NovelToon NovelToon
Balas Dendam Psikopat

Balas Dendam Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Maurahayu

Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.

Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?

Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 RENCANA YANG MULAI DISUSUN

"Apa aku benar-benar sudah kehilangan dia?" bisik Cintia pelan, menatap kosong ke arah pintu toko yang tetap diam tak bergerak. Udara sore itu terasa terlalu lengang, seakan ikut mengejek perasaannya yang campur aduk.

Namun sebelum ia sempat melanjutkan lamunannya, suara pintu berderit membuatnya tersentak. Seseorang masuk, dan ia segera mengangkat wajahnya dengan harapan yang tiba-tiba muncul, hanya untuk terbenam lagi saat melihat siapa yang datang.

"Luna," ujarnya datar, berusaha menyembunyikan kekecewaannya.

Luna tersenyum lebar, tanpa sadar bahwa kehadirannya bukanlah yang ditunggu oleh Cintia. "Hai, Cin. Aku lewat sini dan pikir mampir sebentar. Kamu nggak keberatan, kan?"

Cintia menarik napas dalam-dalam. "Tentu aja nggak. Duduk aja." Tangannya menunjuk kursi di depan meja kasir, senyum kecil terpaksa menghiasi wajahnya. Ia sudah terlalu mahir menyembunyikan perasaannya.

Luna duduk, lalu meletakkan tasnya di atas meja. "Aku cuma pengen ngobrol. Akhir-akhir ini aku senang banget bisa ngobrol sama kamu. Rasanya… ya, aku merasa lebih lega aja. Kamu tuh pendengar yang baik, Cin."

Cintia tersenyum tipis. Di dalam hatinya, ia mendengus. "Pendengar yang baik? Aku hanya mendengar untuk mencari celah menghancurkan hidupmu, Lu." Tapi wajahnya tetap ramah. Ia tahu, rencananya sedang berjalan dengan baik.

"Kamu terlalu baik sama aku," balas Cintia, menundukkan kepala, lalu berpura-pura sibuk merapikan beberapa barang di kasir. "Kadang aku ngerasa nggak pantas jadi temanmu."

Luna menggeleng cepat. "Jangan ngomong gitu, dong. Kamu tahu, aku justru senang banget akhirnya bisa dekat sama kamu. Aku banyak menyesal soal masa lalu kita. Aku tahu aku dulu jahat banget ke kamu. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa menebus semua itu."

Cintia berhenti sejenak, memandangi Luna dengan tatapan yang hampir membuat Luna merasa bersalah lebih dalam. "Aku nggak pernah menyimpan dendam, Lu. Semua orang bisa berubah." Kebohongan sempurna, pikirnya.

Luna tersenyum lega, tapi senyum itu justru membuat hati Cintia semakin panas. "Berubah? Kau pikir permintaan maafmu bisa menghapus semua luka itu?"

Setelah Luna pergi, Cintia duduk kembali di kursi kasir, memeluk dirinya sendiri. Ia terdiam cukup lama, membiarkan semua percakapan tadi berputar di kepalanya. Ada rasa puas kecil yang mulai tumbuh di hatinya. Luna semakin percaya padanya. Langkah pertama rencananya telah berhasil.

Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Araf. Ia belum muncul lagi sejak terakhir kali mereka bertengkar kecil di toko ini. "Apa aku terlalu keras padanya?" pikir Cintia, tapi segera ia menggelengkan kepala. "Aku nggak boleh terganggu. Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal lain," gumamnya sendiri.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk.

Araf:

"Kamu baik-baik aja? Maaf kalau aku nggak muncul akhir-akhir ini. Aku cuma butuh waktu, itu aja."

Cintia menatap pesan itu lama. Ia ingin membalas, tapi apa yang harus ia katakan? Ia menghela napas, lalu meletakkan ponsel itu kembali tanpa mengetik apapun. "Nggak sekarang. Aku nggak butuh gangguan," pikirnya.

Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke kamar kecil di belakang toko. Di sanalah, di balik pintu kayu yang usang, ia menyimpan sebuah kotak kecil. Ia membukanya perlahan, memastikan bahwa foto itu masih ada di dalamnya.

