Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Kabar Sekaligus
Pertemuan dan jamuan yang mana beragendakan pembicaraan prihal bisnis itu berakhir, Pak Dahlan dan putrinya Yasmin meninggalkan kediaman Pak Darwin dengan tidak membawa hasil. Bagaimana tidak begitu, Sedari datang Sarah terus menempel seperti lem di tubuh Daren bahkan tidak ada sedikit celah pun bagi Yasmin untuk mengambil kesempatan.
"Dia wanita yang tangguh juga, Aku suka itu," Ucap Yasmin yang mana baru masuk kedalam kamarnya, Yasmin berjalan menuju balkon dan menatap langit sore di sana.
"Sepertinya aku harus berusaha lebih keras lagi untuk merebut Daren dari Sarah Narendra." Sambungnya, tersenyum penuh kelicikan.
"Tapi untuk sekarang, tugasku mengambil hati Pak Darwin."
.
Sarah menutup pintu kamar amat keras, sampai Daren terperanjat dibuatnya.
"Hei," Daren terlihat gugup melihat Sarah mendekat. "Kenapa huh?"
Sarah berjalan terus alih-alih memberi jawaban, langkahnya begitu dramatis mendekati Daren yang diam mematung. Dengan berani Sarah mengalungkan tangannya ke leher Daren sembari berjinjit. Pandangan keduanya bertemu, kelakuan Sarah yang mana seperti menggodanya itu jelas sudah menggairahkan jiwa lelakinya. Lupakan rasa lelah karena perjalanan, kemolekan sang istri sulit di tolak.
Daren bersiap meraup bibir merah Sarah, berharap bisa kembali merasakan kenikmatan vaagina Sarah, akan tetapi terhalang oleh sentuhan kulit. Daren menatap tangan Sarah berada di bibirnya.
"Mesum, jangan harap menikmati tubuhku kalau si Yasmin itu masih ada di sekitar kamu." Segera Sarah mendorong tubuh Daren cukup keras.
Daren tertawa terbahak-bahak, kegirangan melihat bagaimana Sarah yang cemburu, Dalam benak Daren seolah mencemooh.
Kamu merasakan apa yang dulu aku rasakan ketika kamu masih bersama Daniel,
"Jangan ketawa." Ucap Sarah protes.
"Ok, ok, aku ga akan ketawa." Daren berusaha tenang, setelah tenang, Daren menarik tangan Sarah, mengajaknya untuk duduk di sofa.
"Selama ini diantara kita, siapa paling getol berharap?"
Sarah menunjuk Daren, Daren mengangguk setuju, "Itu benar, Jadi tidak ada alasan bagiku untuk mencintai wanita lain, Setidaknya aku sudah jujur kalau Yasmin adalah orang yang pernah di pilihkan oleh Ayah, kamu pun tau setelah itu."
"Tapi tetap aja, Dia bahkan berani datang ke sini." Sarah melipat kedua tangannya sembari menekuk wajahnya yang cantik itu.
Seperti ini rasanya mencintai, ini sulit dan perasaan takut berpaling, takut di tinggalkan semakin meningkat, rasa-rasanya Sarah yang berbalik bucin kepada Daren.
"Aku tidak mau ini sebuah kutukan." Sambung Sarah, membuat Daren menyentuh dagu Sarah, meminta untuk kembali menatap wajahnya.
"What do I mean?" (Apa maksud kamu?)
Sarah menunduk membawa wajah sedih. "Waktu itu kamu yang mengejar ku, tapi sekarang keadaan seolah berbalik, aku yang mengejar kamu."
Daren tersenyum sumringah, segera mengecup pipi Sarah sembari berbisik. " I love you."
Sarah tersenyum malu, pipinya memerah,
"Apa?" Daren nampak menunggu jawaban.
Sarah mendekati telinga Daren. "Aku mau mandi." Lalu Sarah berlari kedalam kamar mandi.
Daren yang gemas mengejar Sarah sampai ikut masuk kedalamnya, tak usah di jabarkan kalian tau apa yang terjadi selanjutnya.
