NovelToon NovelToon
Hipertenlove

Hipertenlove

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:97k
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.

Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?

Spin off Bukan Citra Rasmi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hipertenlove~ Bab 13

Asmi mencengkram baju Sasi dimana rambutnya terurai panjang nan lurus. Sedikit terbawa dalam genggamannya, membuat adiknya itu mengaduh, "aww ih, teteh mah..." Air ketuban Asmi rupanya sudah mulai rembes bersamaan dengan lendir merah.

Sasi cukup terkejut saat ia mendapati Asmi tengah mengaduh kesakitan seraya membuka da lamman yang bernoda banyak.

"Aduh sakit ih, ini rambut Sasi atuh kejambak!" aduhnya, "sakit, Si..." thesahnya pelan berbisik. Butiran keringat sebesar-besar biji jagung membuat Sasi tak tega untuk bergeser barang secenti saja dari posisinya, padahal ia sudah pegal, "ya tapi jangan ditarik juga rambut Sasi atuh, baru maskeran sama diminyakin amih..." rengeknya kesakitan.

Asmi membuka cengkramannya saat tau jika rambut Sasi terjambak olehnya, ia juga tertawa renyah diantara kesakitannya yang luar biasa, "maaf-maaf..." kembali ia terkekeh dalam sakitnya.

Keduanya menyadari helaian rambut yang rontok, membuat Asmi tak bisa untuk tak kembali tertawa meski setelahnya ia mengaduh.

"Yaaahh teteh---ini rambut Sasi sampe rontok gini!"

Ibun Ganis membawa serta air teh hangat masuk ke dalam kamar setelah selesai baking.

Bagas bergidik geli, langkahnya di rem pakem ketika Asmi masih belum menaikan ca waattt, ditambah ia yang merasa tak cukup berani melihat aset kakak iparnya, membuatnya hanya bisa mengawasi dari luar kamar.

"Ini apa ya bun, kayanya air ketuban...tapi sedikit-sedikit..."keluh Asmi takut.

"Itu rembes kayanya, Mi..." ujar Ganis ikut memeriksa, namun bibirnya tak bisa berkedut saat menjumpai Sasi begitu pasrah jadi pelampiasan kakaknya itu, "ya ampun, meni kasian anak ibun jadi pelampiasan gantiin bapaknya bayi..." ucap Ganis diangguki Sasi, "abis ini mau minta ganti rugi sama akang, bun."

"Gas, telfon abang Alva...bilang kalo teteh kamu udah mau lahiran. Air ketubannya rembes...sekalian itu panggil mang Eka buat siapin mobil," pinta ibun yang langsung dilaksanakan Bagas.

"Tas peralatan udah di mobil, kan?" tanya Ganis lagi diangguki Asmi.

Salsa hanya bisa duduk dan diam di tempatnya, selain dari bertanya kondisi Asmi pada Bagas serta memperhatikan kepanikan keluarga ini di tengah tak adanya Alvaro.

"Ibun, rambut Sasi dijambak teteh, liat?!" tunjuknya memperlihatkan helaian rambut yang gugur.

Ganis tertawa renyah, "diiket rambutnya, neng. Bawa iketan ngga? Sini gantian sama ibun...yukkk...Asmi megang ibun dulu, sambil jalan ke depan ke mobil." pintanya tenang.

Bagas tertawa, "cil...cil...apesnya bagian di kamu." Bagas hendak menyentuh dan mengacak rambut Sasi, namun belum sampai di pucuk kepala Sasi, tangannya sudah ditepis duluan oleh gadis itu, "diem." Desisnya judes.

Lantas Bagas cukup berdecak, biasanya juga bocah itu terima-terima saja, "sini aku iketin." Bagas sudah meraup karet jepang di meja nakas kamar Alva yang sudah tentu itu milik Asmi. Namun Sasi kembali menolaknya, "bisa sendiri." ketusnya lagi lalu menyusul keluar demi menemani Asmi.

Bagas keluar dan menghampiri Salsa, lalu duduk di sebelahnya sementara Sasi sudah ikut ke depan dimana Asmi naik ke mobilnya bersama mang Eka.

"Sasi sampe lupa telfon amih sama apih, ya Allah! Meni asa riweuh gini ini teh!" tepuknya di jidat terkekeh kembali masuk ke dalam. (berasa hectic)

Sasi mele nguh berat, kenapa harus sekebetulan ini tasnya berada di sofa ruang tamu dimana Bagas dan Salsa berada.

"Kenapa balik lagi?" tanya Bagas.

"Tas aku disana," tunjuknya pada Salsa dan Bagas yang duduk dempet-dempetan persis di angkot penuh.

"Yang ini, Si?" tanya Salsa meraih tas gendong hitam milik Sasi, ia cukup dibuat terpukau melihat brand ternama yang melekat di tas Sasi. Bahkan ia saja kalah dengan anak SMA ini.

