NovelToon NovelToon
Malam Pertama Untuk Istriku

Malam Pertama Untuk Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Penyesalan Suami / Menikah dengan Musuhku / Trauma masa lalu
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mamicel Cio

Reyhan menikahi Miranda, wanita yang dulu menghancurkan hidupnya, entah secara langsung atau tidak. Reyhan menikahinya bukan karena cinta, tetapi karena ingin membalas dendam dengan cara yang paling menyakitkan.

Kini, Miranda telah menjadi istrinya, terikat dalam pernikahan yang tidak pernah ia inginkan.

Malam pertama mereka seharusnya menjadi awal dari penderitaan Mira, awal dari pembalasan yang selama ini ia rencanakan.

Mira tidak pernah mengira pernikahannya akan berubah menjadi neraka. Reyhan bukan hanya suami yang dingin, dia adalah pria yang penuh kebencian, seseorang yang ingin menghancurkannya perlahan. Tapi di balik kata-kata tajam dan tatapan penuh amarah, ada sesuatu dalam diri Reyhan yang Mira tidak mengerti.

Semakin mereka terjebak dalam pernikahan ini, semakin besar rahasia yang terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamicel Cio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Peduli

Reyhan duduk diam di ruang kerjanya yang terasa begitu sunyi. Di luar, kota masih berputar dengan kehidupan, mobil melintas, lampu-lampu menyala, dan suara manusia bercampur dalam harmoni kebisingan. Tapi di dalam dirinya, semua terasa hampa.

Harusnya dia senang.

Harusnya dia lega.

Mira sudah pergi. Tidak akan ada lagi suara lembutnya yang memanggil namanya setiap pagi. Tidak akan ada lagi kehadirannya yang mengganggu. Tidak akan ada lagi tatapan penuh harap dari mata yang selalu menantinya pulang.

Mira sudah mati.

Bukankah ini yang dia inginkan?

Bukankah ini yang seharusnya membuatnya tenang?

"Arrrgh!" Reyhan mengusap wajahnya kasar, frustrasi dengan pikirannya sendiri. Dia tidak mengerti.

Kenapa ada rasa kosong yang begitu besar di dadanya?

Kenapa dia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak bisa dia kembalikan?

Tangannya meraih gelas wiski di meja, meneguknya dalam sekali tegukan. Tapi alkohol tidak mengisi kehampaan itu. Justru, semakin dia mencoba mengabaikannya, semakin kuat rasa itu menghantui.

Dia mengalihkan pandangannya ke sisi meja, di mana sebuah benda kecil tergeletak di sana, sebuah cincin emas mungil. Cincin pernikahan Mira.

Dia tidak tahu kenapa cincin itu masih ada di sini. Seharusnya Mira membawanya saat pergi. Atau mungkin, Mira sengaja meninggalkannya?

Matanya menatap cincin itu lama, sebelum jemarinya meraihnya.

Terlalu kecil. Terlalu sederhana.

Tapi entah kenapa, benda sekecil ini bisa membuatnya merasakan sakit yang begitu besar.

Dia menutup matanya, dan seketika ingatan itu datang.

"Reyhan, kau tidak bisa terus seperti ini..."

Suara Mira, lembut tapi tegas.

"Aku mencintaimu, Rey. Aku hanya ingin kamu bahagia."

Bahagia?

Apa itu bahagia?

Reyhan tersenyum miris.

Dulu, dia pikir kebahagiaan adalah membalas dendam. Membuat Mira menderita. Menghancurkan hidupnya sebagaimana keluarga Mira telah menghancurkan hidupnya.

Tapi kini, saat Mira benar-benar lenyap dari hidupnya, yang tersisa hanyalah kehampaan.

Tidak ada kemenangan.

Tidak ada kepuasan.

Hanya… kehilangan.

Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.

Bimo masuk dengan ragu, menatap bosnya yang terlihat berbeda malam ini.

"Pak, saya menemukan sesuatu," katanya, menyerahkan sebuah amplop cokelat.

Reyhan meraihnya tanpa banyak bicara, lalu membukanya.

Dan saat matanya membaca isi dokumen di dalamnya, napasnya tercekat.

