NovelToon NovelToon
The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Mata-mata/Agen
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

The Vault membawa pembaca ke dalam dunia gelap dan penuh rahasia di balik organisasi superhero yang selama ini tersembunyi dari mata publik. Setelah markas besar The Vault hancur dalam konflik besar melawan ancaman luar angkasa di novel Vanguard, para anggota yang tersisa harus bertahan dan melanjutkan perjuangan tanpa kehadiran The Closer dan Vanguard yang tengah menjalankan misi di luar angkasa.

Namun, ancaman baru yang lebih kuno dan tersembunyi muncul: Zwarte Sol, sebuah organisasi rahasia peninggalan VOC yang menggabungkan ilmu gaib dan teknologi metafisik untuk menjajah Indonesia secara spiritual. Dengan pemimpin yang kejam dan strategi yang licik, Zwarte Sol berusaha menguasai energi metafisik dari situs-situs kuno di Nusantara demi menghidupkan kembali kekuasaan kolonial yang pernah mereka miliki.

Para anggota The Vault kini harus mengungkap misteri sejarah yang tersembunyi, menghadapi musuh yang tak hanya berbahaya secara fisik, tapi juga mistis, dan melindungi Indonesia dar

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepercayaan Yang Retak

Jalanan es Iceland City berkilauan di bawah cahaya redup yang dipancarkan kristal-kristal di setiap bangunan. Tim The Vault mengikuti langkah perlahan kakek tua berjenggot es, yang memperkenalkan dirinya sebagai Tetua Nanuq, salah satu penjaga tradisi kota ini. Dingin yang menusuk masih terasa, namun keajaiban arsitektur es sedikit mengalihkan perhatian mereka dari rasa beku. Mereka melewati patung-patung es raksasa berbentuk makhluk-makhluk mitologi Arktik dan terowongan kristal yang memancarkan cahaya biru lembut. Warga Iceland City masih menatap mereka dengan tatapan campuran rasa ingin tahu dan kecurigaan.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah yang lebih besar dari yang lain, seluruhnya terbuat dari balok-balok es transparan yang tebal. Pintu esnya berukiran rumit, memperlihatkan keahlian pahat yang luar biasa. Tetua Nanuq membuka pintu, mempersilakan mereka masuk.

"Selamat datang di rumahku yang sederhana," kata Tetua Nanuq, suaranya serak namun hangat. "Setidaknya di sini kalian bisa sedikit berlindung dari angin."

Di dalam, rumah itu surprisingly hangat, berkat sistem pemanas alami yang memanfaatkan panas bumi di bawah lapisan es. Dinding transparan memungkinkan cahaya luar masuk, menciptakan suasana yang tenang. Perabotan juga terbuat dari es yang dipoles halus, dilapisi kulit binatang tebal untuk kenyamanan. Aroma herbal yang menenangkan menguar di udara.

Namun, ketenangan itu seketika pecah saat seorang pemuda muncul dari balik sebuah tirai kulit. Ia seumuran dengan Dira dan yang lainnya, dengan rambut hitam pekat dan mata biru tajam yang memancarkan kecurigaan. Wajahnya tampan, namun rahangnya mengeras saat melihat rombongan orang asing di rumah kakeknya. Itu adalah Iqaluk.

"Kakek!" seru Iqaluk, suaranya dipenuhi amarah yang jelas. Ia melangkah maju, tatapannya menyapu tim The Vault dengan sinis. "Apa-apaan ini? Kenapa Kakek membawa orang-orang asing ini kemari?! Setelah semua yang terjadi, bagaimana Kakek bisa begitu naif?"

Tetua Nanuq mengangkat tangan, berusaha menenangkan cucunya. "Iqaluk, tenangkan dirimu. Mereka adalah tamu kita. Dan mereka bersama Putri Solara."

Mata Iqaluk membelalak saat melihat Solara yang berdiri di antara tim The Vault. Ia mengenali kostum biru itu, tetapi wajahnya masih memancarkan amarah. "Putri Solara? Bahkan Putri pun ikut dengan mereka? Kakek tahu betul sejarah kita! Orang luar hanya membawa bencana! Ayah dan Ibu tewas karena orang luar!" Nadanya menusuk, penuh rasa sakit yang dalam.