Sasi hanya mengangguk saja sembari mendelik sinis, ngga niat balik kah? Orang lagi panik sama orang lahiran, ini malah anteng pacaran! Ngga ngotak!

Belum Sasi meraihnya dari tangan Salsa, Bagas sudah merebutnya bak jambret.

"Orang rumah juga nanti sibuk ngurusin teh Asmi lahiran, termasuk amih sama apih kamu. Jadi udah, kamu disini aja, biar ada yang ngawasin." ujar Bagas menaruh kembali tas Sasi yang memantik mata membeliak Sasi, "a. Sasi mau nelfon dulu amih sama apih, itu hape Sasi di tas." sewotnya, "lagian disini mau ngapain, ngawasin orang pacaran?" ketusnya, "mendingan bantuin di rumah sakit." ujarnya lagi sedikit bernada cibiran.

Bukannya menyerahkan, Bagas justru membuka tas Sasi dan dengan tak segannya memeriksa lalu mencari hape Sasi.

"A Bagas!" Sasi benar-benar tak suka, ditambah pemuda itu melakukannya di depan Salsa. Sungguh ia tak suka ada si teteh satu ini disini, arghhhh! Sasi hampir menjatuhkan air matanya. Lebay memang, tapi entahlah! Ia tak suka dengan Salsa! Ia tak suka dengan Bagas, ia tak suka dengan perasaan yang mengalir saat ini, ia tak suka dengan situasi saat ini---arghhh!

"Nih," serah Bagas, Sasi menatap sejenak dengan aura permusuhan lalu merebutnya kasar. Ia lantas berbalik dan menelfon amih.

Merasa reaksi dan ekspresi Sasi yang keruh, Salsa mencolek Bagas, "yank, kamu mah keterlaluan sama adek teh...itu Sasi kaya yang mau nangis, gitu diusilin."

Pun dengan Bagas, yang merasakan hal sama, namun ia hanya bisa nenampiknya untuk saat ini, "ngga apa-apa, dia emang gitu...aku anter kamu pulang, ya...kayanya rumah juga bakalan sibuk sama teh Asmi." Bagas segera beranjak demi situasi dan kondisi hati yang telah ikut tak nyaman juga. Entahlah! Ucapan dan raut wajah Sasi cukup membuatnya kepikiran.

Kali ini Salsa tak menolak, ia paham dengan situasinya saat ini.

Bukan Ganis, mengingat ia agak kesusahan untuk berjalan cepat apalagi berlari sambil dorong-dorong kursi roda. Namun Sasi yang mengantar sang teteh masuk ruang rawat Asmi, membantunya bersama perawat, dimana Asmi sudah mem-booking namanya di jadwal persalinan di sini.

Sementara Ganis menyusul di belakang bersama mang Eka dengan tas peralatan.

Bersamaan dengan itu motor Alva yang mengebut membelah jalanan kota Bandung. Ia menerima panggilan dari Bagas jika Asmi hendak melahirkan, maka ia bergegas pamit undur diri sejenak saat tengah rapat dengan Anjar, Saka dan Filman. Dimana keempatnya sudah melakukan usaha bersama dengan membuka bisnis tour and travel dan paket wisata.

Asmi menjadikan Sasi pelampiasan rasa sakitnya selama di perjalanan sampai detik ini. Dan Sasi, ia akan meminta ganti rugi kang Alvaro sehabis ini.

Sasi mengusap ekor matanya yang berair, sakit di tangan yang dipelintir Asmi tak seberapa, namun hatinya itu...tak mau berhenti berdenyut sejak tadi. Memori yang terekam begitu membekas sampai saat ini, bahkan mungkin seterusnya.

Bagas, adalah pemuda pertama yang sukses membuat Sasi menaruh atensi dan memberi kesan, **mengagumi**.

Dan karena Bagas pula lah, rasa suka Sasi terhadap lawan jenis timbul meski setelahnya kekaguman Sasi akan lawan jenis bukan hanya pada Bagas saja, tapi asal muasal perasaan tertariknya pada lawan jenis itu, bermula dari ia melihat Bagaskara.

Asmi segera memindahkan cengkramannya pada besi pinggiran ranjang, cukup kasihan dengan adiknya itu, sampai merah-merah lengan Sasi dibuatnya.

"Maafin teteh ya neng," ujarnya digelengi Sasi, "ngga apa-apa teh, yang kenceng aja sekalian, biar ada bukti valid nanti buat kasih tagihan sama kang Alva..." jawabnya, keduanya tertawa bersama, "hih! Aku teh lagi sakit, kamu mah malah ngajak ketawa."

Ceklek

Pintu terbuka menampakan sosok yang Asmi rindukan kehadirannya saat ini.

"Alhamdulillahh!" namun seruan lega dan senang jelas keluar dari mulut Sasi, bukan ibun atau Asmi. Bersama dengan amih yang juga berada di balik badan Alva.

