Bulan Pembantu Licik

Akan tetapi setelah pintunya terbuka, Bulan menatap isi ruangan lalu menekan saklar yang ada di balik pintu, dengan tatapan bengong sembari mulutnya terbuka. Perlahan gadis cantik itu dan Jeremy masuk, mereka terkesima menatap sekelilingnya.

"Wow sangat mewah. Kapan Hana melakukan semua ini? Pasti sebelum aku menikah dengannya," ucap jeremy pelan seraya melihat dan mengamati seisi ruangan tersebut.

"Kapan Tuan menikah dengan Nyonya?"

"Aku menikah dengan Hana sekitar sepuluh tahun yang lalu. memang nya kenapa?"

"Pantas saja, dia tidak tau apa-apa tentang Hana," batin Bulan.

Gadis itu melihat tak percaya. Hatinya meronta-ronta menahan emosi, ingin rasanya dia mengobrak-ngabrik, melempar dan membanting semua barang-barang yang tersusun rapi di dalam almari etalase kaca. Tas mewah dari berbagai merek, semua jenis perhiasan mahal yang tergantung pada patung manekin, belum lagi semua model gaun mewah juga sepatu bermerek dan masih banyak lagi. Semuanya itu adalah koleksi Hana, kegilaannya dengan barang branded membuatnya gelap mata.

"Bagaimana caranya wanita itu menyingkirkan semua barang-barang Papa dari ruangan ini. Aku tidak percaya, pasti ada sesuatu yang tertinggal di ruangan ini, pasti ada petunjuk di sini," ucap Bulan pelan seraya mengangkat barang-barang itu satu persatu.

"Bulan, kamu tidak perlu membersihkan ruangan ini, ternyata tidak seperti yang kita bayangkan. Hana ... Hana jadi ini yang kamu bilang kamar kotor dan penuh barang-barang usang," ujar Jeremy. "Padahal isinya barang-barang mewah," tambahnya.

Gadis cantik itu tidak menghiraukan perkataan majikannya, karena tengah sibuk mengamati setiap barang-barang dan setiap sudut ruangan tersebut. Di saat mereka tengah sibuk menatap dengan rasa kagum, ketukan langkah kaki wanita cantik itu tak terdengar oleh telinga Bulan dan Jeremy.

"Apa yang sedang kalian lakukan!" bentak Hana yang tiba-tiba sudah datang sembari berdiri di daun pintu. "Aku sudah bilang jangan masuk kamar ini! Kalian menemukan kunciku di mana?!" bentak wanita itu sekali lagi sembari berjalan masuk ke dalam.

Seketika Bulan meletakkan tas mewah di tangannya lalu menundukkan kepala.

"Berani sekali tangan kotormu memegang tasku yang harganya dua milyar," gumam Hana sembari meremas lengan Bulan.

"Maaf Nyonya," jawabnya ringan tak terlihat sedikitpun rasa takut atau penyesalan di wajahnya.

"Hana, jangan marah sama Bulan, ini semua adalah ideku. Aki pikir jika kamar ini di bersihkan akan membuatmu senang, tetapi ternyata setelah aku masuk ruangan ini sangatlah istimewa jauh dari bayanganku," bela Jeremy seraya menatap wajah wanita angkuh di hadapannya.

Wanita itu mengendus dingin sembari menarik tangannya kasar. "Pasti kamu yang sudah merayu suamiku agar bisa masuk ke ruangan ini, kan?!" geram Hana. Sorotnya matanya yang tajam bukannya mengarah pada netra gadis cantik itu, tetapi tertuju pada salah satu tas yang super mahal dengan nilai harganya bisa di taksir sekitar hampir lima milyar.

Bulan masih saja diam membisu tak bergeming dari posisinya berdiri. Matanya hanya bergerak ke kanan dan ke kiri masih mengamati kalau ada sesuatu yang janggal.

"Tidak Hana, dia tidak merayuku sama sekali. Aku yang nekad sudah mencari-cari kunci kamar ini di bantu Bulan hanya untuk memberimu surprise, hanya itu dan tidak taunya kunci itu ada di bawah ranjang kita," bela sekali lagi Jeremy.

