NovelToon NovelToon
Antagonis Nyeleneh

Antagonis Nyeleneh

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Hazel nyasar masuk ke dalam novel sebagai karakter antagonis yang semestinya berakhir tragis dengan bunuh diri. Namun, nasib memihak padanya (atau mungkin tidak), sehingga dia malah hidup adem ayem di dunia fantasi ini. Sialnya, di sekelilingnya berderet cowok-cowok yang dipenuhi dengan serbuk berlian—yang terlihat normal tapi sebenarnya gila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Janji Gak Akan Gila

Sepeda mereka meluncur dengan cepat di sepanjang jalan yang berkelok-kelok. Hazel, dengan semangat penuh dan senyum yang tak terbendung, mengayuh pedal sepeda dengan lincah.

Angin menyapu wajahnya yang bersemu merah, membuatnya terlihat bebas dari beban yang mungkin dipikirkannya sebelumnya.

Namun, di belakangnya, Ananta, yang dibonceng dengan cemas, mencoba bertahan dengan berpegangan pada ujung baju Hazel.

"Zel, pelan-pelan!" teriak Ananta, suaranya hampir terbawa oleh angin yang kencang dari kecepatan sepeda mereka.

"Apa? Terlalu pelan? Oke gue tambah kecepatan," balas Hazel dengan tawa riang, sambil terus mengayuh tanpa ampun.

Melihat turunan di depan, wajahnya menyunggingkan senyuman licik yang mengisyaratkan sesuatu.

"Buka mata lo, Nta," pinta Hazel.

Ananta merasa detak jantungnya meningkat saat perlahan membuka matanya setelah terkejut dengan kecepatan sepeda. Awalnya, pandangannya masih kabur dan sedikit pusing, tetapi dia segera mulai menikmati sensasi tersebut.

Sepeda mereka meluncur dengan pelan di awal turunan, mengikuti lekuk jalan setapak yang berkelok-kelok di taman yang teduh.

"Jagoan neon," batin Hazel sembari menahan tawanya.

Hazel, mengendalikan sepeda dengan lincah. Dia tahu persis kapan harus memperlambat dan kapan harus mempercepat, memberikan mereka pengalaman yang penuh tantangan namun juga sangat mengasyikkan.

Ananta, yang duduk di belakangnya, merasakan angin sepoi-sepoi pagi yang berdesir melalui rambutnya, membangkitkan sensasi kebebasan yang memenuhi jiwa.

"Seru kan?" tanya Hazel sambil mengayuh sepeda dengan tenang di jalan yang datar.

Ananta, yang duduk di belakangnya, masih merasakan kegembiraan dari pengalaman naik sepeda mereka.

"Gue baru tahu ternyata naik sepeda bisa seseru ini!" teriak Ananta dengan antusias.

Ekspresinya penuh kegembiraan, mata berbinar-binar menatap sekeliling mereka yang tenang dan indah.

"Lo mau gak gue tunjukin hal yang lebih seru?" tanya Hazel dengan senyum penuh teka-teki di wajahnya.

Angin sepoi-sepoi yang lembut menyapu rambut mereka, sementara sepeda melaju dengan kecepatan yang stabil di jalan yang datar. Ananta, yang mulai menikmati suasana, merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan Hazel selanjutnya.

"Apa?" tanya Ananta dengan mata berbinar, rasa penasarannya terlihat jelas.

Dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, mencoba mendengar lebih jelas apa yang Hazel katakan.

"Ini dia!" teriak Hazel tiba-tiba, penuh semangat.

Tanpa peringatan, dia melepaskan kedua tangannya dari stang sepeda. Tangannya terangkat ke udara, seolah-olah sedang merayakan kebebasan yang dirasakannya.

"Hazel!" teriakan Ananta terdengar nyaring di telinga Hazel.

Nada panik dalam suaranya mencerminkan kekhawatiran yang tiba-tiba muncul. Ananta meraih ujung baju Hazel dengan erat, mencoba mencari pegangan yang lebih stabil saat sepeda mereka melaju tanpa kendali yang jelas.

Hazel hanya tertawa, menikmati sensasi kebebasan dan adrenalin yang mengalir dalam dirinya. "Sorry, sorry," ucapnya sambil tertawa lepas, mencoba menenangkan Ananta.