Tim The Vault berdiri diam, menahan diri. Mereka adalah tamu, dan mereka memahami kemarahan pemuda itu. Wajah mereka menunjukkan ekspresi pengertian, meskipun Rivani sedikit menggerutu di bawah napasnya. Oke, ini sambutan yang... hangat sekali. Seperti sarung tangan oven beku.

"Iqaluk, cukup!" Tetua Nanuq menegur, suaranya kini lebih tegas. "Mereka bukan musuh. Putri Solara telah datang untuk mencari kebenaran. Mereka semua mencari kebenaran."

"Kebenaran apa?! Kebenaran yang akan menghancurkan kita?!" Iqaluk berteriak, matanya menatap Dira dengan permusuhan. "Kalian adalah para pembawa kekacauan yang diramalkan! Kalian akan menghancurkan kota ini, seperti yang terjadi pada keluarga kami!"

Dira mencoba melangkah maju, ingin menjelaskan, tapi Tetua Nanuq memberi isyarat agar ia tetap diam. Iqaluk menatap kakeknya dengan tatapan terluka, lalu berbalik dengan kasar.

"Aku tidak percaya pada orang asing!" gumamnya, langkahnya berat menuju lorong di belakang tirai, kemungkinan ke kamarnya. Tirai itu bergoyang pelan setelah ia menghilang.

Suasana di ruangan itu menjadi canggung. Kesunyian yang dipenuhi emosi Iqaluk menggantung di udara.

"Maafkan cucuku," kata Tetua Nanuq, menghela napas panjang. Ekspresi kesedihan terpancar jelas di wajah keriputnya. "Ia… ia masih memendam luka yang dalam. Orang tuanya tewas beberapa tahun lalu, saat ia masih sangat muda. Oleh… organisasi itu."

Dira mengangguk, pengertian. "Zwarte Sol."

Tetua Nanuq mengangguk pahit. "Ya. Zwarte Sol. Mereka datang ke sini, membawa teknologi yang belum pernah kami lihat, berbicara tentang 'kebenaran' yang baru. Mereka… mereka menghasut beberapa suku untuk melawan suku kami. Ada pertempuran berdarah. Banyak yang tewas. Termasuk orang tua Iqaluk. Dan salah satu dari mereka… ada di suku tingkat atas."

Semua anggota The Vault saling pandang. Informasi itu sangat penting. Zwarte Sol sudah menanamkan akar di sini, bahkan di tingkat pemerintahan.

"Baiklah, Tetua," kata Dira, suaranya serius. "Tolong jelaskan kepada kami. Tentang budaya, kepercayaan, dan sejarah Hyperborea Zenith ini. Kami butuh memahami untuk bisa membantu."

Tetua Nanuq mengangguk. Ia mengisyaratkan mereka untuk duduk di atas bantal-bantal kulit yang nyaman di lantai. Ia sendiri duduk di kursi esnya, matanya menatap api kecil yang menyala di perapian es di tengah ruangan.

"Dengarkan baik-baik, Pengelana," Tetua Nanuq memulai, suaranya kembali tenang, namun penuh kebijaksanaan yang mendalam. "Benua kami, Hyperborea Zenith, adalah puncak dunia. Kami percaya bahwa kami adalah titik tertinggi, dan dunia lain berada di bawah kami, diselimuti lautan es tak berujung. Bagi kami, langit adalah kubah suci yang dipenuhi bintang-bintang yang adalah roh-roh leluhur kami."

Ia melanjutkan, "Budaya kami sangat terikat pada es dan dingin. Kami memuja Varkhazan, Serigala Raksasa Perak, yang kami yakini sebagai penjaga benua ini, pelindung kami dari kegelapan di luar batas. Dialah yang mengirimkan badai salju untuk membersihkan jiwa dan menjaga ketentraman."

Solara mengangguk. "Itu sesuai dengan naskah kuno yang aku baca. Varkhazan adalah penjaga artefak es."

"Artefak?" Tetua Nanuq menatap Solara dengan penasaran. "Artefak apa?"