Foto itu adalah sebuah bukti kecil masa lalu Luna. Ia menemukannya beberapa minggu lalu, saat Luna tanpa sengaja meninggalkan tasnya di toko. Di foto itu, Luna terlihat bersama seorang pria yang jauh lebih tua darinya, dengan senyum yang terasa aneh dan penuh rahasia. "Aku tahu ada sesuatu di sini," pikir Cintia sambil menatap foto itu untuk kesekian kalinya.

Luna pernah menyebutkan pria itu sekilas ketika mereka mengobrol. Ia bilang pria itu adalah "teman lama keluarga", tapi nada suaranya saat menyebutnya terdengar canggung. Cintia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Luna. Dan ia berencana untuk mencari tahu lebih banyak.

Hari-hari berikutnya, Cintia semakin sering menghabiskan waktu dengan Luna. Ia mulai mengundang Luna untuk datang ke toko lebih sering, bahkan kadang mengajaknya pergi ke kafe kecil di dekat Tamansari. Luna, yang merasa bersalah dan berusaha memperbaiki hubungannya dengan Cintia, tidak menolak.

"Kamu tahu, Cin," kata Luna suatu sore, sambil menyeruput minumannya. "Aku sering mikir, kalau aku bisa balik ke masa lalu, aku pengen banget minta maaf ke kamu lebih cepat. Aku nggak tahu kenapa waktu itu aku begitu jahat ke kamu."

Cintia tersenyum kecil, berusaha menahan emosinya. "Dulu, aku pikir kamu cuma benci aku. Tapi sekarang aku ngerti... mungkin kamu juga punya masalah sendiri waktu itu."

Luna mengangguk pelan, matanya menerawang. "Ya, mungkin. Keluargaku nggak pernah benar-benar harmonis, kamu tahu. Aku nggak pernah cerita ini ke siapa-siapa, tapi… aku nggak pernah merasa benar-benar punya rumah."

Cintia menatap Luna dengan ekspresi iba yang dibuat-buat. "Aku ngerti, Lu. Aku juga nggak punya rumah yang bener-bener nyaman. Ayahku… ya, kamu tahu sendiri gimana dia."

Luna menggenggam tangan Cintia di atas meja. "Aku janji, aku bakal jadi teman yang lebih baik buat kamu sekarang. Aku nggak mau ulangi kesalahan yang sama."

Cintia menundukkan kepala, menyembunyikan senyum liciknya. "Teruslah percaya padaku, Lu. Kau bahkan nggak tahu kalau aku sedang menggali kuburmu sendiri."

Percakapan dengan Luna semakin hari semakin membuka banyak rahasia. Luna mulai berbicara tentang keluarganya, termasuk tentang pria di foto itu.

"Dia teman lama keluargaku," kata Luna suatu hari saat mereka sedang duduk di bangku taman. "Waktu itu, aku masih remaja, dan dia sering datang ke rumah. Tapi aku nggak suka dia. Aku selalu merasa dia… aneh. Aku nggak tahu gimana cara jelasinya."

Cintia mengangguk, berpura-pura mendengarkan dengan penuh perhatian. "Kenapa aneh? Maksudmu, dia pernah ngelakuin sesuatu ke kamu?"

Luna terdiam sejenak, tampak ragu. "Nggak, nggak gitu. Cuma… dia sering terlalu dekat, kalau kamu ngerti maksudku. Aku nggak nyaman. Tapi aku nggak pernah bilang ke siapa-siapa, karena aku takut nggak ada yang percaya."

Cintia mengangguk pelan, menyimpan semua informasi itu dalam pikirannya. "Ini bisa jadi celah," pikirnya. Tapi ia tahu, ia harus berhati-hati. Ia tidak bisa terburu-buru.

"Kalau kamu nggak nyaman, kenapa nggak ngomong ke keluargamu?" tanya Cintia, mencoba mendorong Luna untuk bercerita lebih banyak.

Luna menghela napas. "Keluargaku nggak seperti itu, Cin. Mereka nggak peduli, selama dia nggak kelihatan berbuat salah. Jadi aku cuma… ya, aku pendam aja semuanya."