Waktu berjalan begitu cepat, sudah tiga bulan masa pernikahan Daren dan Sarah, kurun waktu itu keduanya begitu menikmati masa-masa berdua, menikmati menjadi pasangan suami istri yang harmonis, di samping itu keduanya memilih kembali ke Jakarta tinggal di apartemen. Sarah berperan baik menjadi istri. Gawai mahalnya sekarang berubah menjadi guru, ada beberapa hal juga yang di pelajari dari Bu Nadin bagaimana cara merawat rumah dan memasak. Awalnya Bu Nadin kerepotan menghadapi keriwehan Sarah di dapur. Tapi karena Daren memintanya untuk bersabar dengan iming-iming uang tambahan, dirinya bersedia menjadi asisten Sarah.
Seperti sore ini, Sarah membuat makan malam, waktu yang di butuhkan untuk memasak stik saja hampir menghabiskan waktu seharian, Bu Nadin menghela napas panjang melihat istri dari majikannya itu begitu senang berkutat di dapur.
Sampai bel berbunyi.
"Saya buka pintu dulu Non." Pamit Bu Nadin kepada Sarah yang asik di depan kompor. Sarah nampak kacau dengan celemek kesayangan yang nampak terkena cipratan segala bumbu.
"Itu pasti Daren." Segera Sarah mencuci tangan. Sumringah berjalan menyusul Bu Nadin, ini belum waktunya jam pulang Daren tapi karena dia pemilik perusahaan jadi bebas saja bukan? Mau pulang jam berapa bebas.
"Sayang -
Ucapan Sarah menggantung, melirik sosok laki-laki yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Ayah." Sarah menjadi salah tingkah, segera merapikan diri dan tatanan rambut. Menyadari apron masih melekat, Sarah langsung melepasnya.
Pak Anjas mematung melihat Sarah yang kacau, putri tercintanya yang di besarkan penuh cinta dan materi menjelma menjadi pelayan.
"Ayah kok ga bilang-bilang mau datang." kata Sarah, menghampiri sang ayah yang masih berdiri angkuh. "Ayah sehat?" Tanya Sarah lagi sembari menyalami Pak Anjas dan juga memberi kecupan di pipi seperti biasa.
Satu Minggu yang lalu Pak Anjas datang berkunjung, Sarah berperan layaknya putri raja yang anggun dan menawan seperti biasanya, Tapi entah kenapa sekarang datang lagi dan tidak memberi kabar sebelumnya.
Ayah pasti salah paham.
"Sedang apa kamu?" Tanya Pak Anjas, memindai penampilan sang putri yang nampak kacau.
Sarah mengikuti tatapan ayahnya itu dengan wajah datar. karena bingung mau menjawab apa Sarah hanya tersenyum lebar. "Sarah buat stek, ayah harus cobain."
Pukul 4 sore Daren meninggalkan kantor, karena Sarah memberi kabar tentang kedatangan Pak Anjas sang ayah mertua, Daren meminta pak supir untuk ngebut.
Sesampainya di apartemen Daren langsung masuk, biasanya akan membunyikan bel tapi ini urgent jadi Daren bertingkah mandiri.
"Assalamualaikum," Daren berjalan masuk. Terkesima melihat ayah mertuanya duduk di sofa bersama Sarah yang mana asik menunduk.
"Waalikumsalam." Sahut Keduanya. Sarah menoleh pun Pak Anjas.
Sarah menoleh membawa bawah berseri karena Daren kini ada di hadapannya.
"Ayah apa kabar?" Daren bertanya sedikit gugup mengedipkan mata ke arah Sarah yang mana juga ikut berkedip membuat Pak Anjas bingung dibuatnya.
"Tingkah kalian aneh?" Kata Pak Anjas, menangkap basah kedipan mata dari kedua pasangan suami istri itu.
Daren dan Sarah menoleh membawa senyuman canggung.
"Duduklah." Pinta Pak Anjas kepada Daren yang baru saja menyalaminya.
Daren mengangguk patuh. Duduk di samping Sarah. Langsung Daren menarik tangan Sarah untuknya genggam. Melihat Itu pak Anjas samar tersenyum.