Surat kematian Miranda Sindu.

"Surat ini asli dan tidak ada rekayas." kata Bimo, mantap.

Reyhan membeku.

Tangannya mencengkeram kertas itu erat, hampir merobeknya. Matanya berulang kali membaca nama itu, seolah berharap ada kesalahan. Tapi tidak ada.

Miranda Sindu.

Meninggal dunia.

Menyebabkan kematian sendiri dengan menggores pergelangan tangan dan menenggelamkan diri di bathtub.

Jantung Reyhan berdegup kencang.

Tidak.

Ini pasti permainan.

Ini pasti lelucon.

Mira tidak mungkin benar-benar mati.

Tapi setiap kata dalam dokumen itu menusuk hatinya seperti belati tajam.

Dulu, dia menginginkan Mira menghilang.

Dan sekarang, Mira benar-benar menghilang.

"Pak... Anda baik-baik saja?" Bimo menatap Reyhan dengan tatapan khawatir.

Reyhan tidak menjawab.

Tangannya mengepal, rahangnya mengeras.

Dulu, dia berpikir Mira hanya mengancam, hanya mencari perhatian.

Tapi sekarang, Mira benar-benar sudah tiada.

Dan yang lebih menyakitkan adalah...

Dia bahkan tidak sempat meminta maaf.

Reyhan berdiri di depan jendela kantornya yang besar, menatap ke luar dengan tatapan kosong. Gemerlap lampu kota Jakarta yang biasanya terlihat indah kini tidak menarik sedikit pun perhatiannya.

Tangannya menggenggam segelas wiski yang belum ia minum. Dalam pikirannya hanya ada satu hal: Miranda Sindu.

Jika Mira masih hidup, dia pasti akan keluar dari persembunyiannya untuk melindungi keluarganya.

Jika Mira benar-benar sudah mati... maka ini hanya akan menjadi sebuah balas dendam yang terlambat.

"Bimo," panggilnya tegas.

Bimo yang berdiri di dekat pintu segera maju, meskipun hatinya menolak untuk melakukan ini. Dia tahu apa yang akan diperintahkan oleh sahabatnya.

"Hancurkan bisnis keluarga Sindu. Aku ingin semuanya bangkrut. Aku ingin mereka merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku alami."

Bimo menatap Reyhan dengan ekspresi bimbang. "Pak, apa Anda yakin? Ini bisa menjadi pukulan besar bagi banyak orang."

Reyhan tersenyum sinis. "Aku sangat yakin. Jika Mira masih hidup, dia tidak akan tinggal diam melihat keluarganya kehilangan segalanya."

Bimo menarik napas panjang. Dia tahu bahwa Reyhan sedang kacau, tetapi tidak ada gunanya berdebat dengan pria ini ketika emosinya sudah terpancing.

"Baik, saya akan mulai besok," ujar Bimo, meskipun dalam hati dia merasa ini adalah langkah yang salah.

"Bagus." Reyhan menyesap minumannya dan tersenyum dingin.

 

Di Tempat Lain

Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian Jakarta, seseorang duduk di kursi dengan tatapan kosong.

Matanya yang dulu berbinar kini hanya menyisakan kehampaan.

Mira.

Dia mendengar berita itu.

Dia tahu Reyhan telah menghancurkan keluarganya.

Bisnis ayahnya mengalami kejatuhan besar-besaran. Saham-saham anjlok. Para investor menarik diri. Pabrik-pabrik berhenti beroperasi.

Ayahnya, Ario Sindu, yang selama ini dikenal sebagai pria yang kuat, kini jatuh sakit karena tekanan.

Dan semua ini... karena Reyhan.

Pria yang pernah dia cintai.

Pria yang menikahinya dengan penuh kebencian.

Pria yang akhirnya benar-benar menginginkannya mati.

Mira mengepalkan tangannya.

Dia sudah berusaha menjauh. Dia sudah mengorbankan dirinya.

Tapi ternyata, Reyhan tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

"Baik. Jika ini yang Reyhan inginkan, maka ini yang akan dia dapatkan."