Dia memegang kembali stang sepeda dengan mantap, memberikan sedikit kelegaan kepada Ananta yang masih berpegangan erat.

Namun, kegilaan Hazel tidak berhenti di situ. Dengan senyum nakal di wajahnya, dia melepaskan tangannya lagi dari stang sepeda, kali ini sambil menoleh ke belakang untuk melihat reaksi Ananta.

"Lihat, gak semenakutkan itu kan?" katanya dengan nada menggoda.

Ananta hanya bisa menggelengkan kepala, campuran antara ketakutan dan keheranan terpancar di wajahnya.

"Hazel, serius, jangan gila lo!" katanya dengan suara yang lebih tenang tapi masih penuh kekhawatiran.

Hazel menertawakan reaksi Ananta, lalu memegang kembali stang sepeda sebelum mengulangi aksinya lagi. Setiap kali Hazel melepaskan tangannya, Ananta kembali berteriak, "Hazel!" dengan nada yang semakin lama semakin terbiasa, meskipun tetap penuh kekhawatiran.

Setelah beberapa kali melakukan aksi yang sama, Hazel akhirnya berhenti, kali ini benar-benar memegang stang sepeda dengan erat.

"Oke, oke, gue janji gak akan gila lagi," ucapnya sambil tersenyum. "Tapi lo harus akui, itu seru kan?"

Ananta menarik napas panjang, berusaha menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar cepat.

"Iya, seru, tapi jangan terlalu sering ya," katanya akhirnya, mengakui bahwa ada sisi yang menyenangkan dari kegilaan Hazel.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan sepeda, melewati jalan-jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang. Hazel sesekali melirik ke belakang, memastikan Ananta masih baik-baik saja.

***

Setelah upacara bendera selesai, Hazel berjalan menuju koperasi sekolah. Langkahnya mantap dan santai, menikmati sedikit waktu luang sebelum pelajaran berikutnya dimulai.

Namun, di tengah perjalanan, matanya menangkap sosok Zen, Panji, dan Tian yang berdiri tidak jauh dari sana. Jantung Hazel berdetak lebih cepat saat mereka bertiga langsung memperhatikan kedatangannya.

"Sini lo!" perintah Tian dengan suara keras dan penuh otoritas.

Wajahnya terlihat serius, tidak menunjukkan tanda-tanda akan bersahabat.

"Mampus gue," batin Hazel. Tak mau ambil risiko, Hazel berbalik dan langsung lari sekencang mungkin.

Kakinya bergerak cepat, berusaha menciptakan jarak antara dirinya dan ketiga anak itu.

Zen, yang tidak berniat membiarkan Hazel lepas begitu saja, segera memberi isyarat kepada teman-temannya. "Ayo, kejar dia!" teriaknya.

Ketiganya langsung berlari mengejar Hazel. Langkah-langkah kaki mereka menggema di sepanjang koridor sekolah yang kini sepi setelah upacara. Hazel berlari dengan cepat, berbelok di sudut-sudut koridor, berharap bisa menghilang dari pandangan mereka.

Tian, dengan tubuhnya yang atletis, berada di posisi terdepan, diikuti oleh Zen dan Panji yang berlari dengan tekad yang sama kuat. Mereka semakin mendekat, langkah kaki mereka yang berat menandakan usaha keras untuk menangkap Hazel.

***

Guru sudah masuk ke dalam kelas, mengawali pelajaran dengan suara yang tegas dan penuh wibawa. Namun, perhatian Tania tidak sepenuhnya tertuju pada pelajaran. Matanya terus melirik ke arah bangku Hazel yang kosong.

"Pergi kemana nih bocah?" batin Tania, merasakan kekhawatiran yang perlahan mengusik pikirannya.

Tiba-tiba, Tania merasakan ada sesuatu yang mengenai kepalanya. Sebuah kertas kecil tergeletak di atas mejanya.

Dia menoleh ke belakang dan mendapati Febrian sedang nyengir lebar, lebih mirip kuda daripada manusia. Senyum itu penuh dengan keisengan, seperti biasa.

"Mana Hazel?" tanya Febrian dengan gerakan mulut tanpa suara, ekspresinya terlihat penasaran.

"Gak tahu," balas Tania juga dengan gerakan mulut, mengangkat bahu sedikit untuk menekankan ketidaktahuannya.