Dulu ngebet sekali bisa berbesan dengan Pak Teo. Berharap Sarah bisa mendapatkan Daniel. Tapi melihat bagaimana Daren sangat mencintai anaknya membuat hati Pak Anjas di penuhi ketenangan. Daren adalah sosok laki-laki yang sangat bertanggung jawab bisa merubah putrinya menjadi lebih dewasa.
"Stek buatan kamu ayah suka."
Sarah tersenyum penuh kemenangan. melirik Daren yang diam saja.
"Kamu masak lagi?"
Sarah mengangguk. "Entah kenapa aku ingin sekali memasak."
Daren melirik Pak Anjas tak enak. "Kan aku bilang ga usah masak,"
Pak Anjas tersenyum haru melihat Daren yang sangat mencintai putrinya. "Biarkan dia masak, sekarang Sarah adalah istrimu Nak, ayah bangga melihat Sarah yang sekarang."
Keduanya saling tatap membawa senyuman, di pikiran Daren dan Sarah, Pak Anjas akan marah besar karena ketika datang Sarah begitu kacau. Tapi ternyata tidak.
Obrolan singkat itu berakhir, Sarah mengajak Daren dan ayahnya untuk ke meja makan kembali menyantap stek yang di buatnya.
Malam harinya, Daren menghabiskan waktu di ruang kerja. Karena ada sedikit pekerjaan yang belum di selesaikan. Kedatangan Pak Anjas tadi membuat Daren sedikit kewalahan, bahkan ketika sang ayah mertua pulang tadi Daren mengatakan untuknya memberi kabar jika nanti berkunjung dengan alasan bisa menyiapkan hidangan dengan baik. Pak Anjas mengangguk dan juga menjawab akan datang lagi serta meminta Daren untuk mengajak ayahnya, Pak Darwin.
Sementara Daren masih berkutat dengan berkas, Sarah tertatih di dalam kamar mandi, ia meringis merasakan sakit teramat di ara perutnya.
Sudah tiga bulan ini aku Tidak datang bulan, jangan-jangan aku hamil? Tapi kenapa akhir-akhir ini perutku selalu sakit.
Sarah yang kesakitan, berjalan tertatih ke walk in closed, membuka laci, mengambil sebuah kotak transparan yang di belinya beberapa bulan lalu. Karena tidak terlalu yakin benda itu Sarah simpan. Sekarang waktunya di gunakan.
Menunggu dengan Sabar di sana, beberapa kali berjinjit ketika rasa sakit seakan menghajarnya.
"Astaga, sakit sekali." Sarah berusaha mengatur napas. Setelah hasilnya di dapat hatinya meminta untuk mengompres perut yang kesakitan itu nanti.
Tidak menunggu waktu lama, Pendeteksi kehamilan itu Sarah angkat, Tercengang menatap garis dua di sana.
"Aku hamil." Nampak Sarah tak percaya, tiba-tiba tersenyum penuh kebahagiaan, kabar gembira itu bahkan bisa menggantikan rasa sakit di perutnya.
Kebetulan sekali, Daren baru saja masuk kedalam kamar. Mendapati Sarah tak terlihat Daren melangkah ke arah kamar mandi terdengar suara gemericik air di sana.
"Yank?" Panggil Daren sembari membuka pegangan pintu.
Sarah segera menyembunyikan testpack kedalam tumpukan baju kotor, lalu berlari membuka pintu kamar mandi.
"Ngapain?" Tanya Daren, mengelus tangan Sarah.
"Lagi cuci muka tadi." Sarah cengengesan saja. Ingin rasanya memberi tahu kabar gembira itu, tapi sepertinya harus di tahan, besok diam-diam harus ke dokter kandungan untuk memastikan, setelah itu baru memberi tau Daren.
"Tidur yuk." Ajak Sarah, menarik Daren untuk naik ke atas ranjang.
Di ranjang Daren menarik tubuh Sarah untuk mendekat seperti biasa, Sarah membaca gelagat sang suami. Mengingat ada janin di rahimnya Sarah segera mengalihkan perhatian Daren dengan bersuara.
"Besok aku mau ke rumah ayah. Boleh ya?"
"Aku antar ya, aku ga mau-
"Ga usah, besok Jesica mau jemput, udah janji, Ga papakan?" Sarah menutup kedua matanya takut Daren marah.