Dira melirik Solara, memberi isyarat bahwa Solara yang harus menjelaskan. Solara menghela napas, lalu dengan hati-hati menjelaskan tentang dua belas artefak dan bagaimana salah satunya kini ada di dalam tubuhnya. Tetua Nanuq mendengarkan dengan seksama, matanya memancarkan rasa takjub dan sedikit ngeri.

"Jadi, kau adalah bejana bagi salah satu kekuatan Dewa?" bisik Tetua Nanuq, menatap Solara dengan hormat. "Ini… ini takdir yang besar."

"Sekarang tentang sistem pemerintahan kami," Tetua Nanuq melanjutkan, wajahnya kembali murung. "Dulu, kami hidup dalam harmoni, dipimpin oleh dewan Tetua yang dipilih berdasarkan kebijaksanaan dan integritas. Namun, setelah kedatangan Zwarte Sol… semuanya berubah."

"Mereka menghasut beberapa klan untuk merebut kekuasaan," lanjutnya. "Mereka menjanjikan kekuatan, kekayaan, dan pengetahuan baru. Mereka berhasil memecah belah kami. Sekarang, sistem pemerintahan kami sangat korup. Ada tingkatan kasta suku. Suku yang paling rendah dan miskin akan selalu ditindas, dipaksa bekerja di tambang es atau di perikanan berbahaya. Sementara suku yang berada di atas, yang memiliki kekayaan, merekalah yang memimpin pemerintahan. Mereka yang berkolusi dengan Zwarte Sol."

Rendi mengepalkan tangannya. "Sistem kasta yang tidak adil. Ini masalah klasik di mana pun."

"Itu benar," kata Intan. "Zwarte Sol memanfaatkan ketidakpuasan dan keserakahan manusia di setiap benua."

"Jadi, orang tua Iqaluk tewas dalam konflik yang dihasut Zwarte Sol?" tanya Bagas, mencoba mengklarifikasi.

Tetua Nanuq mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ya. Mereka adalah pemimpin perlawanan yang damai. Mereka tidak ingin kota ini terpecah belah, tidak ingin tradisi kami tercemar. Tapi Zwarte Sol terlalu kuat. Mereka menggunakan taktik kotor… perang saudara, pembunuhan tersembunyi. Dan salah satu dari mereka… dari Zwarte Sol, yang mengenakan topeng misterius… dia kini menjadi penasihat utama Pemimpin Suku Atas."

Dira mengerutkan kening. "Topeng misterius? Apakah dia Utusan yang sama yang menyerang kami di Arcadia Terra?"

Tetua Nanuq menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku belum pernah melihatnya secara langsung. Mereka bergerak dalam bayangan. Tapi kami tahu mereka punya kekuatan aneh. Dan mereka yang bertanggung jawab atas kematian orang tua Iqaluk. Karena itulah cucuku sangat membenci orang luar, dan siapapun yang dia pikir akan membawa kehancuran."

Yuni menatap Dira. "Berarti misi kita tidak hanya mencari artefak, Dira. Tapi juga membersihkan Hyperborea Zenith dari korupsi Zwarte Sol."

Dira mengangguk, tatapannya penuh tekad. "Kita akan melakukannya. Kita akan mencari artefak itu, dan kita akan membantu penduduk Iceland City. Tapi pertama-tama, kita harus mendapatkan kepercayaan Iqaluk. Dia adalah kunci untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari dalam kota ini."

Noval berbisik ke Rivani. "Kira-kira, Iqaluk suka lelucon apa ya? Mungkin aku bisa mencairkan hatinya dengan humor."

Rivani menggeleng pasrah. "Noval, aku sarankan kau diam saja. Kau mungkin malah membekukan hatinya."

Tetua Nanuq melihat interaksi mereka, senyum tipis terukir di wajahnya. Ia bisa merasakan energi yang berbeda dari kelompok ini. Bukan energi yang membawa kekacauan, melainkan energi yang membawa harapan.

"Ada satu hal lagi," Tetua Nanuq berkata, nadanya kembali serius. "Varkhazan, Serigala Raksasa Perak, sang penjaga artefak… dia tidak akan muncul untuk orang yang tidak layak. Dan dia hanya akan merespons kekuatan yang selaras dengan es dan jiwa Hyperborea Zenith."

Dira melirik Solara. Ini akan menjadi ujian yang berat bagi Putri Kosmik Biru.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!