Alvaro Neo Sandler adalah pria kaya raya yang memiliki kerajaan bisnis di dalam negri maupun di luar negri, saat ini Alvaro sudah berusia 28 tahu.
Dulu Alvaro menikah di usia 18 tahun setelah lulus SMA, saat itu ia menikah karena di jodohkan oleh orang tuanya karena balas budi.
tapi pernikahan itu tidak tahan lama karena Alvaro mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Kedua orang tuanya meninggal sedangkan ia lumpuh dan di nyatakan mandul.
disaat terpuruk sang istri justru menghina dirinya yang cacat serta mandul, lalu memberi surat perceraian.
Tiara Puspa, gadis cantik dan juga baik hati yang baru saja menginjak usia 17 tahun dan duduk di kelas tiga SMA. Tiara adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya sudah meninggal tujuh tahun lalu akibat kecelakaan.
Ia di jadikan pembantu di rumahnya sendiri oleh dan Tante yang menumpang hidup padanya. hingga hampir di jual karena akan di jadikan alat pembayar hutang.
ingin tau kisah keduanya ayo mulai mengikuti kisah mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 pernikahan
Hari itu akhirnya tiba. Satu bulan setelah dua lamaran penuh haru dan cinta, dua pasangan bersiap untuk mengikat janji suci dalam akad nikah Islami yang khidmat dan penuh berkah. Marco dan Tika, Candra dan Tari—dua sahabat yang kini menjadi dua mempelai di hari yang sama.
Keputusan untuk menikah di hari yang sama bukanlah rencana awal. Namun setelah diskusi panjang antar keluarga, dan atas persetujuan kedua pasangan, mereka memutuskan untuk menggabungkan hari bahagia mereka. Tika dan Tari yang sejak kecil bersahabat kini akan menjadi keluarga, dan pernikahan ini akan menjadi kenangan indah tak terlupakan sepanjang hayat.
Pagi itu, suasana ballroom hotel tempat acara dilangsungkan terasa hangat dan syahdu. Dekorasi dibuat dengan tema tradisional modern bernuansa putih-emas dan hijau pastel. Satu ruangan besar dipersiapkan khusus untuk pelaksanaan akad nikah secara Islam, lengkap dengan meja akad di bagian depan, dihiasi kaligrafi dan bunga-bunga segar.
Persiapan Pagi
Di ruang rias, Tari dan Tika duduk berdampingan mengenakan kebaya putih yang anggun. Masing-masing dirias dengan hati-hati oleh penata rias andalan keluarga. Aura kebahagiaan terpancar dari wajah mereka.
“Masih nggak nyangka, ya... kita sahabatan dari kecil, terus nikah barengan begini,” gumam Tika sambil tersenyum haru.
“Dulu kita cuma main boneka bareng, sekarang nikah bareng,” celetuk Tari sambil berkaca.
Tari tertawa. “Yang dulu suka bilang cowok nyebelin, sekarang malah nikah duluan.”
“Eh, kamu juga!” balas Tika.
“Allah Maha Baik. Kita dikasih kejutan terindah, bahkan aku tidak menyangka kita akan jadi ipar,” balas Tiara yang ada disana menemani kedua sahabatnya
"Iya kamu benar Ra, Ra makasih ya" ujar Tika dan Tari lalu berpelukan.
"Tapi bagaimana dengan Tara, kenapa mereka menghilang dan tidak memikirkan mas Candra" ujar tari sedih.
"Jangan pikirkan itu, biarlah mereka, dari dulu juga kak can tanpa mereka, mungkin mereka juga gak menginginkan kehadiran kak can. Kamu jangan pikirkan itu Tari, sekarang kamu harus bahagia jangan sedih biar nanti kita urus mereka setelah acara selesai" jawab Tiara menenangkan sahabat nya itu dan di angguki oleh Tari.
Di kamar lain, Marco dan Candra tengah mengenakan jas dan peci hitam. Mereka duduk berdampingan, sambil mendengarkan wejangan dari Papa Noe dan Alvaro.
“Jadi suami itu bukan cuma soal cinta, tapi tanggung jawab,” ujar Papa Noe tegas.
Alvaro menambahkan, “Jagalah istri kalian dengan hati dan akhlak. Hari ini kalian menjadi pemimpin keluarga. Jangan main-main.”
Keduanya mengangguk penuh hormat.
Akad Nikah
Tepat pukul 09.00 pagi, para tamu keluarga mulai memenuhi ruangan. Di bagian depan, dua meja akad telah disiapkan. Satu untuk Marco dan Tika, satu lagi untuk Candra dan Tari. Suasana sangat khidmat.
