Gisel mendapatkan ide gila dari keluarganya, yaitu untuk memb*nuh Evan—suaminya. Karena dengan begitu, dia akan terbebas dari ikatan pernikahannya.
Mereka bahkan bersedia untuk ikut serta membantu Gisel, dengan berbagai cara.
Apakah Gisel mampu menjalankan rencana tersebut? Yuk, ikuti kisahnya sekarang juga!
Jangan lupa follow Author di NT dan di Instaagram @rossy_dildara, ya! Biar nggak ketinggalan info terbaru. Sarangheo ❣️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13
Drriiiiinnngg!!
Deringan ponsel seketika memecah kesunyian kamar di pagi hari, membuat Gisel tersentak dari tidurnya dan membukanya secara paksa.
Dengan cepat, perempuan itu meraih ponselnya yang terletak di atas nakas. Layar ponsel menampilkan panggilan masuk dari Olla— temannya. Namun, ketika matanya melihat jam yang ada di audut layar menunjukkan pukul 7.30, Gisel terkejut.
"Ya Allah, aku telaaattt!!" Gisel melompat dari kasurnya dan meninggalkan ponselnya, memutuskan untuk tidak mengangkat panggilan itu karena harus segera mandi untuk pergi mengajar.
Setelah mandi dengan cepat dan berdandan dengan terburu-buru, Gisel keluar dari kamarnya dan bertemu dengan Umi Mae yang baru saja keluar dari dapur.
"Kamu baru bangun, Nak?"
"Iya, Umi. Tapi, di mana Bang Evan, ya?" Gisel memperhatikan bahwa sejak bangun tidur, dia tidak melihat keberadaan Evan. Dan sekarang, pria itu tak terlihat di mana pun.
"Evan sudah berangkat kerja, Nak. Ayo, sarapan dulu. Umi sudah masak nasi goreng."
"Dih ... Bang Evan tega banget. Dia pergi kerja tanpa membangunkanku. Ngeselin banget," Gisel kesal sambil meraih tangan Umi Mae untuk menciumnya. "Kalau begitu, aku berangkat ngajar deh, Umi."
"Sarapan dulu, Nak."
"Nggak usah, Umi. Nanti lama. Aku sudah terlambat. Assalamualaikum."
"Tunggu sebentar, Nak! Nasi gorengnya biar Umi bekalkan untukmu!" Umi Mae segera berlari ke dapur.
Dia merasa tidak tega jika menantunya pergi tanpa sarapan dan membawa bekal. Terlebih lagi, semalam sepertinya ada pertengkaran hebat, meskipun dia tidak mendengar dengan jelas suara mereka.
Tak lama kemudian, wanita berhijab ungu itu kembali dengan membawa kantong merah yang berisi sekotak nasi goreng dan botol air minum. Lalu, dia memberikannya kepada Gisel.
"Ini, Nak. Tapi, kamu naik apa untuk pergi?"
"Aku naik taksi, Umi. Semoga nggak ada macet. Terima kasih atas bekalnya."
"Iya, Nak. Hati-hati di jalan." Umi Mae mengantar Gisel sampai ke luar rumah dan melihatnya naik taksi. Dia melambaikan tangan sambil tersenyum dengan penuh kehangatan.
"Aku pikir Gisel libur hari ini. Kalau tau dia harus mengajar ... aku akan membangunkannya sejak pagi," gumam Umi Mae, merasa sedikit menyesal. Karena memang dia yang lebih dulu bangun di rumah itu. "Dan Evan, kenapa dia pergi kerja tanpa membangunkan Gisel? Kasihan Gisel."
"Semoga semuanya baik-baik saja di antara mereka."
*
*
"Iya, iya, ini aku ada di jalan. Tunggu sebentar, La," ucap Gisel saat menerima telepon dari temannya.
Olla mengatakan bahwa hari ini ada rapat guru dan semuanya hanya tinggal menunggu Gisel yang belum datang.
Setelah mematikan panggilan, Gisel berencana menelepon Evan. Tadinya ingin bertanya, kenapa dia berangkat kerja tanpa membangunkannya. Tapi sepertinya, Gisel harus mengurungkan niat itu lantaran sudah lebih dulu ditelepon oleh Arga.