Mira tidak akan kembali. Ia sedang duduk di bangku kayu tua yang menghadap ke hamparan laut biru. 

Angin sore menerpa wajahnya, membawa aroma asin khas laut yang dulu selalu menenangkan pikirannya. Namun, kali ini tidak.

Di tangannya, secarik kertas sudah kusut karena terlalu sering diremas. Surat dari Hendi.

"Reyhan terus menekan perusahaan keluargamu. Ayahmu jatuh sakit. Perusahaan Sindu hampir bangkrut. Jika kamu tidak kembali, semuanya akan hancur."

Mata Mira menerawang jauh. 

Dulu, mendengar keluarganya dalam kesulitan akan membuatnya panik, akan membuatnya berlari kembali tanpa berpikir panjang. Tetapi sekarang? Tidak.

Dia sudah mati di mata dunia.

Mira menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam emosinya. Hatinya sakit. Dia tahu betul bahwa dia masih mencintai keluarganya, tetapi dia juga tahu bahwa kembali berarti masuk ke dalam neraka yang sama, ke dalam perangkap Reyhan Pratama.

Dia tidak mau lagi.

Dia sudah cukup tersiksa.

Biarlah keluarganya menerima hukuman dari Reyhan. Biarlah ayahnya kehilangan semuanya. Dia tidak peduli.

Yang dia inginkan sekarang hanyalah kehidupan yang tenang. Tanpa Reyhan. Tanpa dendam.

Sebuah dering telepon membuyarkan lamunannya. Mira melirik layar ponselnya. Hendi.

Dia tahu Hendi pasti akan terus mencoba menghubunginya. Pria itu tidak pernah menyerah. Mira mendesah dan akhirnya mengangkatnya.

"Mira, kamu sudah membaca suratku?" suara Hendi terdengar putus asa.

"Aku sudah membacanya."

"Lalu? Apa kamu akan kembali?"

Mira menggeleng, meskipun Hendi tidak bisa melihatnya. "Tidak."

Hendi terdiam sejenak, lalu suaranya terdengar frustrasi. "Mira, ini keluargamu! Kamu tahu apa yang sedang Reyhan lakukan? Dia menghancurkan mereka! Ini bukan hanya soal dendam, ini soal nyawa!"

"Aku tidak peduli," jawab Mira pelan, meskipun hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk.

"Mira, demi Tuhan! Bagaimana bisa kamu mengatakan itu? Ayahmu..."

"Ayahku memilih untuk tetap berbisnis dengan keluarga Pratama sejak awal," potong Mira tajam. "Aku tidak akan kembali, Hendi. Aku tidak mau berurusan dengan Reyhan Pratama lagi. Aku sudah mati bagi mereka, dan mereka pun sudah mati bagiku."

Di ujung telepon, Hendi terdengar menghela napas panjang. "Mira... aku tahu kamu terluka. Aku tahu kamu ingin lari dari semuanya, tapi ini keluargamu..."

Mata Mira memanas, tetapi dia tetap bertahan. "Hendi... selama bertahun-tahun aku berusaha mencintai seseorang yang hanya ingin menghancurkanku. Aku memberikan seluruh hatiku, tetapi yang aku dapatkan hanya luka. Aku tidak ingin kembali ke sana hanya untuk diinjak-injak lagi."

Hendi terdiam cukup lama.

Akhirnya, dia berkata dengan suara rendah, "Jadi... kamu benar-benar memilih untuk membiarkan Reyhan menang?"

Mira tersenyum miris. "Jika tidak membalas berarti kalah, maka ya, aku kalah. Tapi aku tidak peduli lagi. Aku hanya ingin hidup."

Tanpa menunggu jawaban, Mira memutus panggilan dan membuang ponselnya ke dalam tas.

Angin laut semakin kencang, seakan membawa semua kenangan pahit yang dulu menyelimutinya.

Mira menutup matanya, merasakan kedamaian yang akhirnya ia miliki.

Biarkan semuanya berlalu. Biarkan Reyhan dengan dendamnya.

Dia sudah bukan bagian dari dunia itu lagi.

Bersambung... 

1
Serani Waruwu
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!