Tag khusus : Membaca Pikiran
Thalita terbangun kembali setelah meminum racun buatan suaminya.
Deo begitu ambisius ingin menyingkirkan istrinya itu agar bisa menikahi adiknya.
Namun takdir berkata lain, Thalita kembali hidup dan memasuki area istana kerajaan sebagai seorang putri yang terbuang.
Thalita yang awalnya seorang wanita kantoran itu harus menjalani berbagai rintangan sebagai seorang putri buangan.
Apakah Lita mampu mengubah takdirnya menjadi putri yang terhormat ?
Dan apakah ia bisa menundukkan hati sang pangeran yang begitu dingin di kerajaan itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabur
Karena pelaku percobaan pembunuhan itu tidak berhasil ditangkap karena sudah mati dibunuh oleh orang yang tidak ingin terbongkar kejahatannya, kini penjagaan terhadap Putri Zhiping mulai diperketat.
Putri Zhiping merasa jenuh karena terus berada di dalam kamar tidak diizinkan pergi ke mana pun.
"Jika aku begini terus, aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku akan terlihat lemah oleh musuhku." gumamnya geram lalu terlintas dalam benaknya untuk mengelabuhi para penjaga di luar kamar.
"Pelayan Wei, kamu masih setia padaku ?" tanyanya mencoba untuk mengelabuhi.
"Tentu saja, sampai kapan pun!" jawab pelayan Wei tegas.
"Bagus. Kamu harus menolongku agar bisa ke luar dari sini."
"Maksud Putri ?"
"Aku harus melanjutkan misi untuk menjadi seorang pengajar di luar istana. Anak - anak perlu pendidikan. Jika aku tidak bergerak, lalu siapa lagi yang akan mengentaskan mereka dari kebodohan?" Putri Zhiping menyakinkan pelayan Wei untuk percaya padanya kalau tidak akan terjadi apa - apa dengannya selama dalam penyamaran. Lalu ia membisikkan rencananya agar bisa keluar dari istana tanpa dicurigai.
Pelayan Wei akhirnya terpaksa mengikuti kemauan Putri Zhiping meski ia berulang kali menolak idenya.
Putri Zhiping merubah penampilannya menyerupai pelayan Wei, dan pelayan Wei berdandan ala Putri Zhiping.
"Tapi, saya sangat takut jika sampai ketahuan jika Putri kabur dari istana," ujar pelayan Wei gugup.
Putri Zhiping menepuk bahunya, "Kamu tenang saja, selama kamu diam, maka akan aman. Mengerti?"
Terpaksa pelayan Wei mengangguk samar. "Hati -hati Putri!"
Lalu dengan penampilannya sebagai seorang pelayan, Putri Zhiping keluar kamar. Sepanjang langkahnya ia menunduk.
Tiba - tiba saja langkanya terhenti oleh pedang pengawal yang menghadangnya. "Kamu mau kemana, pelayan!"
Putri Zhiping menelan ludahnya kasar, menyamarkan suara. "Aku ingin pergi ke pasar."
Kemudian pengawal itu tanpa banyak bertanya lagi mengangkat pedangnya membiarkan orang yang dikira pelayan sungguhan untuk lewat.
Putri Zhiping berjalan tetap menunduk sampai di depan pintu gerbang istana. Kebetulan ia melihat Zan Zizi tengah keluar dengan membawa gerobak. Ia memberi kode untuk menumpang dan Zan Zizi memberinya tumpangan.
"Hah, lega rasanya bisa keluar istana." desahnya yang seketika membuat sang kusir sangat terkejut.
"Putri Zhiping ?"
Putri Zhiping memperlihatkan deretan giginya yang putih, "He he he, aku membuatmu terkejut ya."
"Putri Zhiping mau kemana dan mengapa berpenampilan seperti pelayan Wei," ujar Zan Zizi menelisik penampilannya.
"Sstt, aku sedang menyamar. Aku bosan di dalam istana terus. Zan Zizi, tolong antar aku tepi sawah."
"Tidak salah Putri, untuk apa ke sana?"
"Sudah, antar saja jangan banyak bertanya kamu."
"Baik Putri, "
"Kamu sendiri, mau kemana?" tanya Putri Zhiping yang merasa terbantu pelariannya.
"Saya mau ke pasar, persediaan sayur menipis di dapur istana."
"Membeli sayur?" terpikirkan dalam benaknya untuk menanam sendiri beraneka sayuran.
Seperempat jam kemudian, Zan Zizi sampai di tepi sawah, membantu Putri Zhiping turun dari kereta nya.
Namun, ia tak segera pergi, ia ingin melihat apa yang ingin putri itu lakukan di sana.
Putri Zhiping melambaikan tangan pada anak - anak yang sedang bermain kejar - kejaran. Sayangnya, mereka tak merespon lambaian tangan putri itu. Lalu Putri Zhiping berteriak memanggil mereka untuk berkumpul. Barulah semuanya bersedia memenuhi teriakan sang putri.