"Halo, Pa," ucap Gisel baru saja mengangkat panggilan.
"Kamu ngajar nggak hari ini?"
"Ngajar, Pa. Ini aku ada dijalan. Ada rapat guru soalnya."
"Kalau rapat guru paling cepet ya, Sel. Ya udah, nanti biar Papa yang jemput kamu. Papa juga sekalian mau ngasih kamu sesuatu buat rencana kita memb*nuh Evan."
"Rencana itu bisa dipending dulu nggak ya, Pa? Kayaknya aku nggak bisa."
"Nggak bisa kenapa? Kan dari kemarin juga udah dipending, Sel."
"Di rumah Evan ada Uminya, Pa. Aku takut dia mencurigaiku. Selain itu, aku sama Evan juga habis berantem hebat semalam."
"Kok bisa berantem, kenapa?"
"Semua ini gara-gara Pak Yahya, Pa. Dia mengadu kepada Evan kalau aku nggak sengaja bertemu Mas Rama. Evan marah besar, aku benar-benar takut," jelas Gisel bercerita.
"Memangnya si Evan bisa marah, ya, sama kamu? Bukannya kata kamu dia itu terlalu bucin, ya, Sel?"
"Bisa lah, Pa. Namanya juga manusia. Evan juga kalau marah serem tau, Pa. Mirip-mirip seperti bosnya."
"Tapi masa cuma gara-gara kamu ketemu Rama saja si Evan marah? Udah gitu nggak sengaja lagi. Ambekan amat dia jadi orang." Arga terdengar berdecak sebal.
"Aku juga sempat mengatakan kalau Mas Rama itu suami masa depanku, Pa. Mungkin itu yang membuat Evan marah, ditambah aku juga ketahuan minum pil KB selama ini."
"Terus sekarang gimana? Udah baikan?"
"Mudah-mudahan sih udah." Meskipun semalam Gisel sudah melakukan semuanya untuk Evan, tapi rasanya sampai detik ini dia merasa ragu kalau pria itu sudah memaafkannya. Karena memang dari pagi dia sudah tidak terlihat.
"Kok kayak ragu gitu? Memangnya kamu nggak minta maaf sama dia, Sel?"
"Minta maaf sih enggak, cuma aku jelaskan saja sama dia, Pa. Supaya dia lebih percaya sama aku ketimbang Pak Yahya. Lagian, kalau aku minta maaf 'kan sama saja seperti aku mengakuinya. Aku sendiri memang nggak mau kalau Evan tau aku masih mengharapkan Mas Rama."
"Memangnya kamu sendiri benar-benar masih mengharapkan Rama, ya?"
"Ya iyalah, Pa. Dia 'kan cinta pertama dan terakhirku."
"Udahlah, Sel. Menurut Papa ... kamu harus kubur saja dalam-dalam cintamu kepada Rama. Kamu 'kan tau, Rama itu sudah menikah dan punya anak sekarang. Selain itu ... Daddynya juga sangat membencimu. Papa yakin dia nggak akan membiarkanmu semudah itu bersama anaknya. Lebih baik sekarang ... kamu fokus saja kepada misimu terhadap Evan. Yang terpenting b*nuh saja dia dulu, biar kamu cepat menjadi janda. Selanjutnya, barulah kamu pikirkan masa depanmu yang cerah. Papa juga akan membantumu mencari suami yang cocok untukmu." Arga menasehati dengan suara lembut, berharap Gisel segera move on dari Rama.
...Vote dan hadiahnya jangan lupa kasih, Guys ... ini hari Senin, biar semangat ☺️🙏...
jadikan ini sebuah pelajaran berharga didalam kehidupan bang evan, ternyata berumah tangga itu butuh ketulusan hati, cinta dan kepercayaan, jika didasari dengan kebohongan apalagi sampai ingin melenyapkan itu sudah keterlaluan
buat kak Rossy semangat 💪, jujur aku suka ceritanya kak, seru buatku, malah selalu nunggu up tiap hari
alurnya itu unik dan bikin penasaran cuman pas up pendek banget thor🥲
sabar bang Evan masih ada Risma yang setia menunggu
jangan cepat ditamatin 😭