Marco duduk di depan penghulu dan wali Tika. Ia tampak tegang tapi berusaha tenang. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan khutbah nikah, tibalah saatnya akad.
Wali Tika, yaitu ayahnya, menggenggam tangan Marco dan mengucap,
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Marco bin Hasyim dengan putriku Tika binti Sulaiman, dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas lima gram dibayar tunai."
Marco menjawab mantap, "Saya terima nikahnya Tika binti Sulaiman dengan mas kawin tersebut, tunai."
Seketika ruangan penuh ucapan “sah!” dari para saksi dan tamu. Tika menitikkan air mata haru. Ia kini resmi menjadi istri Marco.
Tak lama, giliran Candra maju untuk akad dengan Tari. Ia duduk di depan penghulu dan wali Tari, yang merupakan ayah kandungnya. Dengan suara tenang namun mantap, Candra menerima akad yang diucapkan wali Tari.
"Saya nikahkan engkau Candra bin Tomas dengan putriku Tari binti Haryono, dengan mas kawin logam mulia 10 gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Tari binti Haryono dengan mas kawin tersebut, tunai."
Tangis haru pecah lagi. Tari menunduk, mengusap air matanya sambil tersenyum. Akhirnya, dua pasangan sah secara agama dan negara.
Mama Nara dan Papa Noe ikut menangis bahagia. Tiara memeluk kedua mempelai perempuan, sementara si kembar Arsela dan Arya menyambut mereka dengan tepuk tangan kecil.
“Om Malco udah halal!” teriak Arya polos. Semua tertawa bahagia.
Resepsi Bahagia
Siang hari, aula yang sama disulap menjadi tempat resepsi bernuansa hangat. Bunga segar, lampu kristal, dan dekorasi kayu elegan menciptakan suasana pesta yang akrab namun mewah.
Marco dan Tika bergandengan tangan memasuki ruangan, disambut tepuk tangan para tamu. Menyusul kemudian Candra dan Tari yang tak kalah mempesona. Tari mengenakan kebaya hijau pastel dengan hijab senada, sementara Candra tampak gagah dengan jas batik modern.
Keluarga besar duduk di meja utama. Mama Nara tampak bahagia tak henti-henti mengusap dada, sementara Papa Noe tersenyum bangga. Alvaro dan Tiara tampak harmonis bersama anak kembar mereka yang sibuk menikmati hidangan manis.
“Alya mau nitah tayat tadi!” ujar Arya sambil menumpahkan bubur ke bajunya.
“Alsela juga!” sahut kembarannya.
Semua tertawa, dan Tiara buru-buru membersihkan baju mereka.
Acara berlangsung meriah. Tamu-tamu yang hadir terdiri dari kerabat dekat, sahabat lama, dan kolega keluarga. Tari dan Tika bahkan menyempatkan waktu untuk berfoto bersama teman-teman SMA mereka yang heboh bernostalgia.
Di tengah-tengah acara, Marco memegang mikrofon dan mengucapkan sepatah dua patah kata.
“Terima kasih untuk semua keluarga dan sahabat yang hadir. Hari ini, kami—saya dan Tika, serta Candra dan Tari—bersumpah untuk membangun rumah tangga yang penuh cinta dan ridha Allah. Mohon doanya.”
Candra melanjutkan, “Dan semoga ikatan persahabatan kami semakin kuat, kini dilengkapi dengan ikatan keluarga. Terima kasih atas restu dan doa kalian.”
Menutup Hari, Membuka Hidup Baru
Menjelang sore, tamu mulai pulang satu per satu. Tari dan Tika duduk berdampingan di sofa, saling memandang.
“Gimana rasanya jadi istri?” tanya Tika menggoda.
“Rasanya... tenang,” jawab Tari dengan senyum manis. “Alhamdulillah.”
Di sisi lain, Candra dan Marco saling tos diam-diam, lalu tertawa.
“Mantap, bos. Akhirnya jadi suami sah,” ujar Marco.
“Dan jadi satu keluarga juga,” sambung Candra.
Sore itu ditutup dengan pelukan hangat keluarga. Si kembar memeluk kedua pengantin, sementara Tiara dan Alvaro mengabadikan semua momen lewat kamera.
Dua akad nikah, dua pasangan bahagia, satu hari penuh berkah. Inilah awal dari perjalanan panjang dua rumah tangga yang tumbuh dari cinta, doa, dan persahabatan.
Bersambung