Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Pertemuan
Hari ini Serena sudah sampai di tempat kerjanya yaitu disalah satu toko kue terkenal yang ada di Kota A.
Drrt!! Drrtt!
Handphonenya bergetar, ada panggilan yang masuk. Saat dilihat ternyata Mamahnya yang menelpon.
"Halo sayang, bagaimana kabarmu?" Tanya Sinta, sang mamah.
"Kabarku baik mah, bagaimana kabar kalian disana?" Tanya Serena.
"Kami baik disini sayang, tetap jaga kesehatanmu ya nak, jangan sampai telat makan karena perutmu akan sakit jika itu sampai terjadi" Serena memang mempunyai riwayat penyakit lambung, jadi jika dia telat makan maka perutnya akan terasa mual atau sakit.
"Iya mamah sayang, Serena akan makan tepat waktu" Jawab Serena sambil tersenyum, dia sangat merindukan keluarganya yang ada di desa.
"Serena, maaf mamah ingin bertanya apakah kamu sudah memiliki uang untuk biaya kuliah adikmu nak?" .
"Ah iya, kemarin Serena sudah mendapatkan uangnya mah. Nanti sore Serena kirimkan ya" ucap Serena. Sebelumnya mamahnya memang sudah meminta uang untuk membayar biaya kuliah adiknya yang akan jatuh tempo 1 Minggu lagi.
"Maaf nak mamah selalu merepotkan mu" ucap Sinta sedih, pasalnya dia tidak bisa bekerja dan tidak bisa membantu mencari uang baik untuk biaya kuliah anaknya, maupun untuk kebutuhan keluarganya. Sebenarnya Serena juga memang tidak mengizinkan mamahnya untuk bekerja karena mamahnya memiliki fisik yang sedikit lemah, cepat sekali merasa lelah dan bahkan sampai sakit jika melakukan pekerjaan yang berat.
"Tidak mamah jangan bicara seperti itu, mamah tidak pernah merepotkan ku sama sekali. Aku senang jika uangnya bisa berguna dan bisa membantu pengeluaran keluarga kita" ucap Serena menyangkal perkataan mamahnya.
"Bagaimana keadaan kakek dan nenek? Mereka sedang apa?" Tanya Serena mengalihkan perbincangan sebelumnya.
"Nenek sedang duduk di depan, dan kakek sedang pergi ke sawah" kakeknya itu memang masih sangat kuat sehingga masih bisa pergi ke sawah dan mengurusnya.
"Serena tolong bantu layani pembeli" ucap temannya dari depan toko.
"Mah maaf aku harus kembali bekerja, nanti aku telepon lagi ya" ucap Serena dengan lembut
"Iya sayang, maaf mamah telah menggangu waktu kerjamu. Yasudah nanti hati-hati saat pulang ya" ucap mamahnya.
"Iya mah" sambungan telepon terputus
Setelah sambungan telepon itu terputus, Serena pergi ke depan untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Tolong bantu layani tuan ini, aku harus mengerjakan yang di belakang" ucap citra, teman kerjanya. Serena mengangguk mendengar perkataan itu, dia melihat kedepan, ada seorang pria yang tinggi dengan setelan jas yang rapih dan wajah yang tampan. Serena sempat terpanah akan hal itu.
"Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Serena pada pria tersebut yang sedang fokus pada handphonenya.
"Tolong berikan saya kue terbaik yang ada disini" ucap pria tersebut.
"Baik tuan, mohon tunggu sebentar" Serena mulai mengambilkan beberapa jenis kue yang ada di toko itu.
"Ini tuan pesanannya" ucap Serena.
"Ya, berapa semuanya?" Ucap pria itu menatap Serena.
"Totalnya sekian tuan".
Pria itu mengambil kartunya untuk membayar. "Terimakasih" ucap pria tersebut dan berlalu pergi.
"Iya tuan" jawab Serena sambil tersenyum dan sedikit membungkuk.
"Hei mengapa kau tersenyum seperti itu?" Ucap citra menyadarkan Serena yang sedang tersenyum menatap pria tadi.
"Tidak ada" jawab Serena.
"Bohong, dari tadi kau melihat pria tadi sambil senyum. Kau menyukainya?" Ucap citra menggoda Serena. Pasalnya Serena jarang sekali tertarik dengan pria, dia sangat menutup diri untuk para pria yang datang mendekatinya. Bahkan sampai sekarangpun dia belum pernah memiliki kekasih.
"Tidak, aku hanya terpana saja, ya dia memang tampan" jawab Serena.
"Iya memang sangat tampan, sepertinya aku pernah melihatnya di tv".
"Benarkah? Apa dia seorang artis?".