"Ya udah ga papa, hati-hati aja. Tapi nanti pulang aku jemput."
Sarah tertawa girang, hormat kepada Daren sembari memberi kecupan mesra.
"Bobo ya, besok malam baru boleh." Ucap Sarah ketika Daren siap meraba kedua daging kenyal miliknya.
Daren mengendus kesal, terpaksa mengangguk dan berbaring saja tanpa berolahraga malam.
Pukul 10 pagi, Jesica datang menjemput Sarah, keduanya segera berangkat ke rumah sakit, Dalam perjalanan, tak hentinya Jesica bersorak gembira mendengar kabar kehamilan sang sahabat. Sayangnya Nagita tak bisa ikut mengingat dirinya berada di luar negeri bersama kedua orang tuanya untuk menghadiri acara lamaran sang kakak.
"Tapi nanti anterin aku ke rumah ayah ya, aku belum ngomong ke Daren masalah ini. nanti aku mau buat kejutan ala-ala."
"Siap, aku ikut seneng deh Sar, kamu sekarang hamil."
"Doain ya biar aku sama anak ini sehat." Sarah mengelus perutnya.
Jesica mengangguk cepat. "Mudah-mudahan kamu dan calon keponakan aku sehat, nanti lahirannya lancar."
Sarah mengamini doa Jesica amat antusias, keduanya kembali saling bersenda gurau sampai mobil tiba di rumah sakit.
Pendaftaran di lalui, Sarah dan Jessica duduk di ruang tunggu untuk masuk kedalam ruang pemeriksaan. menunggu dengan sabar sampai di mana namanya di panggil.
"Selamat pagi dokter?" Sapa Sarah.
Dokter bernama Vera itu mengangguk sopan. "Pagi juga, Bu Sarah." Dokter Vera menatap Sarah intens membuat Jesica menyenggol tubuh Sarah.
"Wajah anda tidak asing," beberapa lama dokter Vera berpikir, setelah ingat dirinya mengangguk antusias.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya dokter Vera.
Sarah mengangguk sembari mengeluarkan testpack. "Garis dua dok."
Testpack di terima Dokter Vera. "Sekarang Anda tiduran di sana. Kita USG ya." Dokter Vera segera berdiri di ikuti Sarah dan Jesica.
Sarah berbaring gugup. Ini untuk pertama kalinya. Dan hanya di temani sang sahabat bukan Daren suaminya. Karena itu Dokter Vera bertanya. "Suami anda tidak ikut?"
Sarah menatap Jesica. "Sebenernya suami saya belum tau dok, rencananya mau kasih kejutan sepulang dari sini."
Dokter Vera tersenyum mendengar alasan Sarah yang mana terdengar romantis itu.
Gel di oles ke perut Sarah, Jesica yang melihat itu meringis geli. Ternyata untuk melihat janin saja perutnya harus terekspos ke mana-mana, beruntung dokternya perempuan tidak terbayang kalau dokternya laki-laki, bagaimana respon Daren nantinya..
Sarah menunggu dengan sabar, Sedangkan Jesica sibuk mengambil video dan beberapa lembar Poto tentunya setelah meminta izin dokter Vera.
Nampak dokter Vera serius memeriksa perut Sarah yang masih rata itu. Membuat Sarah dan Jesica terheran heran. Beberapa lama kemudian setelah memastikan ulang. Dokter Vera meminta Sarah untuk duduk kembali.
Jesica membantu Sarah untuk kembali duduk, menunggu Dokter Vera memberi penjelasan, Karena Dokter Vera terlihat sibuk berbincang dengan suster Sarah menatap Jesica.
"Aku takut," Ucap Sarah pelan.
"Jangan takut, kalian pasti baik-baik aja, tenang ya." Jesica memberi ketenangan, mengelus tangan Sarah lembut.
"Nona Sarah, Anda tengah hamil dan baru berjalan sekitar 13 Minggu, itu artinya sudah memasuki kandungan 3 bulan, Dan saya ingin menyampaikan, sepertinya kandungan anda terdeteksi Toxoplasma,"