Setelah itu, dia kembali fokus pada bukunya, mencoba mengalihkan perhatian dari kekhawatiran yang menggelayut di pikirannya.

Namun, pikiran Tania tidak bisa berhenti begitu saja. "Sejak kapan manusia pulu-pulu itu mulai nempel ke Hazel?" dumelnya dalam hati, merasa jengkel dengan situasi yang tidak jelas ini.

***

Agler berlari menyusuri koridor sekolah dengan cepat, napasnya memburu seiring langkah kakinya yang semakin kencang.

Ia baru saja mendengar dari beberapa siswa yang baru keluar dari toilet bahwa Hazel tengah dikejar oleh Zen dan gengnya.

"Mereka cari masalah," batin Agler dengan penuh kekhawatiran.

Agler melonggarkan dasinya dengan satu tarikan cepat, membiarkan simpulnya tergantung lepas di lehernya. Peluh mulai membasahi dahinya, tetapi ia tidak memperlambat langkahnya. Matanya tajam memeriksa setiap sudut koridor, berharap menemukan jejak Hazel.

Koridor yang biasanya ramai dengan siswa yang berlalu-lalang, kini tampak sepi setelah upacara. Suara langkah kaki Agler menggema di sepanjang dinding, menambah kegelisahannya.

Di benaknya, ia membayangkan berbagai skenario buruk yang mungkin terjadi pada Hazel jika Zen dan teman-temannya berhasil menangkapnya.

Agler berbelok di sudut koridor dengan lincah, hampir tergelincir tetapi berhasil mempertahankan keseimbangannya.

1
Amazing Grace
semangat terus ya Thor,semoga sehat selalu dan makin sukses novel nya
Atika Norma Yanti: makasih doanya, lope-lope lah pokoknya
total 1 replies
Amazing Grace
makin seru up lagi Thor, please😭😭🙏🙏
Nova Lpg
novel nya keren ,,bikin penasaran
semangat terus author update nya ..😉
Atika Norma Yanti: makasih banyak udah mau mampir 😂
total 1 replies
Amazing Grace
semangat author 🤗
Atika Norma Yanti: makasih dukunganku, bakalan di usahakan untuk tetep up cerita 😂
total 1 replies
Ning28
akhirnya up juga soalnya lgi seru² banget sumpah😅😘
Atika Norma Yanti: iya, tapi gak bisa up banyak kayak sebelumnya. soalnya nih mata malah kegoda sama Drakor 😂
total 1 replies
Ning28
kenapa kok ga up ka pdhal lg seru tahu😭😅
Atika Norma Yanti: lagi maraton Drakor, judulnya Night Has Come, nyesel baru nonton sekarang 😭🤣
total 1 replies
Amazing Grace
semangat kak,alurnya makin seruu🤗🤗
Kanian June
mampir ya Thor ...
_no name_
up thor
Amazing Grace
semangat kak,pliss makin seru aja nih novel, penasaran banget hazel endingnya gimana🤗
Ning28
tuhkan nambah seru lagi apalagi up nya banyak makin seneng deh🥰😭
Amazing Grace
next author,seru bangett
Bening Hijau
jahat banget teman nya liliana
Atika Norma Yanti: terkadang teman bisa mengubah cara pandang kita terhadap orang lain
total 1 replies
Bening Hijau
penasaran dengan sosok rania yang sebenarnya
Ning28
sumpah klo udh diakhir tuh bikin kepo sendiri aja soalnya seru banget😍🤣
Ning28: iya wajib nonton sampe ending itumah😭😅
Atika Norma Yanti: wah🤣🤣... kalau udah nonton Drakor psikopat, suka lupa waktu
total 4 replies
Amazing Grace
semangat author,dari sekian banyak novel,novel Lo yang paling bagus menurut gw dan realita, karakternya juga ga terlalu berlebihan,ga sempurna ga menye menye juga🥰🥰 biasanya di novel lain tuh drama banget,kalo novel Lo langsung ngena dan alurnya juga bagus banget
Atika Norma Yanti: makasih banyak ya, komentar Lo bikin gue semangat buat lanjutin cerita ini. Yang awalnya gue kira gak akan ada yang baca. pokoknya makasih atas komentar positifnya
total 1 replies
Alfatih Cell
lanjut thor...
Atika Norma Yanti: ceritanya bakalan berlanjut karena otak masih jalan untuk buat alurnya 😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!