"Neng...." ia langsung menyerbu ranjang Asmi.

"Udah lama ngerasainnya? Air ketuban gimana? Kata dokter gimana?" tanya nya mencecar panik.

"Sudah hampir lengkap bu. Air ketubannya rembes. Tunggu dokter sedang menyiapkan peralatan." Jawab Ganis.

Amih dan Alva menemani Asmi di dalam, begitupun dengan ibun Ganis yang lebih sigap menyediakan peralatannya.

"Ngga mau tau ya, kang...Sasi minta ganti rugi...liat tuh! Dicakar, dipelintir sama dicubitin teteh! Mana rambut Sasi sampai rontok dijambak!"

Alva tertawa renyah kembali melihat ekspresi Sasi yang betapa membuat iba sekaligus lucu, "iya nanti akang ganti. Makasih udah gantiin akang nemenin teh Asmi. Sok mau apa list...tapi jangan mahal-mahal." Ujar Alva.

"Ma-ama akang...nanti Sasi mikir dulu mau minta apa, Sasi keluar dulu lah...cari udara seger..." jawabnya ia keluar dan memilih duduk di ruang tunggu sembari memeriksa lengan dan sekujur tubuhnya, kali aja ada yang kelewat untuk ia mintai pertanggung jawaban kang Alva. Jangan salah! Badannya itu aset mahal! Harus diperhitungkan meski cuma bulu mata yang jatuh sebiji.

Tak lama teh Nawang yang kebetulan praktek di rumah sakit ini juga ikut hadir, "neng, Asmi udah di dalem?" tanya nya diangguki Sasi.

"Ini kenapa lagi?" tanya nya melihat Sasi yang cemberut, "liat nih...teh Asmi yang mau lahiran, Sasi yang berda rah-da rah..." adunya ditertawai Nawang, "teteh masuk dulu, amih di dalem?"

Sasi kembali mengangguk. Sepeninggal Nawang, Sasi menghela nafasnya kasar mengingat kembali moment menyakitkan tadi yang memantik emosinya lagi, mana tasnya masih di rumah ibun Ganis pula! Shhh! Mesti balik lagi kesana! Mang Ujang...Sasi ingat dengan supirnya yang masih stay disana.

Namun baru saja ia memikirkan itu, langkah orang berjalan menghampirinya menghentikan gerakan menelfon Sasi, dimana Bagas sudah berdiri dengan melempar-lempar kecil kunci mobil Sasi, "mau pulang dulu, ngga? Ganti baju? Mang Ujang dipanggil buat jemput apih kamu barusan...soalnya mang Dedi bareng amih."

Sasi menatap Bagas dengan segenap rasa tak menentu, "ngapain kesini, ngga usah so perhatian sama Sasi. Urusin aja pacar a Bagas." Masih setia menatap Bagas dengan raut wajah menyedihkannya.

"Ayolah, jangan ngambek...aa juga tau kalo aa ganteng tapi ngga usah diliatin terus...nanti a Bagas tambah sayang sama Sasi." Lirihnya.

.

.

.

.

1
isni afif
lanjut teh sin......up lagi...😍
Zayyin Arini Riza
Sepertinya akan segera berani ungkap perasaan masing masing, tapi harus kah ada penghalang cinta diantara mereka?
'Nchie
kamu sudah kalah pamor gas sama cucu ibun..den alit 😅😅
'Nchie
kangen atuh neng sasi...neng sasi aja ga peka 😅😅
'Nchie
🤣🤣🤣teteh asmi lieir ke Kidu ngilu ngabohong ka amih 😃😃
lestari saja💕
sandal pink kaaan???😂😂😂
'Nchie
haha hati2 bagas banyak yg ngincer sasi...lawanya bukan kaleng2 lo wkwk
lestari saja💕
kayak buronan perlu dikawal euy
lestari saja💕
akhirnyaaa
lestari saja💕
pantesan asmi,candra glawan kan dari turunan apih nyaaa😂😂😂
lestari saja💕
yaaa jodoh atu enin...kalo somplak ketemu somplak mah gimana????biar nyai sekar taji ga serius mulu bisa senyum....😋
lestari saja💕
apapun demi dilirik sasi.....ngelirik ga ya sasi????
lestari saja💕
sopo maneh surya kembara saingan aa bagas???
lestari saja💕
🤣🤣🤣🤣🤣🤣sasi gedeng
lestari saja💕
cita2 mulia
lestari saja💕
semoga ga cinta buta ya wil
Yuni Widiyarti
ini nih si sasi yg rada bego.dikangenin dak tau dia
Miko Celsy exs mika saja
seru nih klo wilang ikut ke rumah asmi,wah bagas jetu rivalnya nih,
Fadilah
next kak
Miko Celsy exs mika saja
amih. hrsnya kau jgn terlalu mengekang ank2 mu krn kau jg dr kalangan orang biasa bkn ninggrat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!