidak dikenalnya. Tubuhnya berbalut selimut dan di punggung tangannya menancap jarum infus.
Apa yang terjadi dengannya, Marina ingat jika semalam di bawah guyuran hujan, ia nekat menyeberang jalan, guna menghentikan taksi untuk pulang ke rumah. Tapi tiba-tiba perutnya kembali terasa seperti diremas dengan kuat, karena tak tahan dengan rasa sakit tersebut, Marina pun limbung bertepatan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di dekat tubuhnya.
Marina meraba permukaan perutnya, ia tak tahu apa yang terjadi, mungkinkah penyakit mematikan sedang menggerogoti tubuhnya. Mendadak Marina merasa takut, akankah nasibnya benar-benar berakhir dengan kemalangan?
Setelah mengetahui pengkhianatan Johan, serta mendapat perlakuan tak menyenangkan dari suami dan anak-anaknya, Marina sudah bertekad akan hidup mandiri dan membahagiakan dirinya sendiri. Tapi niat tersebut bahkan baru terucap, dan kini ia berhadapan dengan situasi tak menyenangkan, bahkan sangat mengkhawatirkan.
“Tidak, ini pasti tidak mungkin, pasti hanya sakit perut biasa. Iya ini hanya sakit perut biasa.” Marina menghibur dirinya sendiri.
“Selamat pagi,” sapa seseorang yang baru saja masuk ke ruangan.
“P-pagi … “ jawab Marina dengan suara lirih.
“Bagaimana perasaan Ibu?” tanya wanita itu.
“Ini dimana?” Alih-alih menjawab, Marina justru balik bertanya.
“Ini Rumah Sakit, Bu.”
“Hah?!”
“Semalam, Tuan datang membawa Ibu yang sudah pingsan di jalan. Syukurlah Ibu segera mendapat pertolongan, jika tidak, mungkin Ibu sudah mengalami hipotermia, karena terlalu lama kehujanan.” Wanita itu menuturkan kondisi Marina ketika datang semalam.
“Anda ini?”
“Saya Dokter yang menangani Ibu.”
Marina bernafas lega, syukurlah ia bertemu orang baik, jika tidak mungkin kini dirinya akan jadi gembel di jalanan. Karena Johan pasti mengusirnya dari rumah, setelah Marina minta diceraikan.
Ini adalah alasan lain kenapa selama ini Marina begitu menghemat pengeluaran, selain agar Marina bisa menabung untuk diri sendiri. Johan adalah Laki-laki yang cukup perhitungan, tapi ingin semuanya serba istimewa dengan pelayanan paripurna. Karena itulah, Marina mati-matian menghemat uang kebutuhan sehari-hari.
Tapi setelah berhasil menekan Marina dengan uang belanja yang tak cukup memadai, Johan justru bermain-main dengan wanita lain. Karena merasa bahwa uangnya kini sudah cukup melimpah, padahal jika Marina mau, ia bisa saja meminta uang lebih untuk menyenangkan dirinya sendiri. Namun hal itu tak Marina lakukan karena ia sangat menghormati, dan menghargai setiap jerih payah Johan.
“Maaf, apakah selama ini Ibu menjalani pola hidup sehat? Maksud Saya, makan teratur, istirahat cukup, tidak stress, atau kelelahan.” Dokter wanita tersebut kembali melanjutkan kalimatnya.
Marina tertegun menatapnya, “Belakangan ini Saya cukup tertekan, Dok, banyak pikiran, tubuh pun lelah tapi Saya abaikan, jadi akhirnya Saya juga kehilangan selera makan.”
Dokter itu tersenyum dan dengan sabar mendengarkan keluh kesah Marina, bahkan mengusap lengan Marina kala wanita itu bertutur. “Pantas saja asam lambung Ibu naik, apakah keluarga Ibu sudah tahu?”
Marina kembali tertawa getir, “Mereka punya dunia sendiri-sendiri, Saya hanyalah tangga yang mereka pijak, tapi setelah sampai diatas Saya dilupakan,” kenang Marina mengingat semua yang telah ia lakukan, perjuangkan, demi kesuksesan suami dan anaknya.
Bukan Marina berharap balas jasa, tapi setidaknya sedikit penghormatan, serta penghargaan itu sudah lebih dari cukup sebagai pengobat lelah serta penghibur hati.
“Sudah-sudah, jangan terlalu disesali, ingat Ibu masih punya Allah, yang tidak pernah tidur, Allah yang akan membalas semua jasa-jasa Ibu, bahkan berlipat-lipat kali lebih banyak. Sekarang Ibu Fokus istirahat saja di sini.”
“Maaf, ini tempat apa?” Kembali Marina bertanya, setelah dokter menyelesaikan kalimatnya.
“Ini Rumah Sakit pribadi milik Tuan Gusman, beliau membangun tempat ini untuk pasien yang juga membutuhkan tempat istirahat yang tenang, bukan hanya sekedar perawatan medis.”
Penuturan sang dokter membuat Marina semakin penasaran, tempat apa gerangan ini? Kenapa dokternya tak memberikan resep obat, justru menanyakan kesehariannya?
“Tuan Gusman itu siapa?”
bawang jahatna ya si Sonia
aku ngakak bukan cuma senyum2
itu bapak Gusman kira kira puber keberapa ya🤣🤣🤣