Cintia menatap Luna dengan tatapan yang seolah-olah penuh simpati. Tapi di balik itu, otaknya bekerja keras, menyusun strategi. "Kau bahkan tidak sadar, Lu, bahwa kau sedang memberiku senjata untuk menghancurkanmu."

Malam itu, setelah Luna pulang, Cintia duduk di kamarnya, memikirkan semua informasi yang berhasil ia kumpulkan. Ia tahu, ia harus menyusun langkah selanjutnya dengan hati-hati. Luna sudah mulai percaya padanya, dan itu adalah keuntungan besar.

Namun, pikirannya terganggu ketika ponselnya kembali bergetar. Sebuah pesan dari Araf.

Araf:

"Aku harus bicara sama kamu. Ini penting. Aku di depan toko sekarang."

Cintia terkejut, tapi ia segera bangkit dan berjalan ke depan. Di luar, Araf berdiri dengan wajah yang penuh kecemasan.

"Ada apa?" tanya Cintia, suaranya terdengar dingin meskipun ia sebenarnya penasaran.

Araf menatapnya dalam-dalam. "Aku cuma mau tahu satu hal, Cin… Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?"

Cintia tertegun.

1
Apin🐦🚬
done mampir tante
𝐫𝐚.: Thanks Alvin.
total 1 replies
MissHalu🐌🐢
bisa gak Cintia kamu jangan ngejar dendam, aku takut kamu terluka dan luka itu lebih besar dari luka yg pernah kamu rasakan sebelumnya 😔
MissHalu🐌🐢
tidak ada kata terlambat untuk lebih baik dari kemarin
Jeje
Balas dendammmmm
MissHalu🐌🐢
Cintia.. kamu sibuk dengan rencana balas dendam mu,tanpa kamu pikirkan bagaimana masa depan mu🥺
𝐫𝐚.: Cintia bilang "Masa depanku, balas dendam ku." 💃🔥
total 1 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
kq serem ya, kira kira siapa yg di balik pesan anonim it
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
wajarlah Cintia berfikiran begitu ttg Luna, Krn dya yg SDH membully Cintia, pasti berbelas di hati dan ingatannya Cintia.
tetel semangat ya Cintia
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩: terbawa ke novel author 🤣
𝐫𝐚.: Tetep semangat untuk Kak Sakura, semoga jantung aman sampe tamat 🙏🥲😂
total 2 replies
MissHalu🐌🐢
Cintia 😔

jadi Mak yg merasa takut tauuu
🌸 Yaya Gea ʕっ•ᴥ•ʔっ✿࿐
aku mampir Thor 😊
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
Cintia berusaha iklas it lebih baik, kl km bales sama aja km sprti dya.
ambil hikmah dari kejadian dlu. it yg membuat km bertahan smpe skg
MissHalu🐌🐢: ya setuju... karna perasaan dendam sebenarnya akan mencelakakan diri sendiri
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩: aq terbawa suasana dalam novel author 🤣
total 3 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
knp g berdamai dengan keadaan aja Cintia, hilang dendammu walaupun sakit bgt
MissHalu🐌🐢
ternyata mimpi..
sebenarnya Cintia mimpi mu adakah gambaran yg terjadi kelak,rasa luka yg membawa dendam dan rasa dendam yg akan membawa celaka
MissHalu🐌🐢
cuma bisa menghela napas atas sikap Cintia 😔
MissHalu🐌🐢
lanjutkan /Determined//Determined//Determined/
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
Cintia berdamai dengan keadaan ya biar hidupmu tenang
MissHalu🐌🐢
hahh makin di pendam rasa dendam mu makin terdorong kamu buat kelakukan yg tak seharusnya kamu lakukan Cintia 😔 aku tau masalalu mu teramat sakit tapi dengan begini pun akan menambah rasa sakit mu🥺
MissHalu🐌🐢
bingung mau komen apa, ini menurut Mak nih ya.. kalo Cintia kaya gitu terus yg ada kamu hanya nyakitin diri kamu sendiri
MissHalu🐌🐢
🥺
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
ada apa dgn Araf?
apa sakit thor
marrydiana
keren, semangat thorr
mampir juga ya di cerita aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!