"Apakah kalian ingin bersekolah ?" tanya nya berharap mendapat sorakan.
Nyatanya mereka terdiam dan saling melempar pandang, seolah tak mengerti apa yang ditanyakan gadis di depan mereka. Putri Zhiping mengerti semua yang ada dalam pikiran mereka lalu mulai berpidato memberikan imbauan agar mau bersekolah.
Zan Zizi masih terdiam mengamati, rupanya hanya sekilas saja ia paham ke arah mana tujuan putri itu ke sini.
"Apakah dengan bersekolah kita bisa kaya ?" tanya seorang bocah yang paling kecil, usianya 6 tahun. Meskipun anak kecil, soal uang ia amat terobsesi.
Putri Zhiping menggeleng, "Bukan menjadi kaya, melainkan mendapatkan pengetahuan."
"Kalau begitu aku tidak mau bersekolah. Buat apa bersekolah jikalau tidak bisa menghasilkan uang."
Putri Zhiping mendesah kasar, jika saja ini adalah dunianya, sudah pasti kepala bocah ini ia jitak.
Melihat Putri Zhiping kesulitan, Zan Zizi datang mendekat. "Dengan kamu bekerja, kamu akan mendapatkan uang. Dengan berusaha kamu juga bisa mendapatkan uang. Tapi bekerja dan berusaha harus didasari dengan pendidikan yang kuat yang bisa didapatkan dari bersekolah. Untuk itu bersekolah adalah hal terpenting sebelum bekerja." terangnya dengan gamblang yang membuat Putri Zhiping terkesima dengan tutur bahasanya yang mudah sekali dimengerti.
"Zan Zizi, kamu sangat pandai bersosialisasi. Aku bangga padamu."
Zan Zizi membungkuk merendahkan diri, "Aku hanya menyampaikan apa yang aku ketahui."
"Sepertinya kamu bukan orang sembarangan,"
Zan Zizi gelagapan dengan tudingan itu, "Jangan sampai Putri Zhiping mengetahui rahasiaku." gumamnya dalam hati.
"Zan Zizi menyimpan rahasia, rahasia apa ?" gumamnya dalam hati namun tidak sampai di utarakan.
Melihat anak para petani berkumpul, petani yang sedang beristirahat menjadi penasaran lalu ikut berkerumun. Ini kesempatan yang bagus untuk mempengaruhi mereka.
"Semuanya saja, saya adalah Putri Zhiping, saya akan menjadi guru untuk anak - anak kalian belajar. Bagi yang bersedia, besok pagi berkumpul di sini ! Ini gratis, tidak perlu biaya untuk belajar di sini."
Salah seorang petani mengangkat jari telunjuknya untuk menyampaikan pertanyakan.
"Untuk apa anak - anak kami harus belajar? Bukankah pendidikan itu hanya untuk mereka yang kalangan ke atas dan anak pejabat saja ? Lagi pula Anda terlihat bukan seorang putri, lalu bagaimana bisa kamu percaya kamu adalah seorang pengajar?"
Putri Zhiping mengerti dan sangat memahami keadaan lingkungan sekitar istana.
"Jika sebuah bukti yang menjadi acuan untuk kalian percaya, maka tunggulah besok pagi aku akan membawa bukti jika aku bisa menjadi seorang guru."
Setelah sedikit berdemo, Putri Zhiping meminta Zan Zizi untuk mengantarkannya pulang.
"Anda begitu peduli ?"
"Sesuatu yang tidak begitu penting harus ditonjolkan agar bisa sama dengan sesuatu yang terpandang itu."
"Pendidikan itu harus disamaratakan. Bagaimana menurutmu, Zan Zizi ? Sepertinya kau tahu lebih detail ketimbang aku ya hanya orang baru."
Zan Zizi terkesiap dengan ucapan sang putri barusan. "Apa yang Anda bicarakan, Putri ? Aku hanya seorang penjaga kuda."
Putri Zhiping memicingkan mata sebelah, "Benarkah hanya seorang penjaga kuda?"
Zan Zizi tak berani menjawab, ia takut termakan omongan.
Sebelum pulang ke istana, Putri Zhiping ikut belanja Zan Zizi ke pasar. Ia membeli beberapa bibit sayuran dan akan menanamnya di istana.
Sementara itu di istana.
"Yang mulia raja telah tiba !" seru pengawal di depan kamar putri Zhiping.
Pelayan Wei menjadi keringat dingin mendengar seruan itu. "Gawat, aku harus bagaimana ini ?" ia berjalan mondar - mandir agar tidak sampai ketahuan.
semangat thor,, sehat and sukses slalu 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😘
semangat truss yaa thor,, 💪🏻💪🏻💪🏻😘