"Sepertinya bukan, dia seorang pebisnis muda yang kaya raya. Dia juga pemilik perusahaan besar yang ada di ujung sana. Ya aku ingat itu" ucap citra sambil mengigat-ingat siapa pria tadi.
Serena mengangguk mendengar perkataan temannya. Dia memang menyukai pria tadi tapi ini mungkin hanya pertemuan sesaat dan hanya rasa suka sesaat. Tetapi dia penasaran dengan apa yang diucapkan temannya.
"Kau tahu namanya?" Tanya Serena.
"Kau benar-benar menyukainya ya sepertinya?" Goda Citra.
"Tidak... Tidak.. aku hanya penasaran" jawab Serena.
"Yasudah kita lanjut bekerja lagi" ajak citra.
__________
"Iya mom, aku sudah membelinya" ucap Arkan. Ya, pria yang tadi dibicarakan oleh Serena dan citra adalah Arkana Raditya Permana. Anak sulung dari Tuan Aditya dan Gina, pemilik perusahaan besar yang ada di tengah kota yaitu RA Company.
"Okay, cepatlah pulang. Mommy sangat ingin memakan kue itu" Ucap seorang wanita paruh baya diseberang sana, yang tak lain adalah mommynya.
"Mommy seperti orang hamil saja sangat menginginkan kue itu".
"Ckk.. kau ini, memangnya hanya orang hamil saja yang mau memakan kue itu" ucap Gina, sang mommy yang mulai kesal dengan perkataan anak sulungnya itu.
Setelah menelpon, Arkan melanjutkan perjalanannya menuju rumah orang tuanya.
Sesampainya di rumah, Arkan langsung disambut oleh suara tangis anak kecil yang tak lain anak dari sepupunya, Tania. Ya, ternyata di rumahnya sedang ada keluarga kecil Tania yang sedang berkunjung.
"Uncle" teriak anak berusia 5 tahun sambil berlari ke arah Arkan.
"Hai boy, kalian disini rupanya" ucap Arkan sambil menggendong Gerry, anak pertama dari pasangan Tania dan Josua.
"Iya uncle, aku akan menginap disini" ucap anak kecil itu. Tania dan Josua berniat menitipkan Gerry pada mereka karena Gerry memaksa ingin menginap dan bermain dengan Arkan, unclenya.
"Baiklah nanti kita bermain sepuasnya" jawab Arkan sambil menuju sofa dimana keluarganya berkumpul.
"Rania kenapa?" Tanyanya pada Tania, pasalnya bayi 7 bulan itu sedang menangis.
"Entahlah, sepertinya dia ingin tidur. Sudah ku gendong sejak tadi tapi dia masih belum tertidur" ucap Tania yang mulai frustasi karena anaknya tidak kunjung tidur, padahal sekarang sudah masuk waktu tidurnya, dan sejak tadi Tania sudah mencoba menimangnya tetapi tetap tidak membuat Rania tertidur.
Arkan menurunkan Gerry dari gendongannya dan mencoba mengambil alih Rania dari gendongan Tania.
"Biar aku yang menggendongnya" Arkanpun mencoba menggendong Rania, dan beberapa menit kemudian tangisan Rania mulai mereda dan perlahan tertidur dalam gendongan Arkan. Semua orang bernafas lega akhirnya bayi itu berhenti menangis, tetapi mereka juga heran kenapa bisa Rania tertidur di tangan Arkan.
"Kau memang sudah cocok menjadi seorang ayah" ucap Tania.
"Hmm, sudah aku katakan dan seringkali aku memaksanya untuk cepat menikah karena mommy sudah tak sabar untuk menimang cucu mommy sendiri" Selama ini Gina Sering mengenalkan anak-anak gadis dari teman-temannya tetapi tidak ada yang bisa bertahan karena Arkan yang terus menolaknya.
"Sudah lah sayang, biarkan Arkan menemukan wanita pilihannya sendiri" ucap Aditya.
"Iya dad, tapi sampai sekarang dia sama sekali belum pernah mengenalkan gadis manapun ke kita" jawab Gina "Huh, umurmu sudah 29 tahun Arkan. Sampai kapan kau terus sendiri seperti ini" Gina selalu emosi jika membahas hal ini, pasalnya anaknya itu susah sekali untuk menikah. Para sepupu dan teman-temannya banyak yang sudah menikah dan bahkan sudah memiliki 3 anak tapi dia memperkenalkan seorang gadispun tidak.
Sedangkan Arkan, orang yang sedang dibicarakan oleh mereka hanya diam dan tidak perduli dengan perkataan mommynya yang sudah marah-marah.