"Kamu terus membelanya. Apa kalian ada hubungan?" tanyanya datar.

Sepersekian detik Jeremy terdiam sembari menggosok leher belakangnya yang tidak gatal. "Hana sudah aku jelaskan berkali-kali sama kamu. Aku dan Bulan tidak ada apa-apa, mana mungkin aku berselingkuh dengan seorang pembantu," jelasnya sembari tersenyum getir.

"Yang di katakan sama Tuan benar Nyonya. Saya hanya membantu Tuan saja dan yang lebih pasti, Saya dan Tuan tidak ada hubungan sama sekali, kita hanya sebatas majikan dan pembantu," sela Bulan menjelaskan. Senyumannya yang tipis seraya menatap majikan perempuannya terlihat tak gentar menghadapi Hana jika suatu saat terjadi sesuatu padanya.

"Kalau tidak ada apa-apa di antara kalian. Malam itu di dapur siapa yang berduaan sampai tubuh kalian berhimpitan," cecar Hana seraya menekan nada bicaranya.

"Hana sudahlah, jangan salah paham sama Bulan dan aku. Kita memang benar-benar tidak ada hubungan."

Wanita itu tiba-tiba tersenyum sangat manis dengan kelopak matanya yang di poles dengan eye shadow membuat ke dua bola mata tampak terlihat cantik dan berbinar seraya menatap Bulan lalu suaminya.

"Aku percaya sama kamu, sayang. Lagipula kalau di pikir-pikir seorang pembantu itu tidak selevel dengan diriku. Anggap saja waktu itu aku salah lihat dan maaf sudah berburuk sangka pada kalian," ucap Hana sembari tersenyum palsu.

Dasar ular! Kamu kira aku percaya dengan tampangmu itu yang bisa berganti-ganti topeng setiap keadaan, batin Bulan. "Iya Nyonya, tidak apa-apa," sahut Bulan lembut.

"Nah ...., gitu dong sayang. Kita kembali ke kamar yuk," pinta Jeremy.

"Baiklah. Oh ya, karena kalian sudah tahu apa yang aku sembunyikan di ruangan ini sebaiknya kamarnya tidak perlu di kunci, di tutup saja yang penting tidak ada barang-barang yang hilang," ucap Hana dengan nada suara lemah lembut.

"Baik Nyonya."

"Kita keluar, sayang. Bulan tutup pintunya, ya." Hana berbalik badan melangkahkan kaki keluar seraya mengepalkan ke dua tangannya di samping.

"Aku keluar dulu," ucap Jeremy sangat pelan pada Bulan sembari memegang tangannya lalu meninggalkan Bulan mengikuti Hana dari belakang.

Aku belum ada bukti saja kalau kalian selingkuh, tetapi kedekatan kalian sudah terendus di hidungku, batin Hana dengan senyum sinisnya.

"Huh..." Gadis cantik itu berjalan dengan lesu sembari menghela nafas kekecewaan. Akan tetapi di saat dirinya akan menutup pintu atensinya tertuju pada salah satu dompet sederhana berwarna putih dengan kode huruf J di bagian depan. Rasa penasaran membuatnya melangkahkan kaki pelan kembali masuk ke dalam ruangan.

"Cepat tutup pintunya!" teriak Hana dari daun pintu kamarnya.

Seketika Bulan menghentikan kakinya dan kembali keluar lalu menutup pintunya rapat-rapat.

"Saya kembali ke dapur dulu, Nyonya," pamit gadis cantik itu seraya menyodorkan kunci ruangan itu.

"Pergilah, tugasmu memang di sana, menjadi babu," hina Hana dengan menekan nada bicaranya.

Bulan tersenyum tipis berjalan menuruni anak tangga. Di pikiran dan hatinya berkata Nyonya Hana kamulah yang layak berada di dapur lebih tepatnya di dalam kandang kambing.

Bersambung 😀

Yukkk bantu Vote yukkk 🙏🫶

Terima kasih ❤️